11 research outputs found

    Efek Ekstrak Etanol Pegagan (Centella Asiatica) Terhadap Rasio Ekspresi Dopamin Reseptor D1/Dopamin Reseptor D2, Aktivitas Lokomotor Dan Denyut Jantung Pada Larva Zebrafish (Danio Rerio) Yang Diinduksi Timbal (Pb)

    Get PDF
    Aktivitas lokomotor larva zebrafish diukur dengan merekam gerak berpindah larva zebrafish selama 1 menit usia 4 – 6 dpf. Rerata aktivitas lokomotor antara kelompok kontrol, kelompok timbal, dan kelompok perlakuan yang diberikan timbal 2,5 ppm ditambah pegagan konsentrasi 1,25 μg/mL (P1), 2,5 μg/mL (P2), dan 5 μg/mL (P3) dengan lama paparan 2 hpf –

    Efek Pemberian Escalating Dose Immunotherapy (EDI) Menggunakan Self Antigen dsDNA terhadap Jumlah Sel T Helper 2 (Th2) dan Kadar Interleukin-4 (IL-4) pada Mencit Pristane Induced Lupus (PIL)

    Get PDF
    Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah suatu penyakit autoimun sistemik yang bersifat kronis dan melibatkan kerusakan multi organ. Pada LES terjadi aktivasi yang berlebihan dari sel T dan sel B menyebabkan aktivitas LES meningkat. Escalating Dose (Antigen-Spesifik) Immunotherapy / EDI adalah metode terapi untuk mensupresi respon imun melaui mekanisme toleransi dengan cara menginjeksikan autoantigen (self-antigen dengan dosis yang bertahap. Metode EDI telah diteliti pada penyakit autoimun multiple sclerosis dan terbukti mampu mengembalikan toleransi imun dengan menginduksi aktivasi dan fungsi pada Treg untuk sekresi sitokin IL-10 dan TGF-β yang bekerja menekan sel imun autoreaktif termasuk sel T dan sel B. Peningkatan proliferasi sel Th2 akibat pengenalan self antigen oleh APC berkontribusi pada hiperaktivitas sel B autoreaktif yang berperan penting pada produksi autoantibodi pada LES. IL-4 sebagai salah satu sitokin yang diproduksi oleh sel Th2 berperan dalam meningkatkan diferensiasi sel B dan juga sel T, terutama sel T-helper 2 (Th2). Beberapa penelitian menunjukkan kadar IFNγ yang meningkat pada serum darah pasien LES dan ketidakseimbangan sitokin Th1 (IFNγ) dan Th2 (IL-4) berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit lupus pada mencit model lupus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian terapi EDI menggunakan self-antigen dsDNA dalam berbagai dosis pada mencit Balb/c pristane induced lupus (PIL) terhadap persentase sel Th2, kadar IL-4, serta rasio kadar IFNγ/IL-4. Metode penelitian yang dilakukan adalah desain eksperimen murni di laboratorium secara in vivo. Mencit betina Balb/c berusia 6-8 minggu dibagi kelompok kontrol negatif (mencit normal, n=5) dan kelompok mencit pristane induced lupus (PIL). Kelompok mencit PIL diberi injeksi 0,5 cc (782μg/ml) pristane secara i.p. Dua belas minggu paska injeksi pristane, mencit dievaluasi manifestasi klinis dan serologis (kadar anti-dsDNA). Mencit yang menunjukkan tanda-tanda lupus atau mencit PIL dibagi menjadi empat kelompok diantaranya kelompok kontrol positif (n=5): mencit PIL tanpa terapi EDI dsDNA, kelompok terapi A (n=5): mencit PIL dengan terapi EDI dsDNA dosis I (0.01 μg/ml, 0.1 μg/ml, 1 μg/ml), kelompok terapi B (n=5): mencit PIL dengan terapi EDI dsDNA dosis II (0.1 μg/ml, 1 μg/ml, 10 μg/ml), dan kelompok terapi C (n=5): mencit PIL dengan terapi EDI dsDNA dosis III (1 μg/ml, 10 μg/ml, 100 μg/ml) diberikan satu kali setiap minggu secara berurutan. Persentase sel Th2 diukur menggunakan