10 research outputs found
Pengaruh Frekuensi Penyiangan Gulma Dan Jenis Pupuk Terhadap Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus Vulgaris L)
Tanaman buncis dengan nama latin Phaseolus vulgaris L. merupakan tanaman sayur dengan kandungan gizi yang tinggi sehingga baik untuk memenuhi kebutuhan makanan dan kesehatan. Berdasarkan data produksi tahun 2017-2020 diketahui pada tahun 2017 hingga tahun 2018 produksi buncis mengalami penigkatan, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan dan terjadi peningkatan kembali pada tahun 2020. Kesuburan tanah menjadi salah satu faktor pendukung pertumbuhan tanaman tersebut untuk mencapai hasil optimal. Oleh karenanya untuk pemenuhan kebutuhan diperlukan penambahan pupuk baik organik ataupun anorganik. Faktor lain yang mempengaruhi hasil tanaman berupa tumbuhnya gulma disekitar tanaman budidaya yang mengakibatkan penurunan produksi dikarenakan adanya persaingan tanaman dalam memperoleh unsur hara, air, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, serta ruang lingkup tanaman untuk berkembang semakin terbatas.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2021 berlokasi di lahan penelitian Jatimulyo, Kecamatan Lowakwaru, Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, tugal, timbangan, alat tulis, kamera, plastik, timba, rafia, frame 50x50 cm, oven, bambu/kayu, papan petak, penggaris atau meteran, amplop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih buncis tegak, air, pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk KCL, pupuk kandang sapi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang terdiri dari 2 faktor dan 3x ulangan. Faktor 1 (P) perlakuan jenis pupuk terdiri perlakuan atas P1 = Pupuk Anorganik; P2 = Pupuk Organik; P3 = Pupuk Organik + Anorganik, sedangkan faktor 2 (G) frekuensi penyiangan gulma terdiri atas perlakuan G0 = Tanpa Penyiangan; G1 = Penyiangan 14, 28 HST; G2 = Penyiangan 14, 21, 28 HST. Parameter pengamatan meliputi analisis vegetasi gulma, pengamatan tinggi tanaman, pengamatan jumlah cabang dan jumlah daun, pengamatan waktu muncul bunga, pengamatan jumlah bunga, pengamatan bobot panen, pengamatan panjang polong, pengamatan jumlah polong, pengamatan bobot kering dan bobot basah. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis ragam ANOVA menggunakan abel F pada taraf 5%. Apabila hasilnya berbeda nyata maka diperlukan uji lanjut dengan menguji perbedaan perlakuan menggunakan uji BNJ taraf 5%.
Berdasarkan penelitian dapat di tarik kesimpulan perlakuan pada kombinasi organik dan anorganik dengan frekuensi penyiangan sebanyak 3x pada umur 14, 21 dan 28 HST memiliki berat kering 321,92% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penggunaan pupuk organik dengan tanpa penyiangan, sama halnya dengan pengamatan bobot hasil menunjukkan perlakuan P3G2 420,17% lebih tinggi .dibandingkan dengan perlakuan P2G0. Pada pengamatan SDR sebelum tanam didominansi oleh jenis gulma yaitu Ageratum conyzoides (35,67%) dan Ludwigia octovalvis (23,63%) sedangkan setelah dilakukan penanaman terjadi penurunan dominansi yaitu Ageratum conyzoides (17,28%) dan Ludwigia octovalvis tidak ditemukan setelah perlakuan, dominansi digantikan oleh Eleusine
RICKY PRASEPTYO. 175040201111014. Pengaruh Frekuensi Penyiangan Gulma Dan Jenis Pupuk Terhadap Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS.
iii
indica yang sebelum penanaman memiliki SDR 2,83 % dan setelah dilakukan penanaman rata-rata SDR keseluruhan perlakuan menjadi 24,13%
Pengaruh Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.
