13 research outputs found
Pendampingan pembuatan produk minuman dan snack sehat dari bahan dasar jahe merah pada kader lansia
Abstrak Jahe merah merupakan tanaman tradisional yang kaya akan manfaat untuk kesehatan, antara lain dapat mengurangi nyeri, menurunkan skor WOMAC pada pasien osteoarthritis, dan meningkatkan dayat tahan tubuh. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan keterampilan kader lansia dalam pengolahan jahe merah menjadi minuman dan snack sehat dalam bentuk serbuk atau bubuk dan ting ting jahe merah. Metode pelaksanaan kegiatan memberikan edukasi kepada kader terkait manfaat dan khasiat jahe merah terhadap kesehatan, dan memberikan pelatihan dalam pembuatan produk jahe merah dalam bentuk bubuk jahe dan ting ting jahe merah. Hasil evaluasi pengetahuan kader didapatkan peningkatan 45,8% pada aspek kognitif dari hasil pretest didapatkan nilai rata-rata 59 (kategori kurang) menjadi nilai rata-rata 86 pada hasil post test atau dengan kategori baik. Sedangkan hasil evaluasi aspek keterampilan kader dalam mengolah jahe merah menjadi serbuk/bubuk dan ting-ting jahe merah didapatkan peningkatan 46,7% dari nilai rata-rata 60 (kategori cuku) saat pretest menjadi nilai rata-rata 88 (kategori baik) saat post test. Kata kunci: kader lansia; jahe merah; kesehatan; bubuk jahe merah; ting ting jahe merah. Abstract Red ginger is a traditional plant that is rich in health benefits, including reducing pain, reducing WOMAC scores in osteoarthritis patients, and increasing endurance. The aim of this community service activity is to improve the skills of elderly cadres in processing red ginger into healthy drinks and snacks in the form of red ginger powder and ting ting. The activities carried out were to increase cadres' knowledge regarding the benefits and properties of red ginger for health, and to improve the skills of elderly cadres in making red ginger products by making snacks and drinks from red ginger base ingredients in the form of ginger powder and red ginger ting ting. Evaluation is carried out by conducting pre-tests and post-tests on cadres' knowledge and utilization/processing of red ginger into a product. The results of the evaluation of cadre knowledge showed an increase of 45.8% in the cognitive aspect. From the pretest results, the average score was 59 (poor category) to an average score of 86 in the post test results or in the good category. Meanwhile, the results of the evaluation of the cadres' skill aspects in processing red ginger into powder/powder and red ginger ting-ting showed an increase of 46.7% from an average score of 60 (cuku category) at pretest to an average score of 88 (good category) at post test. Keywords: elderly cadres; red ginger; health; red ginger powder; ting-ting jahe merah
Pemberdayaan kader kesehatan di desa Pandansari Krajan dengan filosofi “Sego Tumpeng” untuk pengenalan kebutuhan dasar lansia di rumah
AbstrakDesa Pandansari memiliki lebih dari 80 lansia, dan semua tinggal bersama pasangan atau anak-anaknya. Data pada studi pendahuluan ditemukan data bahwa pendamping lansia atau caregiver informal hanya memenuhi kebutuhan dasar lansia saja seperti makan, minum, BAB/BAK dan kebersihan diri saja. Permasalahan ini yang menjadi salah satu pemicu ketidakstabilan emosi pada lansia yang mengakibatkan tekanan darah tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya stroke, sedangkan apabila dilihat dari sisi caregiver informal, ketidakstabilan emosi lansia akan memicu kelelahan psikologis yang berpengaruh terhadap sikap kepada lansia. Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan tersebut, pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat telah mengadakan edukasi tentang pencegahan permasalahan pada lansia ini dengan cara penjelasan mengenai pemenuhan semua kebutuhan lansia dengan target kader kesehatan Desa Pandansari, Tujuannya adalah supaya kader kesehatan mengerti, memehami dan mampu menjelaskan mengenai kebutuhan lansia menurut Maslow. Alasan memili kader kesehatan adalah karena dipandang lebih mudah dalam pendekatan dengan caregiver informal. Materi edukasi telah diberikan adalah teori mengenai kebutuhan dasar manusia menurut Maslow atau dianalogikan sebagai “sego tumpeng, supaya kader kesehatan lebih mudah memahami dan mengingatnya, dan dapat menjelaskan ke caregiver informal lansia. Edukasi telah diberikan kepada 10 orang kader kesehatan selama 3 kali, pada tanggal 12,13 dan 14 Juni 2024 dengan materi dasar kebutuhan manusia, kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow dan kiat-kiat pemenuhan kebutuhan lansia agar bahagia. Metode kegiatan ini berupa focus group discussion (FGD). Pada pertemuan pertemuan pertama dilakukan pre test didapatkan hasil rata-rata 5,2 dan di akhir pertemuan akan dilakukan post test berupa 10 pertanyaan pilihan ganda didapatkan hasil rata-rata 8,6. Perubahan nilai rata-rata pre dan post ini menunjukkan bahwa kegiatan edukasi berhasil karena terjadi penambahan pengetahuan kader kesehatan. Kata Kunci : hierarki maslow; kader kesehatan; pengenalan AbstractPandansari Village has more than 80 elderly people, and all live with their partners or children. Data from the preliminary study found that elderly companions or informal caregivers only fulfill the elderly's basic needs such as eating, drinking, defecating and personal hygiene. This problem is one of the triggers for emotional instability in the elderly which results in high blood pressure thereby increasing the risk of stroke, whereas if seen from the perspective of informal caregivers, emotional instability in the elderly will trigger psychological fatigue which affects attitudes towards the elderly. Based on the phenomena that occur in the field, the implementers of community service activities have held education about preventing problems in the elderly by explaining the fulfillment of all the needs of the elderly with the target of health cadres in Pandansari Village. The aim is for health cadres to understand and be able to explain the needs of the elderly according to Maslow . The reason for choosing health cadres is because it is considered easier to approach informal caregivers. The educational material that has been provided is the theory of basic human needs according to Maslow or analogous to "sego tumpeng, so that health cadres can more easily understand and remember it, and can explain it to informal caregivers of the elderly. Education was given to 10 health cadres 3 times, on 12, 13 and 14 June 2024 with basic material on human needs, human needs according to Abraham Maslow and tips for fulfilling the needs of the elderly to be happy. The method of this activity is a focus group discussion (FGD). At the first meeting, a pre-test was carried out, the average result was 5,22, and at the end of the meeting, a post-test was carried out in the form of 10 multiple choice questions, the average result was 8,6. This change in the average pre and post scores shows that the educational activity was successful because it occurred. increasing knowledge of health cadres. Keywords: maslow's hierarchy; health cadres; introductio
PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN MENGENAI IN DEPTH INTERVIEW UNTUK MENGKAJI MASALAH PSIKOSOSIAL DI KELURAHAN SUKOHARJO KOTA MALANG
ABSTRAKKegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini didahului dengan studi pendahuluan dengan Puskesmas Bareng Kota Malang dan didapatkan data bahwa kelurahan Sukoharjo merupakan kelurahan dengan populasi lansia terbanyak dan sebagian besar tinggal bersama dengan keluarganya (671 lansia). Kelurahan ini memiliki kader yang sangat aktif, berjumlah 16 orang. Pihak Puskesmas mengatakan bahwa Kader di kelurahan tersebut telah mendapatkan berbagai macam pelatihan untuk mengatasi masalah kesehatan dasar pada masyarakat, namun Puskesmas belum pernah memberikan pelatihan mengenai cara menggali permasalahan psikologis, terutama pada lansia dan keluarganya (caregiver informal). Berdasarkan fenomena tersebut, maka dipilih pelatihan teknik wawancara mendalam untuk kader kesehatan yang berjumlah 16 orang. Pelatihan ini berupa praktik wawancara mendalam (in depth interview) dengan tujuan kader kesehatan dapat menggali semua permasalahan psikologis yang dialami oleh pendamping lansia atau caregiver informal dalam merawat lansia, karena data tersebut