5 research outputs found

    Pengaruh Konsentrasi Gelatin Tulang Ikan Patin (Pangasius pangasius) terhadap Karakteristik Mutu Permen Jeli

    Get PDF
    The aims of this research was to determine the effect of the concentration of catfish bone gelatin on the quality characteristics of jelly candy based on the level of consumer acceptance through hedonic tests, water content, ash content, reducing sugar, and gel strength level. The method of processing catfish bone gelatin using a 5% hydrochloric acid solution for 36 hours. Jelly candy was made with three concentrations of catfish bone gelatin of 8% (P1), 11.5% (P2), and 15% (w/w) (P3). Jelly candy processing methods include dissolving gelatin at a temperature of 60–70°C for 1 minute, mixing the ingredients, cooking at a temperature of 90–100°C, molding, cooling at a temperature of 4–10°C for 24 hours, and coating. The results showed that the concentration of gelatin in jelly candy had a significant effect on the taste and texture of jelly candy. The best treatment of jelly candy in the hedonic test was obtained in treatment P2 with the addition of catfish bone gelatin of 11.5% with an average value of appearance 7.22 (like), smell 6.28 (somewhat like), taste 7.44 (like) and texture 6.84 (like). The best treatment on chemical test and gel strength was obtained in P3 treatment with 32.90% water content, 0.062% ash content, 21.85% reducing sugar and 89.06 g/cm² gel strength.Keywords:    catfish bone, gelatin, fish waste, gel strength, jelly candy. Tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh konsentrasi gelatin tulang ikan patin terhadap karakteristik mutu permen jeli berdasarkan tingkat penerimaan konsumen melalui uji hedonik, kadar air, kadar abu, gula reduksi, dan tingkat kekuatan gel. Metode pengolahan gelatin tulang ikan patin menggunakan larutan asam klorida 5% selama 36 jam. Pembuatan permen jeli dilakukan dengan tiga konsentrasi gelatin tulang ikan patin sebesar 8% (P1), 11,5% (P2), dan 15 % (b/b) (P3). Metode pengolahan permen jeli meliputi pelarutan gelatin pada suhu 60–70°C selama 1 menit, pencampuran bahan-bahan, pemasakkan pada suhu 90–100°C, pencetakkan, pendinginan pada suhu 4–10°C selama 24 jam, dan pelapisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi gelatin pada permen jeli memberikan pengaruh nyata pada rasa dan tekstur permen jeli. Perlakuan terbaik permen jeli pada uji hedonik diperoleh pada perlakuan P2 dengan penambahan gelatin tulang ikan patin sebesar 11,5% dengan nilai rata-rata kenampakan 7,22 (suka), aroma 6,28 (agak suka), rasa 7,44 (suka) dan tekstur 6,84 (suka). Perlakuan terbaik pada uji kimia dan kekuatan gel diperoleh pada perlakuan P3 dengan kadar air 32,90%, kadar abu 0,062%, gula reduksi 21,85% dan kekuatan gel 89,06 g/cm².Kata kunci:  gelatin, kekuatan gel, limbah ikan, permen jeli, tulang ikan patin

    ANALISIS ADOPSI TEKNOLOGI PEMBUATAN PETIS DARI LIMBAH PENGOLAHAN PINDANG DI KABUPATEN SUKABUMI

    Get PDF
    ABSTRAKAdopsi dalam proses penyuluhan adalah penerimaan responden terhadap inovasi teknologi yang diberikan melalui kegiatan penyuluhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara variabel karakteristik inovasi (X1); karakteristik pengolah pindang (X2); serta metode pelatihan dan kunjungan (X3) terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi pembuatan petis (Y) pada pengolah pindang. Jumlah responden yang diamati adalah 41 orang. Analisis deskriptif digunakan sebagai metode analisis. Selain itu juga digunakan analisis korelasional rank-spearman dan uji z untuk menentukan signifikansi hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi variabel X1 dan Y adalah 0, 640 yang berarti kuat, signifikan dan searah; nilai koefisien korelasi variabel X2 dan Y adalah 0,358 yang berarti rendah, signifikan dan searah; dan nilai koefisien korelasi variabel X3 dan Y adalah 0,578 yang berarti cukup kuat, signifikan dan searah. Berdasarkan analisis usaha diketahui bahwa produk petis memberikan tambahan pendapatan bagi pengolah pindang. ABSTRACTAdoption in the extension learning process is a changing of knowledge, attitude, or skill after received innovation technology from extension agent. The aims of this research were knowing the correlation between innovation characteristic (X1); potential users characteristic (X2); training and visit method (X3) to the innovation adoption rate of pindang processors (Y). Observed respondents were 41. The data analysis method that was used were descriptive analysis; correlation rank spearman analysis, and z-test to determine correlation significance between the variables. The results showed that the correlation coefficient value between X1 and Y was 0,640 which mean high, significant, and positive; the correlation coefficient value between X2 and Y was 0,358 which mean low, significant, positive; and the correlation coefficient value between X3 and Y was 0,578 which mean moderate high, significant, positive. According to business analysis, petis has been giving additional revenue for pindang processors