Kacang merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak ditemui
hampir di seluruh belahan dunia. Ditinjau dari nilai gizinya, komoditas ini
merupakan sumber karbohidrat dan protein yang relatif murah dan aman bagi
kesehatan. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementrian Pertanian Tahun 2018,
Produksi kacang tanah nasional mencapai 512. 198 ton. Angka ini menunjukkan
kenaikan sebesar 3,38 % dari tahun sebelumnya namun belum dapat melampaui
produksi tertinggi pada tahun 2014 yang mencapai angka 638.896 ton. Hal
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah penerapan teknologi yang
kurang maksimal, pengadaan benih bermutu yang masih rendah dan penggunaan
pupuk hayati, organik yang masih rendah dan kehadiran Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Pertumbuhan kacang tanah sangat rentan terhadap persaingan
dengan gulma. Gulma yang tidak terkontrol dapat mengurangi hasil kacang tanah
hingga mencapai 70% terutama pada musim hujan. Produksi kacang tanah dapat
mengalami peningkatan jika pengendalian gulma secara rutin. Banyak metode
yang dapat dilakukan dalam pengendalian gulma pada kacang tanah.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secra mekanis, kimiawi, hayati, kultur teknis
dan terpadu. Praktek pengendalian gulma seringkali memerlukan biaya yang
besar. Agar pengendalian gulma dapat berhasil dengan baik maka perlu adanya
identifikasi terhadap periode kritis gulma sehingga pengendalian dapat berjalan
tepat dan efisien. Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari dan mendapatkan
perlakuan pengendalian gulma yang tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Hipotesis penelitian adalah pengendalian
gulma menggunakan herbisida berbahan aktif oksiflourfen merupakan cara paling
efektif dan efisien untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah (Arachis hypogaea L.)
Penelitian dilakukan pada bulan Juni-September 2020, bertempat di desa
bertempat di desa Randuagung, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, sprayer, oven, cangkul,
meteran, gembor, ember plastik, penggaris, timbangan digital, kamera dan alat
tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ialah benih kacang tanah varietas
Kancil tipe tegak, herbisida dengan bahan aktif oksifluorfen 240 g ha-1, mulsa
plastik hitam perak, mulsa jerami padi, pupuk urea, SP-36 dan KCl, papan label.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6
perlakuan dan 4 ulangan. Pengamatan dilakukan dengan tiga macam, yaitu
pengamatan gulma, pertumbuhan, dan panen. Data hasil pengamatan selanjutnya
analisis dengan menggunakan analisis ragam ANOVA (uji F) pada taraf 5% untuk
mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh antar perlakuan. Jika terdapat pengaruh
nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan bebas gulma (P1), penyiangan 14,
28 dan 42 HST (P2), aplikasi herbisida oksifluorfen dengan dosis 240 g ha-1 +
penyiangan 42 HST (P3), mulsa plastik + penyiangan 42 HST (P4) dan mulsa
jerami padi + penyiangan 42 HST mampu menurunkan populasi dan bobot kering
ii
gulma. Perlakuan pengendalian gulma menunjukkan pengaruh pada parameter
tinggi tanaman pada umur pengamatan 52, 62 dan 72 HST, jumlah daun pada
umur pengamatan 52 dan 62. Perlakuan tanpa pengendalian gulma memiliki hasil
lebih rendah dalam peningkatan jumlah polong (polong/tanaman) dan bobot 100
biji (g) dibandingan perlakuan (P1, P2, P3, P4 dan P5). Pada komponen
pertumbuhan bobot kering tanaman perlakuan P1 (bebas gulma) nyata lebih berat
dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan pada komponen hasil jumlah biji/
tanaman perlakuan P0 (tanpa pengendalian) lebih rendah dibandingkan perlakuan
P1 (bebas gulma), P3 (aplikasi herbisida oksifluorfen dengan dosis 240 g ha-1 +
penyiangan 42 HST) dan P4 (mulsa plastik hitam perak + penyiangan 42 HST)
namun tidak berbeda dengan P2 (penyiangan pada 14, 28, dan 42 HST) dan P5
(mulsa jerami padi + penyiangan 42 HST). Gulma yang mendominasi di lahan
pertanaman kacang tanah ialah gulma teki (Cyperus rotundus) dan bandotan
(Ageratum conyzoides). Perlakuan pengendalian gulma berpengaruh nyata pada
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Metode pengendalian gulma
dengan perlakuan aplikasi herbisida oksiflourfen 240 g ha-1 + penyiangan 42 HST
merupakan perlakuan pengendalian gulma yang paling efektif dan efisien terbukti
dengan nilai indeks gulma terendah yaitu sebesar 3,16 % dan hasil panen sebesar
1,85 ton/h
