29 research outputs found
Aktivitas Antibakteri Pigmen Ekstraseluler Marennine Terhadap Vibrio alginolyticus dan Bacillus cereus (Kajian Suhu dan Lama Waktu Pemanasan)
Tingkat konsumsi produk perikanan setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan, sehingga pemenuhan kebutuhan banyak dibebankan dari hasil budidaya.
Usaha budidaya tidak lepas dari ancaman kerugian akibat timbulnya penyakit hasil infeksi
bakteri patogen terlebih pemicu kematian massal seperti vibriosis oleh bakteri Vibrio
alginolyticus. Pencarian terhadap senyawa alami sebagai agen antibakteri menjadi opsi
setelah diketahui penggunaan antibiotik memiliki banyak kerugian diantaranya harga yang
relatif mahal, dapat meninggalkan senyawa berbahaya dalam tubuh organisme,
menyebabkan polusi lingkungan, dan berpotensi mengembangkan resistensi pada
bakteri. Penelitian in vitro terhadap ekstraseluler marennine yang dihasilkan Haslea
ostrearia membuktikan adanya aktivitas biologis antibakteri bahkan pada konsentrasi
rendah.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan antibakteri marennine,
menguji konsentrasi terendah marennine dalam menghambat dan membunuh bakteri,
serta mengetahui stabilitas dan efektivitas marennine ketika diberi perlakuan suhu dan
lama waktu pemanasan. Metode penelitian yang digunakan diantarannya uji aktivitas
antibakteri, uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC), dan uji Minimum Bactericidal
Concentration (MBC). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan untuk uji antibakteri yaitu suhu pemanasan
30˚C, 40˚C, 50˚C dan lama waktu pemanasan 5, 10, 15, 20, 25, 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik untuk menghasilkan
aktivitas antibakteri marennine berada pada faktor perlakuan suhu pemanasan 40˚C
dengan lama waktu pemanasan 20-30 menit yang menghasilkan rentangan rerata
diameter zona hambat sebesar 2,00 ± 0,00 – 2,17 ± 0,29 mm untuk bakteri Bacillus
cereus dan 1,93 ± 0,12 – 2,17 ± 0,29 mm untuk bakteri Vibrio alginolyticus. Pengujian
konsentrasi terendah pada kedua bakteri uji berada pada konsentrasi tertinggi pengujian
yaitu 1 ppm diikuti dengan hasil keseluruhan sampel berwarna keruh yang artinya masih
terjadi pertumbuhan bakteri. Adanya bakteri uji yang tumbuh pada media agar pengujian
MBC menyimpulkan bahwa marennine memiliki aktivitas antibakteri bersifat bakteriostatik
bukan bakterisida
Sinekologi Padang Lamun Dan Makroinvertebrata Asosiatifnya Pada Perairan Dengan Monsoonal Wave Climate: Studi Kasus Pulau Panjang Kepulauan Derawan
Padang lamun di reef flat Pulau Panjang Kepulauan Derawan merupakan
ekosistem laut dangkal produktif dan habitat yang menopang keanekaragaman
hayati yang tinggi. Sebagai bagian dari Indonesia Maritime Continent (IMC),
Pulau Panjang berada dalam pengaruh siklus angin monsunal. Sejauh ini belum
tersedia informasi mengenai dinamika ekosistem (sinekologi) padang lamun
beserta komunitas makroinvertebrata asosiatifnya yang berkaitan dengan siklus
angin monsunal.
Tujuan utama penelitian adalah untuk mendapatkan model dinamika
padang lamun beserta komunitas makroinvertebrata asosiatifnya sebagai respon
terhadap siklus monsunal di Pulau Panjang Kepulauan Derawan. Guna
mencapai hal tersebut, dirumuskan tujuan khusus antara lain; (1) Menganalisis
pengaruh siklus monsunal terhadap hidrodinamika perairan Pulau Panjang, (2)
Menganalisis pengaruh siklus monsunal terhadap fluktuasi musiman variabel fisik
kimia perairan Pulau Panjang, (3) Menganalisis dinamika monsunal ekosistem
padang lamun Pulau Panjang, (4) Menganalisis dinamika monsunal
makroinvertebrata asosiatif padang lamun Pulau Panjang dan (5) Menganalisis
keterkaitan komunitas makroinvertebrata dan padang lamun terhadap variabilitas
lingkungan ekosistem padang lamun Pulau Panjang.
