17 research outputs found
KEBERMAKNAAN HIDUP KLIEN ANAK PEMBEBASAN BERSYARAT BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) KASUS PEMERKOSAAN DI KOTA JAMBI: THE MEANING OF LIFE CHILDREN CLIENT OF PAROLE BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) CASE OF THE RAPE IN JAMBI CITY
Introduction The child’s client of the parole BAPAS case of the rape has the hope of living a better life, interacting with and being reinstated by society, but the community considers them to be problem makers, and resists and alerts them, thus causing them to withdraw and be plagued by deep guilt. Staying with conditions that bear many of problems and consequences requires, the meaning of life is needed or at least to understanding the reasons for living, in order to motivate life. The purpose research to know details and factors that the meaning of life on the child’s client conditional release of BAPAS case of rape in the city of Jambi.
Method This research used qualitative methods with a phenomenological approached. The data collection method used an in-depth interview techniques. The data analysis used Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The criteria for the client participants were children on parole at BAPAS Jambi, who had been students of LPKA in cases of rape and men aged 15-21 years.
Result Description of the meaning of life was these study participants were the purpose of life, guilt, the change for the better, the increase in religiosity, happiness, accountability, and selfpreservation. As for the factors that affect meaning of life were social support, positive environment, good relationships, and the responses of others.
Conclusions The four participants had described meaning of life behind his suffering, which was capable of being the motivation to live and achieve happiness within himself.
Keywords: Child’s Clients parole BAPAS, Meaning of Life, Rape
Abstrak
Pendahuluan Klien anak pembebasan bersyarat BAPAS kasus pemerkosaan memiliki harapan menjalani kehidupan yang lebih baik, dapat berinteraksi dan diterima kembali oleh masyarakat, namun masyarakat menganggap mereka sebagai pembuat masalah, serta melakukan penolakan dan mewaspadainya, sehingga membuat mereka menarik diri dan dihantui perasaan bersalah yang mendalam. Bertahan pada kondisi yang banyak menanggung permasalahan serta konsekuensi atas masalah tersebut, dibutuhkan kebermaknaan hidup atau setidaknya memahami alasan hidupnya, agar bisa memotivasi hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup pada klien anak pembebasan bersyarat BAPAS kasus pemerkosaan di Kota Jambi.
Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam. Analisis data Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Kriteria partisipan klien anak pembebasan bersyarat BAPAS Jambi, pernah menjadi anak didik LPKA kasus pemerkosaan dan laki-laki berusia 15-21 tahun.
Hasil Gambaran kebermaknaan hidup partisipan penelitian yaitu memiliki tujuan hidup, perasaan bersalah, berubah lebih baik, meningkatnya religiusitas, bahagia, bertanggung jawab, dan menjaga diri. Adapun faktor yang mempengaruhi makna hidup adalah dukungan sosial, lingkungan positif, relasi yang baik, dan tanggapan orang lain.
Kesimpulan Keempat partisipan telah menggambarkan kebermaknaan hidup dibalik penderitaannya, yang mampu menjadi motivasi untuk menjalani hidup dan mencapai kebahagiaan dalam dirinya.
Kata Kunci: Kebermaknaan Hidup, Klien Anak pembebasan bersyarat BAPAS, Pemerkosaan
 
LANSIA ASIK, LANSIA AKTIF, LANSIA PODUKTIF
ABSTRACT
Elderly is someone who has entered the age of 60 years and over. Elderly is an age group in humans who have entered the final stage of their life phase. In the elderly, individuals experience a lot of problems, generally the elderly feel anxiety, loneliness, reduced emotional stability, and also experience dysfunction in their organs. This is because the elderly have physical limitations and have had traumatic experiences such as losing their family, children, spouse, and so on. Elderly community groups deserve the attention of all elements of government and the surrounding environment, but in reality elderly community groups are often ignored, and forgotten. Psychosocial support is needed to maintain emotional stability in the elderly and prepare for death. The provision of physical training in the form of elderly exercise and psychoeducation is given to encourage the elderly to remain happy and empowered even though they are no longer at their productive age.
