15 research outputs found

    PROBABILITAS MINERAL PASIR BESI TITAN YOGYAKARTA BERDASARKAN STUDI pXRF

    Get PDF
    Pasir besi titan dari Yogyakarta dikarakterisasi menggunakan portable x-ray fluorescence (pXRF) dengan algoritma soil (W-tube, 40 kV) dan alloy (Rh-tube, 50 kV). Hasil karakterisasi menggunakan algoritma soil menunjukkan kandungan unsur-unsur Fe (19,71 wt.%), Ca (5,86 wt.%), Ti (2,64 wt.%), K (0,84 wt.%) dan light elements (70,13 wt.%), sedangkan hasil karakterisasi menggunakan algoritma alloy menunjukkan kandungan unsur-unsur Fe (52,5 wt.%), Si (32,7 wt.%), Al (9,1 wt.%) dan Ti (4,74 wt.%). Analisis mineral berbasis metode algoritma soil menunjukkan adanya dua probabilitas. Probabilitas pertama menunjukkan mineral bijih yang terdeteksi adalah hematit dan ilmenit, sedangkan mineral-mineral non-bijih adalah kuarsa, augit dan biotit. Probabilitas kedua menunjukkan mineral bijih yang terdeteksi hanya ilmenit, sedangkan mineral-mineral non-bijih yang terdeteksi adalah hipersten, kuarsa dan biotit. Analisis mineral berbasis metode algoritma alloy menunjukkan mineral-mineral bijih yang terdeteksi adalah magnetit, hematit dan ilmenit, sedangkan satu-satunya mineral non-bijih yang terdeteksi adalah albit

    KALKULASI STRUKTUR TRIKLINIK ALBIT PASIR BESI TITAN YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN KALKULASI MONOKLINIK

    Get PDF
    Albit merupakan salah satu mineral non-bijih yang terdapat pada pasir besi titan Yogyakarta. Dari sudut pandang kristalografi, albit memiliki struktur kristal triklinik yang sulit sekali dikalkulasi karena karakteristik parameter kisinya yang tidak bersudut 90°. Hal ini menimbulkan kesulitan tersendiri dalam memastikan fasa albit sebenarnya pada pasir besi titan dari Yogyakarta. Studi ini dilakukan untuk memperkenalkan metode kalkulasi yang mudah untuk memprediksi fasa albit pada pasir besi titan Yogyakarta. Dalam kalkulasinya, dilakukan pemisalan sudut kisi α dan γ menjadi 90° serta sudut kisi β menjadi 116°. Sementara kalkulasi parameter kisi dilakukan dengan pendekatan kalkulasi monoklinik. Dengan metode kalkulasi ini didapatkan hasil perhitungan nilai-nilai parameter kisi a = 8,130081 Å, b = 12,96716 Å dan c = 7,105432 Å. Dengan karakteristik nilai-nilai parameter kisi ini, diduga kuat fasa albit pada pasir besi titan Yogyakarta adalah (Na,K)(AlSi3O8) dengan jenis high albite

    LATTICE STRAIN ANALYSIS OF TITANIUM ROD PROCESSED BY EQUAL-CHANNEL ANGULAR PRESSING (ECAP) WITH Bc ROUTE USING X-RAY DIFFRACTION LINE BROADENING ANALYSIS

    Get PDF
    Equal-channel angular pressing (ECAP) was one of severe plastic deformation method in order to increase the mechanical properties of solid metal without changing its dimension and without adding any alloy elements. The change of mechanical properties on ECAPed metals was caused by the change of lattice strain, so that the lattice strain investigation was recommended for evaluating ECAPed metals. In this study, pure titanium rod was treated by ECAP with Bc route and two passes. Before ECAPed, this titanium rod consisted of two lattice strains i.e. 0.001014 and 0.005241. After ECAPed, a lattice strain of 0.005241 reduces to 0.003205 and 0.003555 after first pass and reduces again to 0.002576 and 0.002647 after two passes. Meanwhile, a lattice strain of 0.001014 was annihilated after ECAP treatment. These results show that ECAP treatment can reduce and eliminate lattice strains on titanium rod. This study also shows that the reduction of lattice strains implicates to the increasing of its hardness value

    Analysis of Crystal Structure and Texture on Al-5052 Rod Processed by ECAP and Post-ECAP Annealing at 100-300 oC

    Get PDF
    Equal-channel angular pressing (ECAP) treatment is a method to improve the mechanical properties of bulk metals without adding or extracting their alloy elements. The ECAP process can improve severe plastic deformation that will increase mechanical properties such as hardness and modulus of elasticity. The disadvantage of ECAP product is non-uniform mechanical properties. To solve this problem, the post-ECAP annealing process can be applied to form more uniform mechanical properties. This phenomena should also be caused by the change of crystal structure and texture during this process. However, the study of the change of crystal structure and texture during ECAP and followed by annealing process was seldom done. This study aims to try to determine the characteristics of crystal structure and texture of ECAPed and post-ECAP-annealed materials with annealing temperature variation of 0, 100, 200, and 300 oC. Four Al-5052 alloy rods were used as material samples. The results of this study show that the annealing process can homogenize the crystal structure of ECAPed Al-5052 rod. On the other hand, the texture characteristics of ECAPed Al-5052 rod become more random as an implication of increasing annealing temperature

