7 research outputs found

    Studi Numerik Interaksi Vortex-Induced Vibrations (VIV) Antara Empat Silinder Tegak Fleksibel Dengan Konfigurasi In-Line Square Dalam Aliran Uniform

    Full text link
    Vortex-induced Vibration (VIV) di sekitar sekelompok silinder adalah suatu fenomena yang umum ditemui pada aplikasi teknik saat ini, seperti aliran fluida yang melewati kabel, struktur lepas pantai, dan lain sebagainya. VIV dapat menyebabkan berkurangnya umur operasi suatu equipment dan dapat berakibat pada kecelakaan atau kegagalan operasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami mekanisme terjadinya VIV dan rangkaian interaksi fluida-struktur dalam rangka meningkatkan kualitas desain equipment. Makalah ini menyajikan studi numeris tiga dimensi (3-D) aliran laminar di sekitar empat silinder tegak fleksibel dalan konfigurasi in-line square. Penelitian difokuskan pada pengaruh spacing ratio (S*x dan S*y), aspect ratio (L/D), dan Reynold Number (Re) terhadap karakteristik aliran tiga dimensi di sekitar silinder. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pada small spacing ratio, nilai koefisien gaya lift (CL) dan koefisien gaya drag (CD) cenderung mengecil karena mendapat pengaruh redaman dari silinder lain, namun kemudian kembali normal pada konfigurasi di atas critical spacing ratio 3.5D. Perpindahan silinder yang terjadi sangat kecil dengan A/D maksimum searah aliran sebesar 0.00053, dan A/D maksimum tegak lurus aliran sebesar 0.0003. Variasi aspect ratio memberikan efek penurunan nilai CL pada downstream cylinder pada spacing ratio 3.5-5. Sedangkan pengaruh variasi Reynold Number yang semakin besar memberikan nilai CD dan CL yang semakin menurun, dan sebaliknya besarnya displacement silinder yang terjadi semakin meningkat. Pada Re=100 dan Re=200, VIV yang terjadi pada upstream cylinder adalah in-line vibrations, sedangkan downstream cylinder mengalami cross-flow vibrations. Pada Re=300, baik upstream maupun downstream cylinder mengalami in-line vibrations

    Reliability Analysis on the Effect of Subsea Buoy to the Tension of Spread Mooring System

    Get PDF
    A lot of research has been carried out regarding variations in mooring systems, one of which is the addition of buoys to the mooring system. In analyzing variations in mooring system designs, what needs to be considered is the reliability of the mooring lines. Therefore, in this research will analyze reliability on the effect of subsea buoy to the tension of mooring line with a variation position of subsea buoy. The variations on the position of one subsea buoy is arranged at the distance of the anchor 605 m, 577.5 m, 550 m, 522.5 and two subsea buoys at the distance from the anchor 605 m and 467.5 m. The analysis was performed for stand alone and offloading conditions with wave directions of 0 °, 45 °, 90 °, 135 °, 180 °. In this study to find the reliability of mooring lines, the author uses the Mean Value First Order Second Moment (MVFOSM) method. The results from this study, the probability of failure in the offloading condition without subsea buoy is 4.897E-17 and with subsea buoy (522.5 m) is 4.018E-17. Probability of failure in the stand alone condition without subsea buoy is 2.763E-16 and with subsea buoy (522.5 m) is 1.881E-16. From the probability of failure, the reliability of mooring lines in the offloading condition and stand alone condition without subsea buoy and with subsea buoy (522.5 m) is 1.00. The reliability calculation determined by DNV-OS E301, the results obtained meet the specified reliability criteria

    Analisis Kelelahan pada Struktur Bravo Wellhead Platform dengan Penambahan Luas Sub-Cellar Deck Menggunakan Metode Cummulative Damage dan Fracture Mechanics

    Full text link
    Offshore fixed platform didefinisikan sebagai platform yang berada di atas permukaan air dan ditopang Piles dari dasar laut, dan juga lebih sering menerima beban berulang sehingga menyebabkan kelelahan struktur. Kelelahan sturktur merupakan suatu proses dari kumulatif kerusakan yang disebabkan oleh pengulangan fluktuasi beban yang dapat mengakibatkan keruntuhan meskipun beban yang diterima tidak melebihi batas maksimum untuk beban statik. Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis kelelahan struktur Bravo Wellhead Platform yang beroperasi di Selat Madura dengan kedalaman perairan di lokasi tersebut adalah 180.0 ft terhadap MSL (Mean Sea Level). Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan metode cumulative damage dan fracture mechanics. Pada metode cummulative damage didapatkan umur kelelahan terpendek dibawah MSL sebesar 89,342 tahun pada tubular joint 303. Selanjutnya, dilakukan analisa lokal dan penambahan crack menggunakan metode fracture mechanics terhadap tubular joint 303. Tubular joint paling kritis selanjutnya dianalisa menggunakan metode fracture mechanics dengan memberikan crack sebesar a = 0.25 mm, ⁄2= 0.15 dan didapatkan umur kelelahannya. Kemudian diketahui selisih umur kelelahan dari kedua metode ini sebesar 22,241 tahun. Kesimpulan dari tugas akhir ini adalah retak yang nantinya ditambahkan ke dalam struktur dapat mengurangi service life struktur secara signifikan

    Analisis Respon Gerak Floating Crane Barge untuk Decommissioning Struktur Lepas Pantai

    Full text link
    Penerapan floating crane barge memiliki potensi besar untuk operasi pengangkatan struktur dalam mendukung decommissioning anjungan lepas pantai pasca operasi. Respon gerak floating crane barge dalam perairan bergelombang selama operasi pengangkatan struktur di laut menjadi faktor penting dalam menunjang operasional yang aman. Pada penelitian ini, respon gerak dinamis floating crane barge terhadap gelombang dilakukan dengan simulasi eksperimen di laboratorium maneuvering ocean basin. Model uji barge yang dilengkapi dengan struktur crane boom sederhana dibuat dengan perbandingan skala 1:28. Respon gerak model uji dievaluasi dengan kondisi gelombang reguler dan gelombang irreguler. Karakteristik gerak amplitudo dijasikan dalam grafik RAO yang mana hasilnya menunjukkan kesesuaian antara gelombang reguler dan irreguler. Respon gerak terhadap gelombang acak mengalami peningkatan secara signifikan terjadi dari kondisi gelombang Hs = 0.50 m, Tp = 4.00 s ke kondisi gelombang Hs = 1.00 m, Tp = 5.50 s untuk heave sebesar 2.8 kali, untuk roll sebesar 2.5 kali dan untuk pitch sebesar 1.5 kali
    corecore