metode flowcytometry dari limpa sedangkan kadar IL-4 dan IFN-γ diukur menggunakan metode ELISA dari serum darah mencit. Analisis data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji beda dilakukan dengan uji One Way ANOVA jika data terdistribusi normal dan homogen dan uji Kruskal Wallis jika data tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen. Uji post hoc dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian injeksi pristane secara IP dosis tunggal dapat menginduksi tanda-tanda lupus yaitu penurunan berat badan, bulu rontok, penurunan aktivitas dan peningkatan kadar anti-dsDNA secara signifikan. Hasil menunjukkan rata-rata persentase sel Th2 pada kelompok terapi A (3,28 ± 0,64), B (3,31 % ± 1,12), dan C (3,44 % ± 0,52) cenderung mengalami penurunan dibanding kelompok K(+)(4,31 % ± 0,39) meskipun tidak signifikan. Kadar IL4 pada kelompok terapi A (3,17 ± 0,42; p=0.037), B (4,22 ± 3,61; p=0.024), dan C (5,02 ± 3,42; p=0.005) cenderung meningkat dibandingkan kelompok positif (1,60 ± 0,51) secara signifikan (p<0,05). Rasio IFNγ/IL-4 pada kelompok terapi A (3601.11 ± 1070.77; p=0.003), B (2934.61 ± 1083.00; p=0.001) dan C (2953.56 ± 1584.28; p=0.001) mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan kelompok K(+)( 7814.15 ± 2331.95) yang menunjukkan pemberian terapi EDI dsDNA dapat menurunkan rasio IFNγ/IL-4.Pada penelitian ini pemberian EDI dsDNA pada kelompok mencit PIL dapat menurunkan jumlah sel Th2 melalui peningkatan sel T-Reg dan produksi sitokin imunomodulator IL-10 dan TGF-β. Pada penelitian sebelumnya, pemberian imunoterapi dengan antigen spesifik dengan metode EDI terbukti dapat menginduksi aktivasi dan fungsi pada Treg untuk sekresi sitokin IL-10 dan TGF-β yang bekerja menekan sel imun autoreaktif. Sel Treg memiliki peran penting dalam pengembangan terapi toleransi dengan antigen spesifik dan induksi sitokin IL10 sebagai imunomodulator. Peningkatan kadar IL-4 pada mencit PIL akibat pemberian EDI dsDNA diduga tidak hanya karena adanya produksi IL-4 oleh sel Th2 tetapi juga produksi dari sel-sel lain seperti sel mast, sel basofil, dan sel B. Peningkatan kadar IL-4 ini sebagai regulator untuk menekan aktivitas sel Th1 yang berlebih. Aktivitas Th1 salah satunya ditandai dengan produksi IFN-γ. Th2 juga memproduksi sitokin IL-4 yang bersifat antagonis terhadap IFN-γ dan menekan aktivasi makrofag. Aktivitas Th2 kemungkinan berfungsi sebagai regulator fisiologis pada respon imun dengan menghambat efek yang mungkin membahayakan dari respon Th1. Menurunnya rasio IFNγ/IL-4 pada mencit PIL yang diberikan terapi EDI dsDNA menjelaskan hasil pengukuran kadar IL-4 yang meningkat pada penelitian ini. Peningkatan kadar IL-4 pada kelompok mencit yang diberi terapi EDI dsDNA diduga sebagai kompensasi untuk menekan produksi sitokin IFN-γ lupus. Mengembalikan keseimbangan produksi IFN-γ dan IL-4 diharapkan dapat menjadi target terapi untuk menghambat kerusakan organ pada LES dan pada penelitian ini, pemberian terapi EDI dsDNA pada mencit PIL berhasil mengembalikan keseimbangan IFN-γ/IL-4 mendekati mencit normal. Pemberian EDI dsDNA tidak dapat menurunkan kadar IL-4 pada mencit PIL. Efek pemberian EDI dsDNA pada mencit PIL menunjukkan penurunan jumlah sel Th2 dan penurunan rasio IFNγ/IL-4 dengan dosis terbaik didapatkan pada kelompok dosis II (0.1 μg/ml, 1 μg/ml, 10 μg/ml)