    FORMATION OF SPINEL STRUCTURE IN SYNTHESIS PROCESS OF Li1.37Mn2O4 USING HYDROTHERMAL METHOD

    Get PDF
    FORMATION OF SPINEL STRUCTURE IN SYNTHESIS PROCESS OF Li1.37Mn2O4 USING HYDROTHERMAL METHOD. Li1.37Mn2O4 is one form of Li1+xMn2O4 which is engineered from LiMn2O4 phase which is commonly used as a lithium cathode active ingredient. The crucial thing from Li1.37Mn2O4 synthesis is the spinel structure that is formed. This study aims to observe when the spinel structure of Li1.37Mn2O4 starts and when the transformation from a tetragonal structure into spinel occurs. The raw materials used are tetragonal LiOH and tetragonal MnO2. The synthesis was carried out using a hydrothermal method with a temperature of 200 oC with a variation of holding times of 50, 70, 90 and 110 hours. Observation of spinel structure was carried out using XRD and TEM. The results obtained were at the holding times of 50 and 70 hours, the spinel structure had not been formed. The spinel structure begins to form at 90 hours holding time which also indicates that the transformation from the tetragonal structure to spinel occurs at such holding time. The result of a 90-hour holding time is a regular spinel structure but there are still many Mn and Mn-O –based impurities. While the results of the 110-hour holding time produce a perfect yet irregular transformation of the spinel structure

    ANALISIS PENGARUH MECHANICAL MILLING MENGGUNAKAN PLANETARY BALL MILLING TERHADAP STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO SENYAWA LiBOB

    Get PDF
    ANALISIS PENGARUH MECHANICAL MILLING MENGGUNAKAN PLANETARY BALL MILLING TERHADAP STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO SENYAWA LiBOB. Telah dilakukan pembuatan senyawa Lithium bis Oksalat Borat (LiBOB) dari bahan baku LiOH, asam oksalat dan asam borat dengan metode reaksi padat padat. Serbuk yang dihasilkan dilanjutkan penghalusan menggunakan planetary ball milling dengan durasi milling di buat bervariasi (4 jam, 5 jam, 6 jam, 10 jamdan 13 jam). Serbuk LiBOB yang dihasilkan dianalisis menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD) untuk mengetahui fasa yang terbentuk, struktur kristal dan ukuran kritalitnya. Hasil identifikasi senyawa LiBOB dengan XRD berupa pola difraksi kemudian dianalisismenunjukkan terbentuknya 2 fasa yaitu fasa LiB(C2O4)2 dan fasa LiB(C2O4)2.(H2O) dengan sistem kristal orthorhombic. Kerapatan atom paling kecil pada senyawa LiBOB dengan durasi milling 5 jam dan volum unit sel paling besar pada senyawa LiBOB dengan durasi milling 10 jam. Diameter ukuran kristalit berubah seiring dengan durasi milling, sedang regangan kisi terendah pada durasi milling 4 jam dan tertinggi pada durasi milling 5 jam. Durasi milling 5 jam adalah paling bagus dimana pada fasa ini memberikan ruang paling besar pada tiap unit sel dan regangan kisi paling besar sehingga dapat memudahkan ruang gerak transfer ion Li pada baterai Lithium. Senyawa LiBOB hasil sintesis mempunyai sistem kristal yang teratur. Tingkat keteraturan kristal yang dihasilkan ditunjukan dengan perhitungan indeks kristalinitas yang tinggi

    Karakteristik Morfologi Permukaan pada Polimer PVdF-LiBOB-ZrO2 dan Potensinya untuk Elektrolit Baterai Litium

    Full text link
    Membran elektrolit polimer pada baterai litium ion berfungsi sebagai media transport ion dan sebagai separator antara anoda dan katoda. Dalam penelitian ini, telah dilakukan sintesis membran elektrolit polimer LiBOB (Lithium Bis Oksalato Borate dengan rumus kimia LiB(C2O4)2) dengan menggunakan Polyvilinidine fluoride (PVdF) sebagai matriks dan bahan aditif Zirkonium Oksida (ZrO2). Metoda yang dipergunakan adalah solution cast. Konsentrasi bahan aditif dibuat bervariasi. Membran yang terbentuk dikarakterisasi morfologi permukaan menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM), sifat elektrokimia dengan Cyclic Voltametric (CV) dan kapasitas baterai dengan kurva charge discharge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi permukaan rantai polimer saling berikatan dan tersusun dengan bagus. Pori tertutup oleh rantai polimer secara rata yang berikatan membentuk jaring dan saling bertumpukan pada keadaan amorf. Terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada sel baterai dengan kapasitas charge sekitar 24 mAh pada tegangan 4 volt, sedangkan kapasitas discharge bernilai sama sekitar 24 mAh pada tegangan 4 volt dengan penambahan 10% ZrO2

    Karakteristik Morfologi Permukaan Pada Polimer PVdF-LiBOB-ZrO2 dan Potensinya untuk Elektrolit Baterai Litium

    Get PDF
    Membran elektrolit polimer pada baterai litium ion berfungsi sebagai media transport ion dan sebagai separator antara anoda dan katoda. Dalam penelitian ini, telah dilakukan sintesis membran elektrolit polimer LiBOB (Lithium Bis Oksalato Borate dengan rumus kimia LiB(C2O4)2) dengan menggunakan Polyvilinidine fluoride (PVdF) sebagai matriks dan bahan aditif  Zirkonium Oksida (ZrO2). Metoda yang dipergunakan adalah solution cast. Konsentrasi bahan aditif dibuat bervariasi. Membran yang terbentuk dikarakterisasi morfologi permukaan menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM), sifat elektrokimia dengan Cyclic Voltametric (CV) dan kapasitas baterai dengan kurva charge discharge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi permukaan rantai polimer saling berikatan dan tersusun dengan bagus. Pori tertutup oleh rantai polimer secara rata yang berikatan membentuk jaring dan saling bertumpukan pada keadaan amorf. Terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada sel baterai dengan kapasitas charge sekitar 24 mAh pada tegangan 4 volt, sedangkan kapasitas discharge bernilai sama sekitar 24 mAh pada tegangan 4 volt dengan penambahan 10% ZrO2
    corecore