6 research outputs found

    Metode Standardisasi Warna Krisan (Chrysanthemum)

    Get PDF
    Warna merupakan salah satu indikator penting terhadap karakteristik bunga pada tanaman hias. Awal mulanya, pengukuran warna bunga menggunakan Royal Horticulture Society Color Chart (RHS Color Chart). Adanya perkembangan teknologi munculah alat Chromameter namun cukup mahal dan kurang adaptif penggunaannya, seperti halnya di Indonesia. Adanya keterbatasan dua alat penera warna tersebut, diperlukan adanya alat lebih mudah, dan cepat dalam penggunaan, salah satunya dengan pemanfaatan aplikasi color analyzer berbasis telepon genggam. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan metode pengukuran warna bunga secara otomatis yang akurat, mudah, dan cepat dengan menggunakan aplikasi color analyzer berbasis telepon genggam. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dengan menggunakan krisan merah. Alat yang digunakan yaitu chromameter, telepon genggam tipe iPhone (iPhone 11 Pro Max dengan kamera 12 MP, f/1,8), dan telepon genggam tipe android (Realme XT dengan kamera 64 MP, f/1,8). Telepon genggam dilengkapi dengan aplikasi Color Analyzer – Iro Shirabe. Peneraan warna bunga dilakukan dengan chromameter, telepon genggam tipe iPhone dan tipe android untuk mengukur nilai L, a dan b. Ketiga macam alat ukur warna tersebut merupakan perlakuan dan disusun dalam rancangan acak lengkap. Hasil pengukuran nilai L, a, dan b dari kedua alat telepon genggam dibuat regresi terhadap chromameter dengan menggunakan software SAS. Aplikasi color analyzer berbasis telepon genggam mempunyai hubungan nilai L, a dan b dengan chromameter yang sangat erat (nilai R2 > 0.85) sehingga dapat dijadikan metode pengamatan warna bunga yang akurat, mudah dan cepat

    The Effects of Silica on Growth and Yield of Chrysanthemum Plants (Dendranthema Sp.) Cultivar Sheena and Snow White

    Get PDF
    Silica is one of beneficial nutrient in plants. Silica functions to strengthen epidermal wall and vascular tissues so that it can affect the stems that are getting bigger and stronger. The present study was conducted to determine the effects of silica fertilizers on growth and yield of chrysanthemum plants in Sheena and Snow White varieties that have different anatomies. The present study used Split Plot Design. The main plot was the concentration of silica with 4 levels, i.e. 0 mg/l/m2, 31.1 mg/l/m2, 62.2 mg/l/m2, and 93.3 mg/l/m2. The subplots were two varieties, Sheena and Snow White. The present study revealed that Si fertilizers with 62.2 mg/L concentration could accelerate harvest age and the stem hardness in Snow White aged 45 days. The Snow White which has bark stem anatomy was more responsive to silica fertilizers than the Sheena with the woody stem anatomy. This research provides benefits for researchers, farmers and policy stakeholders to increased yield and quality for local and international market competition

    Pengaruh Lama Penyinaran Tambahan Krisan (Dendranthema sp.) Varietas Bakardi Putih dan Lolipop Ungu terhadap Pertumbuhan dan Hasil

    Get PDF
    Krisan merupakan tanaman hari pendek. Jika tanaman ini mendapatkan panjang malam lebih dari 12 jam dalam sehari maka fase vegetatif (pertambahan tinggi) tidak berlangsung lama. Untuk mempertahankan fase vegetatif tanaman krisan maka perlu dilakukan penambahan lama penyinaran di malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama penyinaran terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas varietas krisan yang berbeda serta mempelajari lama penyinaran tambahan optimal untuk menyerempakkan umur panen varietas krisan yang berbeda. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 hingga Maret 2018 bertempat di lahan pertanaman krisan dan rumah plastik milik Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun Potong (ASTHABUNDA) Jalan Kaliurang km 21, Panggeran, Hargoninangun, Pakem, Sleman, DIY. Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial 2 x 5, tata letak Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor 1 adalah lama penyinaran tambahan dengan 5 aras yaitu 0 hari (tanpa penyinaran), 10 hari, 20 hari, 30 hari dan 40 hari. Faktor 2 adalah varietas yaitu Bakardi Putih dan Lolipop Ungu. Kombinasi perlakuan berjumlah 10 perlakuan dengan masing masing kombinasi 3 sampel tanaman dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan penyinaran tambahan 20 hari pada varietas Bakardi Putih dan 30 hari Lolipop Ungu menghasilkan bunga krisan yang telah memenuhi grade A SNI. Peningkatan lama penyinaran tambahan sampai dengan 40 ari dapat meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas varietas Bakardi Putih lebih baik dibandingkan varietas Lolipop Ungu. Penyinaran tambahan 20 hari pada varietas Bakardi Putih dan 30 hari varietas Lolipop Ungu belum dapat menyerempakkan umur panen kedua varietas. Pada penyinaran 20 hari, umur panen varietas Bakardi Putih 86 hari dan 30 hari varietas Lolipop Ungu 106 hari

    Budidaya dan Kandungan Gizi Petai (Parkia speciosa Hassk)