    Preliminary Economic Potential Evaluation of Seaweed Gracilaria sp. Biomass Waste as Bioindustry Feedstock Through a Biorefinery Approach: A Case Study in Karawang, Indonesia

    Get PDF
    Seaweed processing usually produces biomass waste from unused and rejected materials, which have economic potential due to their bioactive components. This preliminary study aims to evaluate the economic potential of seaweed biomass waste through a biorefinery approach. Seaweed Gracilaria sp. biomass waste samples were collected from a representative seaweed production unit in Karawang, Indonesia, and their biochemical composition was analyzed. Relevant information related to seaweed biomass waste was gathered. The preliminary economic evaluation was assessed from the gross revenue of the proposed products, based on the assumed annual seaweed biomass waste productivity, biochemical composition, and estimated market price of the products. The present study revealed that the dry weight of Gracilaria sp. biomass waste contains 63.2% carbohydrates, 13.6% proteins, 1.6% lipids, and 21.5% ashes. Heavy metals were detected in the biomass waste, although no pigments were detected. This study estimates that 52 metric tons/year of Gracilaria sp. biomass waste could generate amino acids, fatty acids, lipids, carbohydrates, and minerals with potential gross revenue of ± USD 222,924.6/year. This study suggests that Gracilaria sp. biomass waste could be potentially used as feedstock to improve its economic value for bioindustry purposes. 

    Pengaruh Penambahan Arang Aktif Terhadap Mutu Sabun Mandi Cair Rumput Laut (Gracilaria sp.)

    Get PDF
    Sabun merupakan molekul organik yang terdiri dari dua gugus yaitu gugus polar dan non polar. Formulasi penambahan arang aktif pada sabun mandi cair dipercaya dapat menyerap dan mengangkat kotoran dari permukaan sampai ke dalam pori-pori. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan pembuatan sabun mandi cair rumput laut dengan penambahan arang aktif, serta melakukan pengujian mutu sabun mandi cair rumput laut yang meliputi pengujian organoleptik, pH, kadar logam merkuri, viskositas dan stabilitas busa. Penelitian dilakukan dari tanggal 11 Maret 2019 sampai dengan 29 Juni 2019 di PT. Rumah Rumput Laut Bogor, dengan bahan baku rumput laut diambil dari Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan perlakuan penambahan dan tanpa penambahan arang aktif. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan statistik untuk mencari nilai rata-rata. Formulasi bahan dalam pembuatan sabun mandi cair rumput laut adalah TEA dan setil alkohol 2.08%, EDTA, sodium klorida dan penoxyetanol 0.98%, gliserin dan VCO 3,47%, esensial oil 0.58%, bubur 23.16%, asam sitrat dan arang aktif 2.32%, aquades 50.96%, KOH 1.97% dan minyak jarak 4.63%. Pengujian mutu yang dilakukan pada sabun mandi cair rumput laut pada laboratorium dengan penambahan arang aktif adalah pH sebesar 9.44, tidak ditemukannya logam merkuri, viskositas sebesar 424 cPs, stabilitas busa sebesar 78.95% dan nilai kesukaan terhadap warna, aroma, kekentalan, jumlah busa, kesan licin, kesan lembut yang ditinggalkan sebesar 6 (suka) dari skala 1 sampai dengan 7

    Karakteristik Mutu Fisik dan Hedonik Serbuk Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata)

    Get PDF
    Albumin berperan penting mengatur tekanan darah dalam pembuluh darah dan menjaga cairan yang terdapat dalam pembuluh darah tidak bocor ke jaringan tubuh sekitarnya. Ikan gabus mengandung albumin lebih banyak daripada ikan jenis lain. Stabilitas sediaan dalam bentuk cair cenderung kurang baik, tidak efisien, rasa obat yang tidak menyenangkan atau tidak enak dan menyebabkan penurunan mutu yang lebih besar dikarenakan mudahnya perkembangbiakan bakteri sehingga nilai nutrisinya menurun. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu yaitu dengan cara menyerbukan ekstrak ikan gabus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik mutu fisik dan hedonik pada serbuk ekstrak ikan gabus dengan bahan pengisi laktosa pada konsentrasi yang berbeda. Ekstrak ikan gabus dikeringkan menggunakan laktosa dengan 2 kelompok konsentrasi A (25%) dan B (20%). Proses pengeringan dengan cara pendinginan dilakukan pada suhu 10˚C hingga kering. Pengujian yang dilakukan antara lain kadar albumin, uji waktu alir, uji sudut diam dan uji hedonik. Kadar albumin tertinggi terdapat pada kelompok A  sebesar 0,207 mg/ml. Hasil uji waktu alir dan sudut diam menunjukan bahwa kelompok B memenuhi syarat granul dengan skor uji waktu alir sebesar 4.64 detik dan uji sudut diam sebesar 39,35˚. Uji hedonik menunjukkan kelompok A lebih disukai oleh panelis. Kelompok dengan konsentrasi ekstrak 25% memiliki karakter mutu yang lebih baik namun perlu perbaikan formulasi untuk meningkatkan kualitas mutu fisik produk
    corecore