    Pengaruh Pemberian Jus Buah Sirsak (Annona Muricata Linn) Terhadap Kadar Malondialdehyde (MDA) Plasenta Tikus Putih Strain Wistar (Rattus novergicus) Bunting Dengan Paparan Asap Rokok

    No full text
    Latar Belakang: Rokok mengandung banyak radikal bebas beracun dan spesies oksigen reaktif (ROS) yang dapat memicu kerusakan oksidatif terutama pada DNA, enzim, protein, dan lipid membran sel. Asap rokok yang terhirup saat periode kehamilan dapat menyebabkan jumlah ROS (Reactive oxygen species) yang bersifat toksik akibat resiko stres oksidatif menjadi tinggi sehingga membentuk senyawa Malondialdehyde (MDA) yang disebabkan oleh peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid dan peningkatan kadar MDA dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel, salah satunya adalah membran sel endotel plasenta. Polifenol dan vitamin C yang berguna sebagai antioksidan pada sirsak berpotensi mencegah dan mengurangi kecepatan pembentukan ROS dan radikal bebas. Tujuan: Mengetahui manfaat atau pengaruh dari pemberian jus buah sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kadar MDA plasenta tikus bunting galur wistar (Rattus norvegicus) yang terpapar asap rokok. Metode: Sebuah laboratorium eksperimental sejati dengan desain kelompok kontrol posttest-only randomized. Dosis paparan asap rokok dan jus sirsak yang berbeda dipilih secara acak dan dibagi menjadi 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Jus buah sirsak diberikan saat hari ke satu sampai hari ke sembilanbelas masa bunting, sedangkan asap rokok dipaparkan saat hari ketujuh sampai hari ke sembilanbelas. Hasil: Nilai signifikansi yang dihitung dengan uji Kruskal-Wallis adalah 0,350 (p>0,05), hasil tersebut menandakan tidak ada dampak yang bermakna pada nilai MDA plasenta tikus bunting yang diberikan jus buah sirsak dan dipaparkan asap rokok. Kesimpulan: Jus buah sirsak dengan dosis 0,5gr/200gr BB/hari dapat mencegah terjadinya kenaikan kadar Malondialdehyde plasenta tikus bunting setelah dipapar asap rokok

    Efek Gel Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa balbisiana) sebagai Preemptive Analgesia terhadap Mencit

    Get PDF
    Pisang kepok (Musa balbisiana) lazim dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia hanya sebagai bahan makanan, padahal potensi sebagai analgesik dapat ditemukan pada kulit pisang kepok. Nyeri sendiri merupakan permasalahan Kesehatan yang besar, dengan penderita sebanyak 1 dari 5 orang dewa dan diagnosis nyeri kronis pada 1 dari 10 orang dewasa pada tiap tahunnya. Senyawa flavonoid, alkaloid, triterpenoid, tannin, serta saponin yang terkandung di dalam kulit pisang kepok dapat mengurangi inflamasi serta nyeri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek pemberian gel ekstrak kulit pisang kepok (Musa balbisiana) terhadap total waktu respons nyeri pada mencit. Studi eksperimental laboratorik ini menggunakan post-test only controlled group design dengan jumlah mencit sebanyak 25 lalu dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok dengan pemberian natrium diclofenac, tanpa perlakuan, pemberian gel ekstrak kulit pisang kepok 2%, 4%, dan 8%. Seluruh mencit diukur waktu respons nyerinya dengan metode formalin test. Dari hasil penelitian didapatkan p=0,003 pada fase I dan p=0,000 pada fase II (nilai signifikan p<0,05) pada uji One Way ANOVA sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian gel ekstrak kulit pisang kepok (Musa balbisiana) dapat memberikan efek preemptive analgesia pada mencit