Pengaruh Trichoderma Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) Pada Kondisi Cekaman Salinitas
Produktivitas kedelai di Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan nasional. Cekaman salinitas merupakan salah satu penyebab penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Akumulasi garam berlebih di tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisiologis tanaman seperti pertumbuhan, perkembangan, fotosintesis, dan metabolisme yang dapat menurunkan produksi tanaman. Pada varietas rentan, cekaman salinitas dapat menyebabkan kematian tanaman. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk mengatasi penurunan pertumbuhan dan hasil kedelai pada kondisi cekaman salin. Penggunaan inokulan mikroba toleran salinitas yang meningkatkan pertumbuhan tanaman di tanah salin menjadi strategi alternatif untuk menekan tingkat cekaman salinitas pada tanaman. Beberapa isolat Trichoderma teridentifikasi bertahan pada kondisi pH dan salinitas yang ekstrim mampu mengkoloni akar dan meningkatkan pertumbuhan akar serta tajuk kedelai. Namun, potensinya dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan salin perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi antara T. asperellum dan T. virens dengan tingkat salinitas tanah serta pengaruh dari masing-masing perlakuan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada kondisi cekaman salinitas.
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Aneka Kacang (BPSI AK), Malang pada bulan Agustus 2022–Februari 2023. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah aplikasi Trichoderma yaitu (kontrol), T. asperellum, dan T. virens, sedangkan faktor kedua adalah tingkat salinitas (0 mM NaCl, 25 mM NaCl, 50 mM NaCl, dan 100 mM NaCl). Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, luas daun, panjang akar, bobot kering tanaman, kandungan klorofil daun, kandungan prolin, senyawa fenolik, kandungan IAA, kadar hara tanah, analisis jaringan tanaman, hasil dan komponen hasil tanaman serta pengamatan skor klorosis tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis sidik ragam menggunakan ANOVA. Jika hasil analisis varian menunjukkan perbedaan yang signifikan, dilanjutkan uji DMRT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi aplikasi T. asperellum dan T. virens pada berbagai tingkat salinitas tanah terhadap kandungan karotenoid daun, kadar Na dan Cl tanaman, kandungan prolin dan kandungan total fenolik daun serta kandungan IAA. Aplikasi T. asperellum dan T. virens berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai, namun tidak berpengaruh terhadap hasil tanaman kedelai pada kondisi cekaman salinitas. Aplikasi T. asperellum dan T. virens meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, bobot kering tanaman, kadar K dan Ca tanaman, menurunkan kadar Na dan Cl tanaman dan skor klorosis daun. Pengaruh positif T. asperellum dan T. virens disebabkan oleh kemampuannya dalam menghambat penyerapan Na dan Cl tanaman dan meningkatkan K dan Ca tanaman. Tingkat salinitas tanah meningkatkan kadar Na dan Cl tanaman, menurunkan kadar K dan Ca tanaman, tinggi tanaman, kandungan klorofil a, dan b, luas daun, panjang akar, bobot kering tanaman, dan hasil tanaman kedelai
Pengaruh Jenis Pupuk Dan Waktu Penyiangan Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Tanaman bawang merah dengan nama lain Allium ascalonicum L. merupakan
tanaman yang memiliki potensi baik dalam segi ekonomi, makanan dan kesehatan.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2019, pada tahun 2015 hingga 2019, hasil
produksi tanaman bawang merah di Indonesia mengalami ketidakstabilan dan terus
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya kegagalan panen dan cara
budidaya yang kurang maksimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
hasil produksi tanaman bawang merah yaitu dengan teknik budidaya yang baik dan
pemupukan yang optimal. Gulma yang dinilai sebagai pengganggu bagi tanaman
juga merupakan sebuah masalah yang harus ditangani. Adanya gulma akan
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman bawang
merah, sehingga perlu adanya pengendalian seperti penyiangan sebagai bentuk
usaha meningkatkan produksi tanaman.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 hingga Mei 2021 yang
berlokasi di lahan penelitian Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten
Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, cetok, tali rafia,
meteran, penggaris, gunting, cutter, kamera, alat tulis, kayu, ember, timbangan,