Keywords: Gerontic Psychology, Elderly, Psychoeducation
ABSTRAK
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.Pada masa lansia individu mengalami banyak sekali permasalahan, umumnya lansia merasakan kecemasan, kesepian, berkurangnya stabilitas emosi, dan juga mengalami disfungsi terhadap organ tubuhnya. Hal-hal tersebut disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan fisik, serta mempunyai pengalaman yang traumatis seperti kehilangan keluarga, anak, pasangan, dan seterusnya. Kelompok masyarakat lanjut usia sudah sepatutnya menjadi perhatian oleh seluruh elemen pemerintahan maupun lingkungan sekitar, akan tetapi pada realitanya kelompok masyarakat lanjut usia sering kali ditepikan, dan dilupakan. Dukungan psikososial sangat diperlukan demi menjaga stabilitas emosi lansia, dan bersiap untuk menghadapi kematian. Pemberian latihan fisik berupa senam lansia dan psikoedukasi ini diberikan guna mengajak lansia untuk tetap bahagia, dan berdaya sekalipun tidak lagi berada pada usia produktif.
Kata Kunci : Lansia, Psikoedukasi, Kesehatan Lansia, Psikologi Geronti
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP SUBJECTIVE WELL- BEING REMAJA LAKI-LAKI PELAKU PELECEHAN SEKSUAL DI LPKA KELAS II B JAMBI: THE RELATION OF SOCIAL SUPPORT TO SUBJECTIVE WELLBEING IN MALE TEENAGE ABUSERS OF SEXUAL HARASSMENT AT LKPA KELAS II B JAMBI.
ABSTRACT
Introduction Sexual harassment is risky behavior. In Jambi Province there were 10 cases of sexual violence with male perpetrators in 2017, in 2018 there were 10 cases, and in 2019 there were 9 cases, the perpetrators were punished at Lapas Anak class II B Jambi. This study aims to see how social support relates to the subjective well-being of male adolescents who are sexually harassed at LPKA Class II B Jambi.
Method This study uses correlational quantitative methods. The research was conducted on male youth correctional inmates who were perpetrators of sexual harassment. The variables in this study are social support and subjective well being.
The results prove that the hypothesis in this study is accepted so that there is a significant positive relationship between social support and adolescent subjective well-being in LPKA II B Jambi.
Conclusions and Suggestions After it was found that there was a relationship between social support and subjective well-being, therefore social support from family and closest people is so important, so that they can live a happy life related to the subjective well being of male juvenile convicts who commit sexual harassment.
Keywords: Inmates, sexual harassment, social support
ABSTRAK
Pendahuluan Pelecehan seksual adalah perilaku berisiko. Di Provinsi Jambi kasus pelecehan seksual dengan pelaku remaja laki-laki pada tahun 2017 telah terjadi 10 kasus, tahun 2018 terdapat 10 kasus, dan pada tahun 2019 ada 9 kasus, pelaku dihukum di Lapas Anak kelas II B Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan dukungan sosial terhadap subjective well-being remaja laki-laki pelaku pelecahan seksual di LPKA Kelas II B Jambi.
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Penelitian dilakukan pada warga binaan pemasyarakatan remaja laki laki pelaku pelecehan seksual. Variabel dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial dan subjective well being.
Hasil penelitian membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima sehingga terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan subjective well-being remaja di LPKA II B Jambi.
Kesimpulan dan Saran Setelah ditemukan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan subjective well-being, oleh karena itu dukungan sosial dari keluarga dan orang terdekat begitu penting, supaya mereka dapat menjalani kehidupan yang bahagia berkaitan dengan subjective well-being yang dimiliki oleh narapidana remaja laki-laki pelaku pelecehan seksual.