    Get PDF
    Parkia speciosa Hassk termasuk keluarga Fabaceae yang dikenal “petai” di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dengan berbagai jenis kesesuaian lahan. Artikel ini bertujuan untuk mereview budidaya petai yaitu perbanyakan petai dengan okulasi dan kandungan gizi petai yang bermafaat untuk kesehatan. Petai diperbanyak melalui penyemaian biji, stek batang dan tunas. Secara vegetatif tanaman ini banyak diperbanyak dengan teknik okulasi. Tanaman hasil okulasi memiliki waktu berbuah lebih cepat, memiliki sifat yang sama dengan induknya dan juga ketinggian tanaman dapat dibuat sesuai keinginan. Pohon induk yang akan diambil mata tunasnya harus berasal dari varietas unggul, produktif, sehat serta terbebas dari serangan hama dan penyakit. Batang bawah yang digunakan untuk okulasi adalah bibit tanaman petai yang berasal dari persemaian biji yang telah berumur sekitar 6 bulan atau ukuran diameter batangnya sudah sebesar pensil. Biji P. speciosa kaya akan karbohidrat (68,3–68,7%), protein (6-27,5%), lemak (1,6-13,3%), serat (1,7-2,0%) dan mineral (0,5-0,8%). P. speciosa mengandung senyawa aktif biologis seperti fenol, favonoid, polisulfida siklik dan fitokimia lainnya. Fitokimia ini bermanfaat dalam hal efek anti-diabetes, anti-mikroba, antioksidan, antihipertensi dan hipoglikemik

    Budidaya dan Kandungan Gizi Petai (Parkia speciosa Hassk)

    Get PDF
    Parkia speciosa Hassk termasuk keluarga Fabaceae yang dikenal “petai” di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dengan berbagai jenis kesesuaian lahan. Artikel ini bertujuan untuk mereview budidaya petai yaitu perbanyakan petai dengan okulasi dan kandungan gizi petai yang bermafaat untuk kesehatan. Petai diperbanyak melalui penyemaian biji, stek batang dan tunas. Secara vegetatif tanaman ini banyak diperbanyak dengan teknik okulasi. Tanaman hasil okulasi memiliki waktu berbuah lebih cepat, memiliki sifat yang sama dengan induknya dan juga ketinggian tanaman dapat dibuat sesuai keinginan. Pohon induk yang akan diambil mata tunasnya harus berasal dari varietas unggul, produktif, sehat serta terbebas dari serangan hama dan penyakit. Batang bawah yang digunakan untuk okulasi adalah bibit tanaman petai yang berasal dari persemaian biji yang telah berumur sekitar 6 bulan atau ukuran diameter batangnya sudah sebesar pensil. Biji P. speciosa kaya akan karbohidrat (68,3–68,7%), protein (6-27,5%), lemak (1,6-13,3%), serat (1,7-2,0%) dan mineral (0,5-0,8%). P. speciosa mengandung senyawa aktif biologis seperti fenol, favonoid, polisulfida siklik dan fitokimia lainnya. Fitokimia ini bermanfaat dalam hal efek anti-diabetes, anti-mikroba, antioksidan, antihipertensi dan hipoglikemik

    Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Krisan (Dendranthema sp.) varietas Bakardi Putih dan Lolipop Ungu yang Mendapat Perlakuan Lama Penyinaran Tambahan

    No full text
    Krisan merupakan tanaman hari pendek. Jika tanaman ini mendapatkan panjang malam lebih dari periode kritis maka fase vegetatif tidak berlangsung lama. Untuk mempertahankan fase vegetatif tanaman krisan maka perlu dilakukan penambahan lama penyinaran di malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama penyinaran terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas varietas krisan yang berbeda serta mempelajari lama penyinaran tambahan optimal untuk menyerempakkan umur panen varietas krisan yang berbeda. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 hingga Maret 2018 bertempat di lahan pertanaman krisan dan rumah plastik milik Asosiasi Tanaman Hias Bunga dan Daun Potong (ASTHABUNDA) Jalan Kaliurang km 21, Panggeran, Hargoninangun, Pakem, Sleman, DIY. Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial 2 x 5, tata letak Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor 1 adalah lama penyinaran tambahan dengan 5 aras yaitu 0 hspt (tanpa penyinaran), 10 hari, 20 hari, 30 hari dan 40 hari. Faktor 2 adalah varietas yaitu Bakardi Putih dan Lolipop Ungu. Hasil penelitian menunjukkan penyinaran tambahan 20 hari pada varietas Bakardi Putih dan 30 hari Lolipop Ungu menghasilkan bunga krisan yang telah memenuhi grade A SNI. Peningkatan lama penyinaran tambahan sampai dengan 40 ari dapat meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas varietas Bakardi Putih lebih baik dibandingkan varietas Lolipop Ungu. Penyinaran tambahan 20 hari pada varietas Bakardi Putih dan 30 hari varietas Lolipop Ungu belum dapat menyerempakkan umur panen kedua varietas. Pada penyinaran 20 hari, umur panen varietas Bakardi Putih 86 hari dan 30 hari varietas Lolipop Ungu 106 hari. Kata kunci : Bakardi, lama penyinaran, krisan, Lolipo
    corecore