papan petak, petak pengamatan dan amplop. Selain alat yang digunakan terdapat
bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa umbi bawang merah
varietas tajuk, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk Za, dan pupuk SP36. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang terdiri
dari 2 faktor dan 3 ulangan. Petak utama yaitu perlakuan dengan perlakuan jenis
pupuk yang terdiri atas M0 = Kontrol, M1 = Pupuk Kandang, dan M2 = Pupuk
Anorganik, sedangkan untuk anak petak yaitu perlakuan dengan frekuensi
penyiangan gulma yang terdiri atas W0 = Tanpa penyiangan, W1 = Penyiangan
Pada 14, dan 28 hst, W2 = Penyiangan Pada 14, 28, dan 35 hst, dan W3 =
Penyiangan Pada 14, 28, 35 dan 42 hst. Parameter pengamatan meliputi analisis
vegetasi gulma, bobot segar gulma, dan bobot kering gulma, panjang tanaman,
jumlah daun, jumlah anakan, jumlah umbi, bobot segar tanaman, bobot kering
tanaman, bobot segar umbi dan bobot kering umbi. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan ragam ANOVA dengan taraf F pada nilai 5% dan jika
hasilnya berbeda nyata maka dilanjutan dengan pengujian menggunakan uji BNT
dengan taraf 5%.
Perbedaan penggunaan jenis pupuk dan pengendalian gulma menghasilkan
data yang berbeda. Hasil yang terbaik yaitu menggunakan pupuk anorganik dan
penyiangan gulma sebanyak 4 kali pada umur 14, 28, 35, dan 42 hst. Sedangkan
hasil paling rendah adalah tanpa menggunakan pupuk dan tanpa penyiangan gulma
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Musim Kemarau.
Tomat (Lycopersium esculentum Mill.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki banyak manfaat. Tingginya permintaan buah tomat menyebabkan permintaan buah tomat secara terus-menerus meningkat, sehingga diperlukan adanya berbagai upaya untuk meningkatkan produksi tanaman tomat. Permasalahan yang banyak ditemui oleh para petani yaitu keberadaan gulma dalam area penanaman tomat. Keberadaan gulma dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman tomat karena akan menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperebutkan air, cahaya matahari serta unsur hara dengan tanaman utama, sehingga diperlukan adanya metode pengendalian gulma yang efisien dalam menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual, kimiawi, biologi serta kultur teknis, sehingga diperlukan adanya penelitian ini untuk menekan pertumbuhan gulma serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mendapatkan metode pengendalian gulma paling sesuai terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perlakuan metode pengendalian gulma yang lebih efisien dibanding pengendalian gulma secara manual (weed free) dalam menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman tomat.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Oktober 2023 di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan antara lain: P0 = Tanpa Pengendalian Gulma (Kontrol), P1 = Bebas Gulma, P2 = Penyiangan 21 HST, P3 = Penyiangan 21 HST dan 28 HST, P4 = Penyiangan 21 HST, 28 HST, dan 35 HST, P5 = Herbisida Oksifluorfen 240 g ha-1, P6 = Mulsa Jerami, P7 = Herbisida Oksifluorfen 240 g ha-1 + Penyiangan 35 HST, dan P8 = Mulsa Jerami + Penyiangan 35 HST. Parameter yang diamati meliputi pengamatan gulma, pengamatan pertumbuhan, pengamatan komponen hasil, pengamatan efisiensi pengendalian gulma, indeks gulma dan pengamatan fitotoksisitas. Data pengamatan yang diperoleh dapat dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf 5% dan apabila perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNJ pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis gulma sebelum pengolahan lahan dan terdapat 3 penambahan jenis gulma baru pada pengamatan analisis vegetasi 42, 49, 56, dan 63 HST yang tergolong gulma berdaun lebar dan rumput-rumputan. Gulma yang mendominasi yaitu Cynodon dactylon dan Digitaria longiflora. Perlakuan herbisida oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 35 HST serta mulsa jerami + penyiangan 35 HST efektif menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan pertumbuhan tanaman karena adanya penyiangan pada umur 35 HST. Perlakuan penyiangan 21, 28, dan 35 HST, herbisida oksifluorfen 240 g ha-1 + penyiangan 35 HST serta mulsa jerami + penyiangan 35 HST efektif meningkatkan komponen hasil dan layak secara ekonomi karena memberikan keuntungan yang tinggi dibandingkan tanpa pengendalian gulma
Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk NPK Terhadap Serapan Hara N, P, K dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.)Varietas Inpari 32.