Kata Kunci : Warga Binaan, Pelecehan seksual, dukungan sosia
UJI VALIDITAS MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BUSY BOX SEX EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN PENDIDIKAN SEKSUAL DI SLB HARAPAN MULIA KOTA JAMBI: VALIDITY TEST OF THE BUSY BOX SEX EDUCATION LEARNING MEDIA MODULE TO IMPROVE KNOWLEDGE OF SEXUAL EDUCATION FOR MILD MENTALLY RETARDATED CHILDREN AT SLB HARAPAN MULIA JAMBI CITY
Introduction Mild mentally retarded children experience sexual development like normal individuals. In principle, the material for sexual education taught is the same as for normal children with the presentation of material that is adjusted to the condition of the child's intelligence level and age. This module to facilitate children with mild mental retardation in learning knowledge of sexual education needs to be stimulated using 4 stages in the Busy Box Sex Education module.
Method This study aims to test the validity of the Busy Box Sex Education module to increase sexual knowledge of children with mild mental retardation. The type of research used is module validation research. This study used 4 validators who were determined based on a purposive technique to test the suitability of the module content with the objectives to be achieved. Data analysis used descriptive analysis using Aiken's V (validation sheet).
Results The aiken's V score showed a range of 0.56 - 0.88 and the results of the validation of the aiken's V score of 0.50 - 0.88. Based on the validity test, the contents of the Busy Box Sex Education module were considered valid by the validator criteria with several suggestions for improvement.
Conclusion And Recommendation Based on the results of the module content validity test, it can be concluded that the Busy Box Sex Education module is at a good validity level.
Keywords: Module Validity, Sexual Education, Busy Box Sex Education.
ABSTRAK
Pendahuluan Anak tunagrahita ringan mengalami perkembangan seksual seperti individu normal. Materi pendidikan seksual yang diajarkan pada prinsipnya sama seperti anak normal dengan penyajian materi yang disesuaikan dengan kondisi tingkat kecerdasan dan usia anak. Untuk memfasilitasi anak tunagrahita ringan dalam mempelajari pengetahuan pendidikan seksual perlu distimulasi menggunakan 4 tahapan dalam modul busy box sex education.
Metode Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas modul busy box sex education untuk meningkatkan pengetahuan seksual anak tunagrahita ringan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu riset validasi modul. Penelitian ini menggunakan 4 orang validator yang ditentukan berdasarkan teknik purposive untuk menguji kesesuaian isi modul dengan tujuan yang hendak dicapai. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan Aiken’s V (lembar validasi).
Hasil Angka skor aiken’s V menunjukkan rentang 0.56 – 0.88 dan hasil validasi alat ukur skor aiken’s V 0.50 – 0.88. Berdasarkan hasil uji validitas isi modul busy box sex education yang dinilai validator termasuk dalam kriteria valid dengan beberapa saran perbaikan.
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil uji validitas isi modul dapat disimpulkan bahwa modul busy box sex education berada pada tingkat validitas yang baik.
Kata Kunci: Validitas Modul, Pendidikan Seksual, Busy Box Sex Education
 
PENERAPAN KONSELING DIREKTIF UNTUK MENANGANI SISWA UNDERACHIEVER DI SDN UTAN KAYU UTARA 01 PAGI JAKARTA TIMUR: THE APPLICATION OF DIRECT COUNSELING TO HANDLE UNDERACHIEVER STUDENTS OF SDN UTAN KAYU 01 PAGI EAST JAKARTA
Introduction: Research attempts to understand an overview of the effectiveness of directive counseling to handle underachiever students in SDN Utan Kayu 01 Pagi East Jakarta.Methods: The study used a single subject design. The research design used was an A-B-A design with a tied variable measurement procedure. The analysis in graph is intended to get an idea from time to time that could be used to clarify the results of a specific intervention. The subject in this study is a student of 3rd Grade in SDN Utan Kayu 01 Pagi East Jakarta.Result: On baseline (A1), behavior in a school where we are not performing our duties, has increased in the intervening phase (B) and the baseline (A2) is the number of tasks completed between two and four tasks. To see how far he can maintain a concentration of the lesson, at the intervening stage (B) and the baseline (A2) the ability to maintain a concentration of the lesson is increasing, taking between 14 and 26 minutes. Subject is experiencing some difficulty in socializing, at the intervention stage (B) and the baseline (A2) showd that it has decreasing.Conclusion and Recomendation: From the results of this analysis, it is concluded that the intervention by using directive counseling has improved. It is therefore expected to be constantly developed by researchers or school parties in the community.