Pendekatan penelitian bersifat interdisipliner, pola angin dikaji dengan
model windrose serta perhitungan indeks monsunal yang selanjutnya
ditransformasikan menjadi gelombang terbangkit angin. Kombinasi
PERMANOVA (Permutational Multivariate Analysis of Variance) dan NMDS
(Non-metric Multi Dimensional Scaling) digunakan untuk melihat dinamika antar
musim keanekaragaman beta dari padang lamun dan komunitas
makroinvertebrata. Kemudian untuk mengetahui keterkaitan antara parameter
lingkungan terhadap padang lamun maupun komunitas makroinvertebrata
diselidiki dengan teknik CCA (Canonical Correspondence Analysis).
Hasil analisis menunjukkan bahwa puncak Monsun Timur Laut
(Desember-Maret) dan Monsun Barat Daya (Juni-September) berasosiasi
dengan peningkatan intensitas dan tinggi gelombang membentuk Monsoonal
Wave Climate. Analisis multitemporal menunjukkan bahwa siklus monsunal
memantik fluktuasi musiman sebagian variabel fisik kimia perairan ekosistem
padang lamun Pulau Panjang. Dinamika fisik kimia perairan tersebut berkaitan
dengan faktor intrinsik dan ekstrinsik setiap variabel. Penelitian menemukan 186
jenis Makroinvertebrata yang berasal dari 8 Kelas dan 64 Famili berasosiasi
dengan 6 jenis vegetasi lamun di Pulau Panjang. Vegetasi lamun menunjukkan
kestabilan kondisi antar musim sedangkan makroinvertebrata asosiatifnya
menunjukkan kondisi yang sedikit variatif. Keanekaragaman beta
makroinvertebrata pada Monsun Timur Laut berbeda terhadap Monsun Barat
Daya dan kedua periode Transisi. Bagaimanapun dinamika padang lamun dan
makroinvertebrata asosiatifnya berada pada kondisi yang relatif baik. Hal ini
mengindikasikan tingginya kemampuan resistensi dan resiliensi ekosistem
padang lamun, serta terjaganya keanekaragaman dan kelimpahan
xiii
makroinvertebrata pada level yang tinggi antar musim. Dengan demikian,
interaksi mutualisme antara padang lamun dan komunitas makroinvertebrata di
Pulau Panjang memfasilitasi kemunculan sifat kolektif dan sifat emergen yang
meningkatkan resistensi, resiliensi dan adaptabilitas ekosistem terhadap fluktuasi
kondisi lingkungan baik yang dipicu siklus monsunal secara langsung maupun
tidak langsung
Pengaruh Variasi Komposisi pada Campuran Limbah Agar Gracilaria sp. dan Sedimen Danau Terhadap Produksi Biogas
Biogas menjadi solusi penting dalam pengelolaan limbah melihat kebermanfaatannya yang dapat diaplikasikan sebagai sumber energi alternatif. Keberadaan limbah yang dapat mengganggu lingkungan ditemui pada industri agar. Limbah agar dari rumput laut Gracilaria sp. ini perlu dioptimalkan melalui pengolahan limbah menjadi biogas. Pengolahan limbah agar Gracilaria sp. membutuhkan sumber mikroorganisme untuk merombaknya menjadi biogas. Sumber mikroorganisme berasal dari sedimen danau. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat diangkat penelitian mengenai pengaruh variasi komposisi pada campuran limbah agar Gracilaria sp. dan sedimen danau terhadap produksi biogas. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu menggunakan dua kontrol dan tiga perlakuan dengan masing-masing pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini berupa variasi komposisi pada campuran limbah agar Gracilaria sp. dan sedimen danau yang berbeda-beda (0:1, 1:0, 1:1, 2:1 dan 1:2). Parameter yang diamati pada penelitian ini terdiri dari rasio C/N, tekanan gas, uji nyala api, pH dan suhu. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2023. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kadar rasio C/N limbah agar Gracilaria sp. sebesar 10,59% dan sedimen danau sebesar 12,74%. Hasil rata-rata tekanan gas tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 sebesar 14,699 Psi dan terendah diperoleh pada perlakuan K2 sebesar 14,693 Psi . Hasil rata-rata nilai pH substrat sebelum proses pencernaan anaerob berada pada rentang 7,05-7,34 sedangkan rata-rata nilai pH substrat sesudah proses pencernaan anaerob berada pada rentang 6,31-5,72. Hasil rata-rata nilai suhu berada pada rentang 26,03-27,30°C. Berdasarkan uji nyala api yang diperoleh menunjukan bahwa pada perlakuan K1, P1, P2 dan P3 menimbulkan nyala api tetapi pada perlakuan K2 tidak menimbulkan nyala api. Kesimpulan penelitian ini yaitu pemberian perlakuan dengan variasi komposisi pada campuran limbah agar Gracilaria sp. dan sedimen danau memberikan pengaruh terhadap adanya tekanan gas pada produksi biogas. Komposisi substrat dan starter yang seimbang memberikan pengaruh yang lebih optimal terhadap tekanan gas pada produksi biogas. Saran yang dapat diberikan yaitu alat produksi biogas menggunakan bahan yang lebih kedap udara, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kebocoran gas, dapat dilakukan identifikasi jenis mikroba dan perlu dilakukan pehitungan terhadap efisiensi dari hasil produksi biogas
Pengaruh Pemberian Spirulina platensis terhadap Kadar Glukosa Darah dan Histologi Retina Mata Ikan Zebra (Danio rerio) yang Diinduksi Aloksan
Spirulina platensis merupakan mikroalga yang memiliki kandungan protein tinggi, asam lemak esensial, vitamin dan mineral, sehingga spirulina dapat memberikan banyak manfaat di berbagai bidang salah satunya sebagai antidiabetes. Gizi yang lengkap dan tinggi pada Spirulina platensis mengandung komponen kesehatan sehingga dapat dijadikan sebagai pakan untuk ikan. Saat ini ikan zebra telah menjadi organisme model yang terkenal untuk mempelajari fungsi dan perkembangan genetik manusia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan Spirulina platensis terhadap penurunan kadar glukosa darah dan histologi retina mata ikan zebra (Danio rerio) yang diinduksi menggunakan glukosa 2%, 300 mg aloksan, larutan Nacl 0,45% 100 ml (selama 7 hari).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni sampai Mei 2023. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode eksperimen. Data hasil penelitian yang terkumpul berupa kadar glukosa darah dan histologi retina mata. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk rata-rata ±SD yang dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan SPSS Statistic 27. Data yang telah terkumpul secara statistic, di uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan metode Saphiro-Wilk Test, kemudian dilakukan uji varian dengan menggunakan Levene test untuk mengetahui apakah data memiliki varian yang sama atau tidak. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama, maka dilakukan uji One-Way ANOVA. Penelitian ini, dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu perlakuan kontrol positif, kontrol negatif, 2% Spirulina platensis, 5% Spirulina platensis, 8% Spirulina platensis yang dilakukan ulangan sebanyak 3 kali tiap perlakuan. Pemberian Spirulina platensis dalam waktu 21 hari pada dosis 2%, 5%, 8% dapat memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah ikan zebra (Danio rerio).