RINGKASAN
Sebastian Pardede. 195040201111119. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk NPK Terhadap Serapan Hara N, P, K dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.)Varietas Inpari 32. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sudiarso, M.S. dan Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS.
Padi (Oryza Sativa L.) merupakan tanaman serealia yang hampir sepanjang tahun dapat dijumpai di lahan sawah produktif. Penanaman padi sepanjang tahun didasari dengan kebutuhan pangan sebagian besar penduduk Indonesia yang makanan pokoknya nasi. Produksi padi Indonesia saat ini mengalami penurunan ditengah permintaan yang terus mengalami peningkatan. Data Badan Pusat Statistika (2022) menunjukkan produksi padi tahun 2021 mencapai 54,42 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) dan mengalami penurunan sebanyak 233,91 ribu ton (0,43%) dibandingkan produksi padi tahun 2020 yaitu sebesar 54,65 juta ton GKG. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya produksi padi adalah terjadinya alih fungsi lahan, dan juga masalah kesuburan tanah. Berdasarkan masalah diatas salah satu langkah yang dapat dilakukan guna meningkatkan produksi padi yaitu dengan memperhatikan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Apabila ketersediaan unsur hara di dalam tanah sedikit maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk menunjang kehidupan tanaman sehingga dapat berproduksi secara optimal. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah adalah penggunaan pupuk anorganik dan pemanfaatan pupuk hayati. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi pupuk hayati dan pupuk kimia terhadap serapan hara N, P, K dan hasil tanaman padi.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2022 hingga April 2023, di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 30 petak perlakuan. Tiap petak percobaan berukuran 4 x 5 m. Adapun variabel yang diamati meliputi, panjang tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, bobot segar dan berat kering tanaman, berat 1000 butir, berat gabah per sampel, berat kering gabah, serapan nitrogen, serapan fosfor dan kalium. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan uji F (analisis ragam) dengan taraf 5% untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pupuk hayati dan pupuk kimia terhadap serapan hara pada tanaman padi. Apabila terdapat pengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan NPK 75% + PH 75% (Urea 225 kg.ha-1 + Phonska 225 kg.ha-1 + PH 15 kg.ha-1) mampu menghasilkan bobot kering giling tanaman padi yang tidak berbeda signifikan dengan perlakuan NPK 100% + PH 75% (Urea 300 kg.ha-1 + Phonska 300 kg.ha-1 + PH 15 kg.ha-1). Dengan demikian, perlakuan NPK 75% + PH 75% mampu mengurangi dosis pupuk anorganik sebesar 25%, sementara masih mempertahankan hasil panen yang komparatif dengan perlakuan NPK 100%. Ini mengindikasikan bahwa kombinasi pupuk NPK dan pupuk hayati memiliki potensi untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik tanpa mengorbankan hasil produksi tanaman padi
engaruh Frekuensi Penyiangan pada Pertumbuhan dan Hasil Dua Tipe Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Buncis merupakan salah satu tanaman komoditas pangan jenis sayuran buah
yang diminati masyarakat. Buncis memiliki banyak manfaat bagi masyarakat
seperti menambah pendapatan dan mengontrol penyakit akibat adanya senyawa
flavonoid yang dapat mengontrol penyakit diabetes mellitus. Tingginya kandungan
gizi buncis menyebabkan konsumsi buncis juga tinggi. Oleh sebab itu, produksi
buncis harus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan masyarakat. Namun, masih
ditemukan masalah yang menyebabkan penurunan produksi buncis, salah satunya
adalah kehadiran gulma di lahan budidaya buncis. Kehadiran gulma di lahan
budidaya menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi. Pemilihan tipe pertumbuhan
buncis yang akan ditanami di lahan budidaya menjadi salah satu penentu hasil
buncis. Tipe pertumbuhan buncis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberadaan gulma di lahan budidaya tanaman buncis, dimana tipe pertumbuhan
buncis akan berpengaruh terhadap luasan naungan. Naungan yang luas akan
menutupi gulma yang tumbuh di bawah naungan sehingga gulma yang tumbuh
lebih sedikit. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
frekuensi penyiangan gulma pada pertumbuhan dan hasil dua tipe buncis. Hipotesis
dari percobaan ini adalah frekuensi penyiangan gulma sebanyak 3 kali
menghasilkan pertumbuhan dan hasil terbaik pada buncis tipe tegak.