Keyword: Directive Conseling, Underachiever, Underachiever Behaviour.
ABSTRAK
Pendahuluan Penelitian berusaha memahami gambaran mengenai efektivitas konseling direktif untuk menangani siswa underachiever di SDN Utan Kayu Utara 01 Pagi Jakarta Timur.
Metode Penelitian ini menggunakan desain subjek tunggal (single subject design). Penerapan yang digunakan adalah desain A-B-A dengan prosedur pengukuran variabel terikat. Analisis dalam bentuk grafik tujuannya untuk memperoleh gambaran dari waktu ke waktu yang bisa digunakan untuk memperjelas hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas III SDN Utan Kayu 01 Pagi Jakarta Timur.
Hasil Pada baseline (A1), tentang perilaku selama di sekolah yang tidak mengerjakan tugas, mengalami peningkatan pada tahap intervensi (B) dan baseline (A2) yaitu jumlah tugas sekolah yang berhasil dikerjakan antara dua sampai empat tugas. Untuk melihat sejauhmana dapat mempertahankan konsentrasi terhadap pelajaran, pada tahap intervensi (B) dan baseline (A2) kemampuan untuk mempertahankan konsentrasi terhadap pelajaran mengalami peningkatan, waktunya antara 14 sampai dengan 26 menit. Subjek mengalami hambatan dalam bersosialisasi, pada tahap intervensi (B) dan fase baseline (A2) bahwa hambatan dalam bersosialisasi mengalami penurunan.
Kesimpulan dan Saran Dari hasil analisis ini disimpulkan bahwa intervensi dengan menggunakan konseling direktif mengalami peningkatan. Maka diharapkan ini terus dikembangkan oleh peneliti atau pihak sekolah di masyarakat.
Kata kunci : Konseling direktif, underachiever, perilaku underachiever
PEMAAFAN MENUJU REKONSILIASI: FORGIVENESS TOWARD RECONCILIATION
Introduction Kerinci regency conflicts occur between villages such as conflicts that occur between Pendung Talang Genting village and Sleman village. This incident result in many physical, material losses and causes mental problems for the residents living in the village. Psychological problems that arise after conflict are deep trauma to children which causes fear to do activities outside the home. Forgiveness is one of the behaviors of someone who is a victim of conflict in improving relations. Purpose the research to knows how the description of forgiveness and the factors that influence the forgiveness of Pendung Talang Genting villagers towards Sleman after conflict villagers.Method This research using qualitative phenomenological approach, and data collection methods through interview techniques and data analysis use interpretative phenomenological analysis (IPA). The character of native Pendung Talang Genting village participants from 30 - 60 years old for women and men. they suffer financial, physical and even mental.Results The forgiveness of Pendung Talang Genting villagers are emotional, safe and comfortable priority, hollow forgiveness, forgiveness as an effort of reconciliation, and acceptance. The factors that influence forgiveness are religiosity, personality, and situation factors.Conclusions and Suggestions The four participants express forgiveness in the form of behavior. However, in reality participants have not been able to appreciate and feel the existence of forgiveness in themselves as a whole.The residents in the village should have start to create a sense of self to forgive so that conflict does nott occur so that the village will be comfortable and peaceful.Keywords: forgiveness, conflict, reconciliation, Kerinci Village
ABSTRAK
Latar Belakang Kerinci merupakan daerah yang rawan konflik antardesa. Konflik antardesa di Kabupaten Kerinci merupakan hal biasa terjadi, hampir setiap tahunnya terjadi konflik antardesa. Konflik yang terjadi antardesa Pendung Talang Genting dan desa Sleman memberikan banyak kerugian fisik, material dan menimbulkan masalah mental pada anak-anak dan ibu-ibu yang melihat konflik di desa Pentagen. Masalah psikologis yang timbul pasca konflik adalah trauma yang mendalam pada anak-anak yang menyebabkan ketakutan untuk melakukan aktifitas di luar rumah. Pemaafan merupakan salah satu perilaku seseorang yang menjadi korban konflik mampu memperbaiki hubungan. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran pemaafan dan faktor yang mempengaruhi pemaafan warga desa Pendung Talang Genting terhadap warga desa Sleman pasca konflik.
Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data melalui teknik wawancara dan analisis data menggunakan interpretative phenomenilogical analisis (IPA). Karakter partisipan warga asli desa Pendung Talang Genting, usia 30 – 60 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, meraka mengalami kerugian finansial dan fisik, dan menyaksikan langsung peristiwa konflik tersebut.
Hasil Pemaafan warga desa Pendung Talang Genting yaitu emosional, prioritas rasa aman dan nyaman, hollow forgiveness, pemaafan sebagai upaya rekonsiliasi, dan penerimaan. Adapun faktor yang memengaruhi pemaafan adalah religiusitas, kepribadian, dan faktor situasi.
Kesimpulan dan Saran keempat partisipan mengekspresikan pemaafan dalam bentuk perilaku. Namun dalam kenyataannya, partisipan belum dapat menghayati dan merasakan adanya pemaafan dalam dirinya secara utuh.
Kata kunci: pemaafan, konflik, rekonsiliasi, Kabupaten Kerinci.
PENGARUH PENGASUHAN ORANGTUA PADA PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
ABSTRACTBackground: Adolescents aged 15-18 years are vulnerable to all forms of risky behavior, including alcoholic drinks,drug addiction, bullying, pornographic behavior, internet complaints and premarital sexual behavior. Given theirrelatively young age, it is easy for them to be influenced by the environment around them. Especially, if there arepeers engaging in premarital sexual behavior. Therefore, the role of parents is very important, in which positivecare for adolescents has an impact on premarital sexual behavior.This study aims to see the effect of parental careon premarital sex behavior among high school students in Jambi City.Method: This study used a quantitative approach and the sample selection used a random sampling technique.The number of research respondents was 255 people in high schools Jambi City, starting from 19th August to 29thSeptember 2020. This study used 2 psychological measurement scales, namely parental care and adolescentpremarital sex behavior. The parenting measure scale was adapted from the Alabama Parenting Questionare witha reliability of 0.828 and the item discrimination test was that 22 items were dropped. The scale of measuringpremarital sex behavior has a reliability value of 0.835 and the results of the item discrimination test are 2 itemsthat fail.Results: Statistical analysis used simple linear regression. The value obtained is sig. 2 tailed < 0.05, meaning thatthere is an effect of parental care on premarital sex behavior of public high school students in Jambi City.Conclusion: Parent and adolescent interaction is considered the most important thing to minimize adolescentsfrom avoiding the dangers of risky behavior, namely premarital sex, one of which is open communication betweenparents and adolescents.Keyword: Parenting, Premarital Sex Behavior, Adolescents, High SchoolABSTRAKBACKGROUND Remaja yang berusia 15 – 18 tahun rentan terhadap segala bentuk perilaku beresiko, diantaranyaminuman beralkohol, kecanduan obat-obatan terlarang, tawuran, perundungan, perilaku pornografi, kencaduaninternet dan perilaku seksual pranikah. Mengingat usia mereka yang relatif muda, mudah baginya terpengaruholeh lingkungan di sekitar. Terutama, jika ada teman sebayanya melakukan perilaku seksual pranikah. Olehkarenanya, peran orang tua sangatlah penting, yang mana pengasuhan positif pada remaja berdampak padaperilaku seks pranikah.AIM AND OBJECTIVES Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengasuhan orangtua terhadap perilakuseks pranikah pada siswa SMA Negeri di Kota Jambi.METHOD Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pemilihan sampelnya menggunakan teknikrandom sampling. Jumlah responden penelitian sebanyak 255 orang meliputi 5 SMA Negeri di Kota Jambi, dimulaidari tanggal 19 Agustus – 29 September 2020. Penelitian ini menggunakan 2 skala ukur psikologi, yaitupengasuhan orangtua dan perilaku seks pranikah remaja. Skala ukur pengasuhan diadaptasi dari AlabamaParenting Questionare dengan reliabilitas senilai 0,828 dan uji deskriminasi aitem terdapat 22 aitem yang gugur.Skala ukur perilaku seks pranikah memiliki nilai reliabilitas 0,835 dan hasil uji deskriminasi aitem terdapat 2 aitemyang gugu