Pemberian Spirulina platensis dalam waktu 14 hari dapat memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah ikan zebra (Danio rerio). Penurunan yang signifikan pada hari ke-14 dan ke-21 setelah pemberian Spirulina platensis. Hasil penurunan K+ dari 153 mg/dl menjadi 57 mg/dl, A dari 183 mg/dl menjadi 57 mg/dl, B dari 161 mg/dl menjadi 61 mg/dl, dan C 157 mg/dl menjadi 57 mg/dl. Serta pemberian Spirulina platensis dapat memberikan pengaruh terhadap histologi retina ikan zebra (Danio rerio). Pemberian Spirulina platensis mampu membuat penebalan Inner Plexiform Layer (IPL) dan Photoreceptor Layer (PSL) yang signifikan pada hari ke-14 dan ke-21. Hasil pengamatan histologi retina mata menunjukkan bahwa hasil terbaik didapatkan dari perlakuan C (8% Spirulina platensis), yakni dengan IPL 23.70 μm dan PSL13.06 μm). Saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan penelitian mengenai pengaruh pakan Spirulina platensis terhadap kadar glukosa darah dan histologi retina mata perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan yang terdapat dalam Spirulina platensis yang mampu menurunkan kadar glukosa darah dan perlu dilanjutkan terkait histologi organ lain untuk ikan zebra (Danio rerio) yang mengalami hiperglikema
Pengaruh Pertumbuhan Nannochloropsis oculata Berdasarkan Fotoperiode Yang Berbeda Skala Laboratorium
Nannochloropsis oculata adalah mikroalga kelompok Eustigmataceae yang memiliki klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis untuk membuat makanannya sendiri. Spesies ini termasuk mirkoalga yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi. pertumbuhan Nannochloropsis oculata erat kaitannya dengan ketersediaan nutrien, intensitas cahaya, pH, suhu, salinitas dan fotoperiode. Kualitas air pada kultur Nannochloropsis sangat mempengaruhi pertumbuhan pada mikroalga tersebut. Namun salah satu faktor yang paling dominan adalah fotoperiode. Fotoperiode adalah pengaruh lamanya waktu terang dan gelap (pencahayaan) terhadap aspek fisiologi seperti pertumbuhan pada organisme fotosintetik. Dengan adanya perbedaan fotoperiode pada kultur mikroalga Nannochloropsis oculata dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan kepadatan mikroalga tersebut. Maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh fotoperiode yang berbeda untuk mengetahui laju pertumbuhan Nannochloropsis oculata dalam skala laboratorium. Perlakuan fotoperiode yang digunakan adalah 24L:0D, 18L:6D, 12L:12D, 6L:18D dan 0L:24D. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan uji Tukey apabila terdapat pengaruh perlakuan (P<0,05). Sebagai alat bantu digunakan SPSS perangkat lunak statistik, sedangkan untuk penyajian grafik menggunakan Microsoft Excel. Hasil untuk kepadatan sel tertinggi Nannochloropsis oculata pada masing-masing perlakuan fotoperiode yaitu fotoperiode 24L:0D sebesar 153.67 x 104 sel/ml, 18L:6D 135.75 x 104 sel/ml, 12L:12D sebesar 112 x 104 sel/ml, 6L:18D sebesar 74.25 x 104 sel/ml, 0L:24D pada hari ke-3 sebesar 54.33 x 104 sel/ml. Hasil yang didapat untuk laju pertumbuhan tertinggi Nannochloropsis oculata terdapat pada perlakuan fotoperiode 24L:0D sebesar 0.2246 sel/ml/hari. Nilai laju pertumbuhan terendah Nannochloropsis oculata terdapat pada perlakuan 0L:24D sebesar 0.02769 sel/ml/hari. Hasil pengukuran parameter penunjang seperti suhu, pH, salinitas selama penelitian berada pada kisaran yang optimum untuk kelangsungan hidup Nannochloropsis oculata. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fotoperiode yang berbeda mempengaruhi laju pertumbuhan Nannochloropsis oculata. Laju pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan 24L:0D sehingga untuk kegiatan kultur agar mendapat pertumbuhan yang maksimal disarankan untuk menggunakan perlakuan tersebut
Pengaruh Pemberian Supernatan Spirulina platensis terhadap Kadar Glukosa Darah dan Histologi Retina Mata Ikan Zebra (Danio Rerio) yang diinduksi Aloksan
Perairan Indonesia yang luas dengan iklim tropis menjadikannya wilayah dengan sumberdaya perairan yang kaya. Mikroalga merupakan salah satu sumberdaya laut yang perlu dikaji. Mikroalga bermanfaat bagi manusia dimana dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik, bahan makanan dan bahan dasar pembuatan obat, salah satunya yaitu Spirulina platensis. Potensi dan manfaat dari Spirulina platensis sangat banyak, namun salah satu potensi yang paling krusial yaitu sebagai antidiabetes. Model uji untuk mengetahui pengaruh Spirulina platensis terhadap kadar glukosa darah dapat menggunakan ikan zebra (Danio rerio).