    Perbandingan Efek Ekstrak Flavonoid Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa), Dienogest dan Leuprolide Asetat terhadap Kadar IL-2 dan Kadar IL-10 pada Mencit Model Endometriosis,

    No full text
    Endometriosis merupakan kelainan ginekologi yang terjadi dengan adanya pertumbuhan jaringan di luar endometrium. Penyakit endometriosis memiliki dua gejala yang sering dialami, yaitu nyeri dan infertilitas. Selama pembentukan lesi endometriosis, makrofag mensekresikan banyak faktor inflamasi. Respon inflamasi membentuk lingkungannya untuk proses angiogenesis dan apoptosis abnormal endometrium. Respon inflamasi akan menyebabkan gejala nyeri dengan adanya sitokin. Sitokin yang berperan sebagai penghubung kekebalan tubuh dibagi menjadi 2 yaitu sitokin pro inflamasi dan sitokin antiinflamasi. Sitokin proinflamasi, seperti IL-2 ini berada di peritoneal yang menyebabkan aktifnya serabut nyeri. Sitokin IL-10 sebagai sitokin antiinflamasi yang memiliki peran menekan produksi sitokin proinflamasi, diferensiasi sel dan menghambat peradangan. Bentuk terapi endometeriosis meliputi terapi agonis-GnRH (agonis hormon gonadotropin) berupa leuprolide asetat dan progestin selektif berupa dienogest. Namun, kedua obat tersebut memiliki efek samping yang ada diperlukan pengobatan endometriosis yang harus dipertimbangkan keamanannya. Salah satu tanaman herbal yang dalam proses pengembangan yaitu buah mahkota dewa. Mahkota dewa dapat digunakan sebagai antitumor, antiinflamasi, vasodilator, antihiperglikemia, antioksidan, antivirus, antidiare, antibakteri dan efek antijamur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan efek pemberian ekstrak buah mahkota dewa, dienogest dan leuprolide asetat terhadap kadar IL-2 dan IL-10 pada mencit model endometriosis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental dengan metode post-test control group design. Sampel yang digunakan adalah mencit betina yang dibuat model endometriosis, implantasi jaringan myometrium dan endometrium dari bahan adenomyosis. Jumlah mencit total yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 dengan pembagian 8 kelompok yaitu 2 kelompok kontrol dan 6 kelompok perlakuan. Kadar IL-2 dan IL-10 diukur dengan menggunakan ELISA. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Anova dilanjutkan dengan uji Tukey. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa pemberiaan flavonoid ekstrak buah mahkota dewa dosis 7,5 mg/hari menunjukkan rata-rata kadar IL-2 yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sedangkan pemberian flavonoid ekstrak buah mahkota dewa dosis 7,5 mg/hari menunjukkan rata-rata kadar IL-10 tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Secara statistik terdapat tidak ada perbedaan bermakna pada rata-rata kadar IL-2 dan IL-10 pada pemberian flavonoid ekstrak buah mahkota dewa, dienogest dan leuprolide asetat

    Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Berat Prostat Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan.