GAMBARAN ATTITUDE TOWARDS BEHAVIOR PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA SMA KOTA JAMBI: AN OVERVIEW OF ATTITUDE TOWARDS BEHAVIOR OF DRUG ABUSE IN SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN JAMBI CITY
Introduction Drug abuse in adolescence is in high rate. Many factors that encourage adolescents to commit drug abuse behavior, one of which is attitude towards behavior, which is an individual's good or bad assessment of drug abuse behavior.
Method This research was a quantitative study with a descriptive and cross-sectional method. This research was conducted at State and Private Senior High Schools in Jambi City with 380 sample who were determined through the Purposive Sampling Technique. Data collection is done online using Aida form.The analysis used descriptive statistics with the JASP 0.9.0.0 application.
Results This study shows the results in the attitude towards behavior category are very negative at 8%, negative 28%, neutral by 30%, positive 26%, and very positive at 8%.
Conclusion And Recommendation Jambi City High School adolescents have a neutral attitude towards behavior of drug abuse. By conducting this research, it is hoped that it can become a solution to prevent drug abuse in high school adolescents in Jambi City.
Keywords: attitude towards behavior, drug abuse
ABSTRAK
Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di usia remaja berada pada angka yang tinggi. Banyak faktor yang dapat mendorong remaja memiliki intensi melakukan perilaku penyalahgunaan narkoba, diantaranya attitude towards behavior, subjective norm, perceived behavioral control. Setiap faktor tersebut memiliki peranan masing-masing dalam tinggi atau rendahnya intensi perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja khususnya siswa SMA Kota Jambi.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional dan bersifat cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Jambi dengan jumlah sampel 380 orang yang ditentukan melalui Teknik Purposive Sampling. Analisis yang dilakukan yaitu regresi berganda, uji korelasi, T- Test (Independen Sample) dan F-Test (Anova One Way) menggunakan aplikasi JASP 0.9.0.0.
Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil attitude towards behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control memberikan kontribusi efektif sebesar 37% terhadap variabel intensi penyalahgunaan narkoba, dengan kontribusi tertinggi diberikan oleh perceivedbehavioral control.
Kesimpulan Dan Saran Attitude towards behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control memiliki kontribusi dan hubungan dengan Intensi perilaku penyalahgunaan narkoba. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja SMA Kota Jambi.
 
UJI VALIDITAS ISI MODUL PERMAINAN EDUKATIF BERJALAN DAN BERHENTI (B&B) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA DINI: VALIDITY TEST OF THE CONTENT FROM MODULE EDUCATIVE GAME BERJALAN DAN BERHENTI (B&B) TO IMPROVE SPATIAL VISUAL ABILITIES FOR EARLY CHILDREN
Introduction Shopping online carries risks, one of which is fraud. Fraud is caused by consumers lacking knowledge of the characteristics of fraud, low emotional control, such as being easily tempted by cheap prices and only interested in displaying images. Students who are in their late teens are vulnerable to becoming victims of online shopping scams. So a program is needed to improve student purchasing decision-making skills to prevent online shopping fraud.