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu menggunakan dua kontrol dan tiga perlakuan dengan masing-masing pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini yaitu perlakuan A (15% Spirulina platensis), perlakuan B (25% Spirulina platensis) dan perlakuan C (50% Spirulina platensis). Parameter yang diamati pada penelitian ini terdiri dari kadar glukosa darah, histologi retina mata ikan zebra, dan pengujian kualitas air sebagai parameter pendukung.
Hasil rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-7 pada perlakuan K- (Tanpa Perlakuan) sebesar 171 mg/dl, perlakuan K+ (Metformin 7.5%) sebesar 165 mg/dl, perlakuan A (15%) sebesar 168 mg/dl, perlakuan B (25%) sebesar 166.67 mg/dl dan perlakuan C (50%) sebesar 157 mg/dl. Pada hari ke-14 dan hari ke-21 rata-rata kadar glukosa darah ikan zebra mengalami penurunan. Rata-rata kadar glukosa darah ikan zebra pada hari ke-14 pada perlakuan A (15%) sebesar 114.67 mg/dl, perlakuan B (25%) sebesar 117 mg/dl dan perlakuan C (50%) sebesar 111.67 mg/dl. Lalu pada hari ke-21 rata-rata kadar glukosa darah ikan zebra pada perlakuan A (15%) sebesar 70.67 mg/dl, perlakuan B (25%) sebesar 59.67 mg/dl dan perlakuan C (50%) sebesar 57 mg/dl.
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu pemberian supernatan Spirulina platensis dalam waktu 21 hari pada konsentrasi 15%, 25%, dan 50% dapat memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah ikan zebra (Danio rerio). Pemberian supernatan Spirulina platensis mampu menurunkan kadar glukosa darah ikan zebra. Adapun perlakuan dengan pengaruh terbaik dalam penurunan glukosa darah ikan zebra yaitu perlakuan C (50% S platensis). Kadar glukosa darah mencapai signifikan yaitu pada hari ke-21.
Saran yang dapat saya berikan setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian supernatan Spirulina platensis terhadap kadar glukosa darah dan histologi retina mata perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan yang terdapat pada Spirulina platensis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan perlu dilakukan histologi pankreas ikan zebra (Danio rerio) yang mengalami hiperglikemia
Pengaruh Pemberian Pupuk Anorganik (Guillard dan Walne) terhadap Laju Pertumbuhan Nannochloropsis oculata Skala Laboratorium
Nannochloropsis oculata merupakan salah satu mikroalga yang saat ini banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami, terutama pada pembenihan ikan. Hal ini dikarenakan, Nannochloropsis oculata memiliki kandungan nutrisi yang lengkap meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin C, klorofil, EPA dan total kandungan omega 3-HUFA. Dalam menunjang pertumbuhannya, mikroalga Nannochloropsis oculata dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya, kandungan nutrien dalam media kultur serta kualitas air seperti pH, suhu, salinitas dan intensitas cahaya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk anorganik (guillard dan walne) terhadap laju pertumbuhan Nannochloropsis oculata serta jenis pupuk yang memberikan pertumbuhan terbaik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan menggunakan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk guillard (0.5 mL/L, 1 mL/L dan 1.5 mL/L) dan pupuk walne (0.5 mL/L, 1 mL/L, dan 1.5 mL/L). Kegiatan kultur dilakukan selama delapan hari menggunakan Erlenmeyer berukuran 500 mL dengan volume air kultur 300 mL dan bibit kultur 200 mL. Parameter utama yang diukur yaitu kepadatan serta laju pertumbuhan sel. Perhitungan kepadatan sel dilakukan setiap hari menggunakan Haemocytometer dibawah mikroskop Olympus C33. Adapun parameter penunjang yang diukur adalah suhu, pH dan salinitas. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dengan Rancangan acak lengkap pada taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil yang didapatkan yaitu penggunaan pupuk guillard menghasilkan nilai rata-rata laju pertumbuhan tertinggi pada konsentrasi 1.5 mL/L yaitu 0.2016/hari. Penggunaan pupuk walne dengan konsentrasi 1.5 mL/L menghasilkan laju pertumbuhan tertinggi dengan nilai rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0.2244/hari.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pupuk walne menghasilkan laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk guillard, sehingga pupuk yang terbaik dalam kegiatan kultur Nannochloropsis oculata yaitu pupuk walne
Peningkatan Produksi Pigmen Nannochloropsis oculata dan Porphyridium sp. dengan Induksi Poliploidi dan Potensinya Sebagai Anti Kanker Payudara secara In Silico
Keanekaragaman hayati Indonesia sangat melimpah, salah satunya adalah mikroalga. Mikroalga merupakan mikroorganisme yang dapat berfotosintesis dan memiliki pigmen untuk membantu proses tersebut. Pigmen pada mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna pada makanan dengan potensi kesehatan. Produksi pigmen alami lebih menarik karena dinilai lebih aman dibanding pewarna sintetis, namun terkendala dengan produksinya yang masih kurang. Induksi poliploidi dapat dilakukan pada mikroalga untuk meningkatkan produksi pigmen mikroalga dengan menggandakan genomnya. Nannochloropsis oculata dan Porphyridium sp. secara berturut-turut memiliki warna dominan hijau muda dan merah yang dapat digunakan sebagai subtitusi pewarna terkait. Pigmen mikroalga ini dapat dieksplorasi kemampuannya dalam menghambat beberapa reseptor yang berperan sebagai biomarker dan progresi kanker payudara. Kanker payudara yang menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak dialami wanita di seluruh dunia dan dapat dipicu oleh pewarna sintetis tertentu. Kanker payudara luminal A ditandai dengan estrogen reseptor positif (ER-1) dan progesteron positif (PR), memiliki prevalensi paling banyak, sedangkan kanker payudara luminal B yang kedua terbanyak ditandai dengan positif human epidermal growth factor 2 (HER2). Studi in silico kemampuan pigmen mikroalga tersebut berikatan dengan reseptor yang berperan penting sebagai biomarker dan progresi kanker payudara dapat membantu studi kemampuan pigmen mikroalga dalam menghambat kanker payudara.
Penelitian akan dilaksanakan antara Bulan Maret hingga Oktober 2022 di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan, Bioteknologi dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH), Universitas Brawijaya, Malang. N. oculata dan Porphyridium sp. dikultivasi dalam air laut dan diberi nutrisi menggunakan pupuk F/2 Walne (N. oculata) dan F/2 (P. sp.) komersial. Screening menggunakan LC-HRMS terhadap kandungan di dalam mikroalga yang dapat bermanfaat terhadap kanker. Uji eksperimental dilaksanakan dengan membagi sel menjadi kelompok kontrol, induksi kolkisin 0; 10; 100; 1.000 dan 10.000 ppm kolkisin selama 24, 48 dan 72 jam. Mikroalga dikultivasi selama 8 hari untuk N. oculata dan 7 hari untuk Porphyridium sp. dan diukur kepadatannya setiap hari. Mikroalga kemudian diukur dengan Pengukuran jumlah DNA dengan spektrofotometer dan flow cytometer, serta pengukuran pigmen yang ada pada mikroalga.