Percobaan lapang telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni
2023 di Agrotechnopark Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur. Alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari frame
50 cm x 50 cm, meteran, timbangan digital, oven, LAM, dan kamera. Bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu benih buncis tipe tegak varietas Gipsy, benih
buncis tipe rambat varietas Pertiwi, pupuk kandang, dan pupuk NPK mutiara 16-
16-16. Percobaan yang dilakukan menggunakan RAK yang terdiri dari 2 perlakuan
yaitu tipe buncis dan waktu penyiangan gulma. Unit kombinasi yang terbentuk
yaitu 8 kombinasi perlakuan dan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali sehingga
didapatkan total 32 kombinasi perlakuan, dengan 1 petak perlakuan terdiri dari 40
tanaman sehingga total tanaman dalam percobaan yaitu 1.024 tanaman.
Pengamatan gulma terdiri dari identifikasi gulma, perhitungan SDR, dan berat
kering gulma. Pengamatan pertumbuhan buncis terdiri dari rerata jumlah daun per
tanaman, luas daun per tanaman, dan Leaf Area Index. Pengamatan hasil buncis
terdiri dari jumlah polong total per tanaman, bobot polong segar per tanaman,
panjang polong, dan hasil panen per hektar.
Hasil percobaan lapang menunjukkan bahwa analisis vegetasi gulma pada
lahan sebelum perlakuan ditemukan 7 spesies gulma yang terdiri dari Ageratum
conyzoides, Commelina nudiflora L., Cynodon dactylon, Cyperus rotundus,
Imperata cylindrical, Pennisetum purpureum dan Phyllanthus urinaria. Sedangkan
analisis vegetasi gulma pada lahan setelah perlakuan ditemukan 12 spesies gulma
yang terdiri dari Ageratum conyzoides, Cleome rutidosperma, Commelina nudiflora
L., Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Elephantophus scaber L., Eleusine
indica, Euphorbia hirta, Imperata cylindrica, Oldenlandia corymbosa, Pennisetum
purpureum, dan Phyllanthus urinaria dengan gulma yang mendominasi setiapvii
perlakuan yaitu Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, dan
Oldenlandia corymbosa. Perlakuan buncis tipe tegak dengan frekuensi penyiangan
3 kali dan perlakuan buncis tipe rambat dengan frekuensi penyiangan 2 dan 3 kali
mampu menekan beberapa jenis gulma, menurunkan bobot kering gulma,
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya yang dapat dilihat dari parameter rerata jumlah daun per tanaman, luas daun
per tanaman dan Leaf Area Index tanaman buncis, serta menghasilkan panen buncis
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yang dapat dilihat dari parameter
jumlah polong per tanaman, bobot segar polong per tanaman, panjang polong, dan
hasil panen buncis per hektar. Perlakuan buncis tipe rambat dengan frekuensi
penyiangan 3 kali menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan dua tipe buncis lainnya serta tidak berbeda nyata dengan
perlakuan buncis tipe rambat dengan frekuensi penyiangan 2 kali
Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Waktu Penyiangan Gulma terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Varietas Vima-1 ( Vigna radiata. L).