    No full text
    Susu kedelai merupakan minuman nabati yang terbuat dari kacang kedelai yang mudah ditemukan di Indonesia dan sering dikonsumsi sebagai pengganti susu bagi individu yang intoleran laktosa dan pada individu dengan pola diet vegan. Diantara nutrisi dan senyawa fitokimia penting yang terkandung dalam kacang kedelai, senyawa fitoestrogen yang secara struktur mirip dengan estradiol dan mampu berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER), khususnya pada kelas Isoflavonoid. Aktivitas Isoflavonoid yang mampu berinteraksi dengan reseptor estrogen baik ERα ataupun ERβ akan menyebabkan adanya respon estrogenik yang bersifat menginduksi atau menghambat pada jaringan yang memiliki reseptor estrogen yaitu salah satunya jaringan prostat. Efek dari aktivitas fitoestrogen yang berikatan dengan ERβ itulah yang menyebabkan adanya perubahan sel pada jaringan prostat sehingga banyak studi penelitian menyebutkan bahwa fitoestrogen dapat digunakan sebagai terapi pada Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dan kanker prostat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian susu kedelai dapat mempengaruhi berat prostat pada tikus wistar (Rattus novergicus) jantan. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan posttest only control group design yang dibagi menjadi 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok paparan pada tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan pada usia 5-10 minggu yang diberikan paparan susu kedelai dengan dosis awal P1 7,1 gr/kg/hari, P2 14,2 gr/kg/hari, dan P3 21,3 gr/kg/hari yang akan meningkat setiap minggunya sesuai dengan berat badan tikus. Data yang didapatkan sebanyak 29 sampel prostat yang dianalisis dengan Uji Homogenitas Varian (Uji Fisher) dan Uji One-Way ANOVA. Hasil yang diperoleh adalah pemberian susu kedelai tidak dapat memberikan pengaruh pada berat prostat tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis One-Way ANOVA diperoleh nilai p = 0,647 (p > 0,05) yang berarti tidak ditemukan perbedaan signifikan antar kelompok

    Pengaruh Pemberian Jus Buah Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir Pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus norvogicus) Bunting yang Dipapar Asap Rokok

    No full text
    BLR (Berat Badan Lahir Rendah) termasuk kondisi yang menjadi penyebab dari tingginya AKB (Angka Kematian Bayi). Berdasarkan data dari SDKI pada.2017 menunjukan bahwa sebanyak 19% bayi yang lahir mengalami BBLR. BBLR dapat terjadi akibat radikal.bebas.yang dihasilkan dari.paparan asap.rokok

    Pengaruh Pemberian Nano Kurkumin Terhadap Proteinuria Pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus norvegicus) Bunting Model Preeklampsia.

    No full text
    Pendahuluan: Preeklampsia adalah salah satu gangguan hipertensi yang paling serius 5-7% dari semua kehamilan, menyebabkan sekitar 70.000 kematian ibu dan 500.000 kematian janin di seluruh dunia setiap tahun. Menurut BPS (2020) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai angka 305 kasus per 100.000 kelahiran, pada angka tersebut hipertensi dalam kehamilan menduduki peringkat kedua penyebab kematian ibu tertinggi setelah perdarahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian nano kurkumin terhadap proteinuria pada tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus) bunting model preeklampsia. Metode: Desain penelitian ini adalah post-test only control group design pada penelitian eksperimental dengan menggunakan tikus putih betina sebagai populasinya. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 24 tikus putih bunting. Analisis data yang digunakan adalah Uji One Way Anova untuk mengetahui pengaruh pemberian nano kurkumin terhadap tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus) bunting model preeklampsia dan uji post hoc LSD untuk mengetahui hubungan antarkelompok. Hasil: Hasil yang didapatakan pada penelitian ini adalah pada uji One Way Anova terdapat hasil signifikan p=0.001<0.05. Hasil uji post hoc LSD diketahui terdapat dosis yang efektif dalam memengaruhi proteinuria adalah 25mg/ml dan diketahui bahwa semakin tinggi dosis nano kurkumin, proteinuria akan semakin bertambah. Kesimpulan: penelitian ini adalah nano kurkumin dapat mempengaruhi proteinuria pada preeklampsia dosis paling efektif 25 mg/ml dan pemberian dengan dosis yang tinggi dapat meningkatkan proteinuria

    Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Kopi Arabica (Coffea Arabica) Terhadap Jamur Candida Albicans Secara In Vitro