Method This research uses a descriptive study with a 3D model (define, design, develop). The research data were obtained from three stages, namely the first stage is a needs analysis. The second stage is designing a frame of reference for the implementation of the program smart buying. The third stage is validating with the validator.
Results This study shows the results of the validation of the module content assessed by the validator, which have a score in the range of 0.58-0.83. The results of the validation of measuring instruments that were assessed by the validator had a range of numbers from 0.25 to 0.83.
Conclusion and Recommendation Based on the results of the validity test of the module content of the program smart buying . is at a good level of content validity, meaning that there is a conformity of the content or material in each session of the program module smart buying with the objectives to be achieved.
Keywords: Module validity, Decision making skills, Program smart buying , Online shopping
ABSTRAKPendahuluan Belanja daring memiliki resiko salah satunya penipuan. Penipuan disebabkan konsumen kurang memiliki pengetahuan terhadap karakteristik penipuan, rendahya kontrol emosional seperti sangat mudah tergiur harga yang murah dan hanya tertarik dengan tampilan gambar. Mahasiswa yang berada pada usia remaja akhir rentan menjadi korban penipuan belanja daring. Sehingga diperlukan program guna meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan pembelian mahasiswa untuk mencegah terjadiya penipuan belanja daring.
Metode Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan model 3D (define, design, develop). Data penelitian diperoleh dari tiga tahapan yaitu tahapan pertama merupakan analisa kebutuhan. Tahapan kedua merancang kerangka acuan kegiatan pelaksanaan program smart buying. Tahapan ketiga melakukan validasi bersama validator.
Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil validasi isi modul yang dinilai oleh validator yaitu memiliki angka skor dengan rentang 0,58-0,83. Hasil validasi alat ukur yang dinilai oleh validator memiliki rentang angka dari 0,25-0,83.
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil uji validitas isi modul program smart buying berada pada tingkat validitas isi yang baik, artinya terdapat kesesuaian isi atau materi dalam tiap sesi modul program smart buying dengan tujuan yang hendak dicapai.
Kata Kunci: Validitas modul, keterampilan pengambilan keputusan, program smart buying,belanja daring
Penguatan Fungsi Keluarga untuk Menerapkan Pola Pengasuhan Positif di Desa Danau Kedap
Abstract: Strengthening family functions for positive parenting is important to be realized in the community. The optimal functioning of the family benefits problem solving, communication, parent and child involvement, parenting and education, as well as rules and protection of children. Therefore, it takes socialization fromexperts to explain it to the public. The stages of psychoeducational activities consist of socialization planning, socialization of strengthening family functions, and loma educational games. This activity runs in accordance with the goals and planning that has been carried out.
Keywords: Family Function, Positive parenting, Danau Kedap.
Â
Abstrak: Penguatan fungsi keluarga untuk pengasuhan positif penting untuk bisa direalisasikan di tengah masyarakat. Berfungsinya keluarga secara optimal memberi manfaat bagi pemecahan masalah, komunikasi, keterlibatan orang tua dan anak, pola asuh dan Pendidikan, serta aturan dan perlindungan terhadap anak. Olehkarena itu, dibutuhkan sosialisasi dari para ahli untuk menjelaskannya kepada masyarakat. Tahapan kegiatan psikoedukasi terdiri dari perencanaan sosialisasi, sosialisasi penguatan fungsi keluarga, dan loma permainan edukasi. Kegiatan ini berjalan sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang telah dilakukan.
Â
Kata kunci: Fungsi Keluarga, Pengasuhan positif, Danau Kedap