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman legume penting ketiga di Indonesia setelah kedelai dan kacang tanah. Pusat produksi kacang hijau di Indonesia tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Produksi kacang hijau di Indonesia dalam waktu dua tahun cenderung mengalami penurunan dimana pada tahun 2019 produksi kacang hijau di Indonesia yaitu 420.099 ton dan produksi kacang hijau pada tahun 2020 mengalami penurunan yaitu mencapai 412.447 ton. Pada budidaya kacang hijau terdapat beberapa permasalahan yang penting yang dapat menurunkan produksi kacang hijau diantaranya adalah kesuburan tanah rendah akibat kurangnya unsur hara, teknik budidaya lahan dan keberadaan gulma. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi dosis pupuk NPK dan waktu penyiangan gulma terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau Vima-1.
Penelitian dilakukan pada Juni hingga Agustus 2022 di lahan percobaan Jatimulyo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Daerah ini memiliki suhu 26 °C dengan kelembaban 55-58% dan memiliki ketinggian 504 mdpl. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu: dosis pupuk NPK Majemuk yang terdiri atas 3 taraf, yaitu: P1: 150 kg.ha-1, P2: 200 kg.ha-1 dan P3: 250 kg.ha-1. Faktor kedua adalah perlakuan penyiangan gulma yang terdiri W1: Penyiangan 14 HST, W2 : penyiangan 14 dan 21 HST, W3: penyiangan 14, 21 dan 28 HST, W4: penyiangan 14, 21, 28 dan 32 HST sehingga total perlakuan sebanyak 36 satuan percobaan. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian meliputi pengamatan gulma yang terdiri dari analisis vegetasi gulma dan bobot kering gulma. Pengamatan pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun kacang hijau. Pengamatan panen terdiri dari jumlah polong per tanaman, jumlah biji kacang hijau per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot biji per hektar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam uji (F) selanjutnya jika (F) hitung lebih besar dari (F) tabel dilanjutkan menggunakan analisis uji lanjut BNT.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi perlakuan dosis pupuk dan waktu penyiangan pada variabel bobot biji per tanaman dan bobot biji per hektar, namun tidak terdapat interaksi pada variabel pengamatan lainnya. Perlakuan dosis pupuk 250 kg.ha-1 dan waktu penyiangan gulma 14, 21, 28 dan 32 HST menghasilkan bobot biji per hektar dan bobot biji pertanaman yang terbaik. Kesimpulan penelitian yang didapatkan adalah perlakuan dosis pupuk 250 kg.ha-1 serta waktu penyiangan W4 (14 ,21, 28 dan 32 HST dapat diterapkan pada budidaya kacang hijau Vima-
Pengaruh Berbagai Cara Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.).
Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk salah satu tanaman yang memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan manusia dan dari segi ekonomi dapat meningkatkan
pendapatan petani sehingga tanaman mentimun banyak dibudidayakan oleh para
petani. Mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi berbagai kondisi lingkungan.
Produksi mentimun yang berfluktuasi dan cenderung rendah akan mengakibatkan
kebutuhan dalam negeri dan ekspor belum dapat terpenuhi dengan maksimal. Salah
satu permasalahan yang dapat menurunkan produksi mentimun ialah gulma.
Keberadaan gulma ini tidak dikehendaki manusia karena dapat menimbulkan
persaingan antara mentimun dengan gulma dalam hal memperebutkan unsur hara,
air, cahaya matahari dan lain sebagainya sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil produksi mentimun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengendalian gulma yang tepat terhadap berbagai perlakuan untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.). Hipotesis pada
penelitian ini adalah pengendalian gulma dengan mulsa hitam perak ditambah
penyiangan manual 21 HST dapat menekan pertumbuhan gulma, serta dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2023 di
Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini ialah cangkul, meteran, gembor, timbangan analitik,
penggaris, kertas label, alat tulis, oven, knapsack sprayer dan kamera digital. Bahan
yang digunakan ialah benih mentimun varietas Hercules Plus, pupuk kandang sapi,
pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk ZA, mulsa hitam perak, mulsa jerami padi,
herbisida Goal 240 EC berbahan aktif oxyfluorfen 240 g/l, insektisida berbahan
aktif Profenofos merek dagang Curacron 50 SC. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktor Tunggal dengan faktor perlakuan
pengendalian gulma, yang terdiri dari 6 perlakuan yang dilakukan pengulangan
sebanyak 4 kali sehingga didapatkan 24 satuan petak percobaan. Adapun perlakuan
yang dilakukan yaitu: P0: tanpa penyiangan gulma; P1: bebas gulma (penyiangan
setiap 3 hari sekali); P2: penyiangan manual 21 hst; P3: herbisida oxyfluorfen
dengan dosis 1,5 l ha-1 + penyiangan manual 21 hst; P4: mulsa hitam perak +
penyiangan manual 21 hst; P5: mulsa jerami padi + penyiangan manual 21 hst.