    Get PDF
    Jamur Candida albicans masih menjadi penyebab infeksi jamur terbanyak di Indonesia meupun di belahan dunia. Tingginya laju resistensi Candida albicans terhadap agen antifungal serta efek samping pengobatan bagi beberapa populasi menjadi ancaman kesehatan masyarakat akan semakin meningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans. Diperlukan suatu inovasi agen antifungal yang mudah didapatkan serta melimpah keberadaannya. Tanaman Kopi (Coffea arabica) merupakan tanaman yang banyak dikultivasi di negara dengan penghasil kopi terbesar ke-3 di Dunia. Tanaman Kopi memiliki berbagai manfaat sejak zaman dahulu. Tanaman Kopi juga diketahui memiliki beberapa aktivitas antifungal walaupun masih sedikit literatur efek antifungal terhadap Candida spp. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental laboratorium dengan desain true experimental. Fokus penelitian ditujukan pada keadaan koloni Candida albicans setelah dipaparkan ekstrak etanol Biji Kopi Arabika (Coffea arabica) secara in vitro melalui metode dilusi agar untuk menentukan pertumbuhan koloni pada tiap plate. Kelompok perlakuan pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kultur Candida albicans dengan aquades (kontrol negatif) serta kelompok kultur Candida albicans dengan konsentrasi ekstrak 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Konsentrasi 5% telah menunjukkan adanya penurunan pertumbuhan koloni. Alasan itulah yang membuat penelitian menggunakan konsentrasi 5% ke atas. Hasil analisa statistik didapatkan nilai uji Kruskal Wallis sebesar 0.001 (p<0.05). Analisis data dilanjutkan menggunakan Uji Mann Whitney. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak Biji Kopi Arabika 0% atau kontrol negatif menghasilkan hasil yang berbeda signifikan terhadap konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Perbandingan antarkelompok lainnya menunjukkan nilai signifikansi kecuali konsentrasi 15% dengan 20% serta 20% dengan 25%. Uji signifikansi Spearman menghasilkan angka 0.000 dengan koefisien korelasi - 0.964. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan konsentrasi ekstrak Biji Kopi Arabika akan menurunkan pertumbuhan koloni Candida albicans secara signifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Biji Kopi Arabika (Coffea arabica) memiliki efek antifungal terhadap jamur Candida albicans secara in vitro

    Pengaruh Pemberian Nano Kurkumin Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Strain Wistar (Rattus norvegicus) Bunting Model Preeklamsia.

    No full text
    Preeklamsia merupakan hipertensi pada ibu hamil yang menyerang pada usia kehamilan di atas 20 minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan protein urine positif. Hal tersebut merupakan komplikasi dalam kehamilan yang menyebabkan gangguan multi organ pada maternal dan fetal. Preeklamsia dapat menyebabkan penurunan ekstraksi glomerulus dan pembengkakan kapiler ginjal. Kurkumin merupakan ekstraksi dari tanaman kunyit (Curcuma longa) yang mampu menghambat kadar COX 2 pada preeklamsia. Nano kurkumin merupakan bentuk nano dari kurkumin yang memiliki biokompabilitas tinggi sehingga mampu meningkatkan farmakokinetik dari kurkumin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian nano kurkumin terhadap kondisi histopatologis ginjal (Endoteliosis glomerulus) tikus pada preeklamsia. Metode eksperimental laboratorium secara in vivo dengan Randomized Control Trial pada 24 tikus yang terbagi dari 6 kelompok perlakuan. Injeksi L-name 125mg/KgBB dan Nano kurkumin 25, 50, 100, 200mg/KgBB pada hari ke 13-18. Terminasi pada usia kehamilan 19 hari. Semua sampel dinilai kerusakan Endoteliosis glomerulus menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin dan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Parameter penilaian menggunakan kriteria Stillman dan Wide-swesson. Terdapat perbedaan signifikan berdasarkan uji Kruskal wallis P=0,003 (P<0,05). Pada uji Mann Whitney U nilai P1 terhadap K+ tidak berpengaruh signifikan (P=0,127) dibandingkan K+ dengan P2, P3, P4(P=0,000). Pemberian nano kurkumin memiliki pengaruh menurunkan endoteliosis glomerular pada preeklamsia, dengan dosis efektif 25mg/kgBB
    corecore