Hasil profiling kandungan komponen aromatik pada N. oculata dan Porphyridium sp. menunjukkan jika mikroalga ini mengandung GABA, trigonelin, dan 2-Amino-1,3,4-octadecanetriol yang berpotensi sebagai anti kanker dengan menghambat pertumbuhannya maupun memicu kematian sel. Mikroalga ini juga terdeteksi mengandung asam amino yang justru bersifat “pro” terhadap kanker karena dapat digunakan sebagai sumber energi untuk perkembangan sel kanker. Asam amino tersebut seperti prolin, tirosin, fenilalanin, valin, dan metionin. GABA, dan cryptoxanthin berpotensi menghambat ER-1, sedangkan fikoeritrobilin berpotensi menghambat PR dan HER2.
Ukuran sel N. oculata dan Porphyridium sp. yang diinduksi kolkisin pada beberapa sel mengalami peningkatan dan sebagian lainnya berukuran relatif sama dengan wild type. Jumlah DNA pada kelompok N148 mengalami peningkatan menjadi 1,84 pg/sel, sedangkan pada Porphyridium sp. meningkat pada kelompok N448 menjadi 48,83 pg/sel. Hasil pengujian flow cytometry pada umumnya hanya teramati pergeseran puncak sel yang meningkat DNA-nya pada N. oculata, sedangkan pada Porphyridium sp. terdapat 2 puncak pada kelompok wild type, pergeseran puncak pada mutan atau perubahan koloni sel menjadi satu kelompok sel
Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Gastropoda (Famili: Muricidae) di Pantai Watu Pecah Kabupaten Malang, Jawa Timur
Pantai Watu Pecah termasuk kawasan pasang surut yang memiliki keanekaragaman makroorganismenya tinggi, yang salah satunya yaitu muricidae. Gastropoda muricidae pada umumnya digunakan sebagai bioindikator logam berat karena organisme ini memiliki sifat predator yang terletak di bagian atas rantai makanan di ekosistem laut. Muricidae dapat mengakumulasi sejumlah besar logam berat ke dalam jaringan lunak dan cangkangnya melalui makanan yang tercemar atau melalui udara yang tercemar. Selain itu, muricidae memiliki habitat di dasar perairan, pergerakannya yang lambat, pola makan detritus, dan kemampuannya untuk mengakumulasi senyawa-senyawa kimia dalam jaringan tubuhnya. Dampak utama yang serius dari toksisitas timbal yaitu efek teratogenik-nya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar kandungan logam berat Pb pada gastropoda famili muricidae.
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Watu Pecah yang terletak di dusun Sendang Biru, desa Tambakrejo, kecamatan Sumbermanjing Wetan, kabupaten Malang pada bulan Februari sampai dengan Maret 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu melakukan sampling pada titik di lokasi penelitian yang dapat mewakili nilai. Analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik parametrik menggunakan Uji Independent T-test, Sedangkan data yang diambil yaitu data primer dan sekunder. Data primer yang diambil berupa sampel muricidae. Sampel yang telah diambil selanjutnya dianalisis di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA, Universitas Brawijaya untuk mengetahui kandungan logam berat Pb di otot dan organ pencemaan muncidae dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
Nilai rata-rata konsentrasi logam berat Pb pada otot muricidae di Pantai Watu Pecah berkisar antara 1,88 – 5,15 mg/kg dan untuk konsentrasi logam berat Pb pada organ pencernaan muricidae berkisar antara 2,57 – 6,59 mg/kg. Dilihat berdasarkan hasil analisis data statistik dengan menggunakan Uji Independent Sample T-test menunjukkan tidak berbeda nyata antara nilai konsentrasi logam berat Pb pada otot dan organ pencernaan muricidae di Pantai Watu Pecah (P>0.05). Upaya yang dilakukan karena logam berat Pb yang tinggi di Pantai Watu Pecah yaitu melakukan pengawasan terhadap kegiatan masyarakat dan perlunya untuk mengadakan sosialisasi kepada masyarakat terkait dampak dari pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya masyarakat daerah pesisir tidak mengkonsumsi muncidae tersebut, karena melebihi ambang batas SNI No. 7387 Tahun 2009 (1.5 mg/kg). Disarankan kepada masyarakat agar memberi perlakuan terlebih dahulu untuk menurunkan kandungan logam berat Pb pada muricidae sebelum dikonsumsi. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel gastropoda jenis lain, dan menggunakan parameter selain logam berat timbal (Pb)