Adapun variabel pengamatan yang diamati yaitu pengamatan terhadap gulma yang
meliputi analisis vegetasi dan bobot kering gulma, pengamatan pertumbuhan dan
hasil tanaman mentimun terdiri dari panjang tanaman (cm), jumlah daun (helai),
luas daun (cm2), jumlah buah pertanaman (tan-1), panjang buah (cm), diameter buah
(cm), bobot buah per tanaman (g), bobot buah per hektar (ton ha-1), indeks gulma,
efisiensi pengendalian gulma dan analisis usahatani. Data yang diperoleh
selanjutnya diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan taraf 5%. Jika
hasil yang didapatkan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5 %
Pengaruh Metode Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)
Jagung manis merupakan salah satu pangan utama di Indonesia. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik pada tahun 2016, produktivitas jagung di Indonesia
mencapai 53,05 ku/ha dan mengalami penurunan pada 2017 menjadi 52,27 ku/ha.
Penurunan produktivitas jagung manis dapat disebabkan oleh pengolahan tanah
serta penggunaan pupuk organik yang kurang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari interaksi antara metode pengolahan tanah dan dosis pupuk kompos
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Hipotesis dari penelitian
ini yaitu terdapat interaksi antara metode pengolahan tanah dan dosis pupuk
kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
Penelitian dilaksanakan di lahan Desa Bulupasar, Kabupaten Kediri.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2021. Alat yang
digunakan yaitu cangkul, kamera, alat tulis, meteran, gunting, sprayer, timbangan
analitik, jangka sorong, tugal, tali rafia, sabit sosrok, cetok dan bambu. Bahan
yang digunakan yaitu benih jagung manis varietas Exsotic yang beradaptasi pada
dataran rendah hingga menengah, insektisida klorpirifos, fungisida metalaksil,
herbisida glifosat, pupuk urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan
pupuk kompos. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
petak terbagi faktorial dengan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan. Karakter yang
diamati antara lain: tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas daun (cm),
jumlah daun (cm), diameter tongkol dengan kelobot (cm), diameter tongkol tanpa
kelobot (cm), panjang tongkol dengan kelobot (cm), panjang tongkol tanpa
kelobot (cm), berat segar tongkol berkelobot (g/tan), berat segar tongkol tanpa
berkelobot (g/tan), jumlah baris per tongkol (baris), kadar gula (brix), hasil panen
jagung manis (ton/ha). Data yang diperoleh dilakukan analisis varian
menggunakan F pada taraf 5%. Jika hasil analisis varian berbeda nyata dilakukan
uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan metode olah tanah dan
dosis pupuk kompos tidak menunjukkan interaksi nyata pada pada karakter
pertumbuhan dan hasil. Perlakuan tanpa olah tanah meningkatkan tinggi tanaman
sebesar 13,30% pada 21 HST, jumlah daun sebesar 11,48% pada 14 HST dan
8,14% pada 42 HST, diameter batang pada 14 HST 12,35% serta 13,37% pada 21
HST dibandingkan perlakuan olah tanah konvensional. Perlakuan dosis pupuk
kompos 20 ton/ha meningkatkan diameter batang tanaman sebesar 10,11% pada
14 HST, diameter tongkol tanpa kelobot 3,33%, berat segar tongkol tanpa kelobot
8,68% dan kadar gula 6,54% dibandingkan perlakuan tanpa pupuk kompos