Pengaruh Pemberian Dua Jenis Pupuk yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Biomassa Genus Amphora
Genus Amphora merupakan mikroalga kelompok diatom bersel tunggal
yang membentuk rangkaian berupa koloni dan memiliki dinding sel dengan
kandungan silikat (SiO2). Genus Amphora membutuhkan keberadaan nutrien yang
mengandung senyawa anorganik untuk mendukung pertumbuhannya. Pupuk NPK
merupakan golongan pupuk majemuk dengan kandungan unsur hara lebih dari
satu jenis dengan kandungan yang lengkap. Pupuk diatom merupakan pupuk
campuran yang sering digunakan pada kultur mikroalga jenis diatom skala
laboratorium. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk NPK dan pupuk diatom dengan dosis yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan biomassa genus Amphora serta mengetahui pupuk yang dapat
memberikan pertumbuhan dan biomassa yang terbaik. Pengambilan sampel
dilakukan di Pantai Tanjung Batu Landangan kabupaten Situbondo dan penelitian
dilaksanakan di Balai Perikanan dan Budidaya Air Payau Situbondo pada bulan
April hingga Mei 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen pada skala laboratorium dengan menggunakan rancangan acak
lengkap sebanyak 7 dengan 3 perlakuan pupuk NPK, 3 perlakuan pupuk diatom
dan 1 perlakuan kontrol masing-masing dengan 3 kali ulangan. Dosis pupuk NPK
yang digunakan yaitu A (10 ppm), B (15 ppm), C (20 ppm) dan dosis pupuk diatom
yaitu D (0,5 mL/L), E (1 mL/L), F (1,5 mL/L) dengan kontrol tanpa pupuk K (0 mL/L).
Kultur dilakukan selama tujuh hari mengguakan 21 botol plastik ukuran 1 liter
dengan volume air kultur sebanyak 500 ml yang menggunakan bibit sebanyak 100
mL. Parameter utama yang diukur antara lain kepadatan, laju pertumbuhan
spesifik, doubling time, dan biomassa. Parameter pendukung yang diukur antara
lain intensitas cahaya, suhu, pH, salinitas, nitrat, dan fosfat. Pertumbuhan genus
Amphora diamati setiap hari menggunakan haemocytometer dengan bantuan
mikroskop Olmypus CX23 dan pengukuran biomassa dilakukan pada fase
eksponensial. Analisis data menggunakan analysis of variance (ANOVA) dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95 % (a=0,05) dan
dilanjutkan dengan uji BNT kemudian uji polynomial orthogonal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kultur genus Amphora dengan pupuk NPK diperoleh hasil
kepadatan teringgi pada dosis 10 ppm sebesar 64,5 x 104 sel/ml dengan laju
pertumbuhan spesifik sebesar 0.89 /hari dengan r2 = 0,811. Nilai biomassa
tertinggi diperoleh dari dosis 10 ppm dengan rata-rata 1,61 x 10-3 mg/ml dengan r2
= 0,867. Sedangkan kultur dengan pupuk diatom, diperoleh hasil kepadatan
teringgi pada dosis 1 mL/L sebesar 63,25 x 104 sel/ml dengan laju pertumbuhan
spesifik sebesar 1,015/ hari dengan r2 = 0,803. Nilai biomassa tertinggi diperoleh
dari dosis 10 ppm dengan rata-rata 1,94 x 10-3 mg/ml dengan r2 = 0,875.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pupuk NPK menghasilkan kepadatan yang
lebih tinggi daripada pupuk diatom namun laju pertumbuhan dan biomassa pupuk
diatom lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk NPK. Laju pertumbuhan pupuk
diatom lebih tinggi karena fase eksponensial genus Amphora terjadi lebih cepat
daripada perlakuan pupuk NPK. Biomassa pada pupuk diatom lebih tinggi karena
genus Amphora mampu menyerap nutrien dengan baik. Oleh karena itu, pupuk
terbaik untuk kultur genus Amphora pada skala laboratorium yaitu pupuk diato