tidak akan diperoleh apabila hanya dengan wawancara biasa. Data mengenai permasalahan psikologis ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengajarkan terapi sederhana lanjutan dalam mengtasi permasalahan psikologis. Kegiatan pengabdian masyarakat dimulai dengan perijinan ke Puskesmas Bareng, Dinas kesehatan Kota Malang, kemudian berkoordinasi dengan ketua kader kesehatan RW 01 kelurahan Sukoharjo. Setelah koordinasi dengan pihak yang terkait, maka disepakati bahwa pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara luring (penjelasan dan praktik langsung). Kegiatan dilakukan selama 3 hari, pada tanggal 4, 5 dan 6 Juli 2023. Kegiatan di hari pertama adalah dilakukan pre test dengan hasil 4,62, kemudian dijelaskan mengenai teori permasalahan psikososial dan teknik wawancara mendalam. Pada hari kedua, pelaksana pengabdian masyarakat memberikan contoh / role play mengenai teknik wawancara mendalam. Hari ketiga diawali dengan praktik langsung role play ulang mengenai teknik wawancara dilanjutkan dengan praktik langsung teknik wawancara mendalam oleh para kader kesehatan dilanjutkan penilaian, didapatkan rata-rata nilai praktikum 8,91. Pertemuan ketiga diakhiri dengan post test untuk mengevaluasi kognitif kader kesehatan dan didapatkan nilai 9,71. Berdasarkan proses yang telah terjadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini berjalan dengan efektif dan berhasil, dibuktikan dengan perubahan nilai pre dan post test. Keberhasilan kegiatan ini juga karena dukungan penuh dari STIKes Panti Waluya Malang, dinas kesehatan Kota Malang, Puskesmas Bareng dan Kader Kesehatan RW 01 dan RW 02 Kelurahan Sukoharjo. Kata Kunci : caregiver; kader; lansia; wawancara ABSTRACTThis Community Service Activity (PKM) was preceded by a preliminary study with the Public Health Center in Malang City and data obtained that the Sukoharjo sub-district is the sub-district with the largest elderly population and most of them live with their families. This kelurahan has very active cadres, totaling 16 people. The Puskesmas said that the cadres in the kelurahan had received various kinds of training to deal with basic health problems in the community, but the Puskesmas had never provided training on how to explore psychological problems, especially for the elderly and their families (informal caregivers). Based on this phenomenon, training in in-depth interview techniques was selected for 16 health cadres. This training is in the form of in-depth interview practice with the aim of health cadres being able to explore all the psychological problems experienced by elderly companions or informal caregivers in caring for the elderly, because such data cannot be obtained through regular interviews. This data regarding psychological problems can be used as a basis for teaching advanced simple therapies in overcoming psychological problems. Community service activities began with permits to go to the Public Health Center together, the Health Office of Malang City, then coordinated with the head of the RW 01 health cadre, Sukoharjo village. After coordination with related parties, it was agreed that the implementation of this activity would be carried out offline (explaination and direct practice). The activity was carried out for 3 days, on the 4th, 5th and 6th of July 2023. The activity on the first day was a pre-test with a result of 4.62, then explained the theory of psychosocial problems and in-depth interview techniques. On the second day, the community service executor gave an example/role play regarding the in-depth interview technique. The third day begins with a role play again regarding interview techniques followed by direct practice of in-depth interview techniques by health cadres followed by an assessment, obtaining an average practicum score of 8.91. The third meeting ended with a post test to evaluate the cognitive health cadres and obtained a score of 9.71. Based on the process that has occurred, it can be concluded that this activity was running effectively and successfully, as evidenced by changes in pre and post test scores. The success of this activity was also due to the full support of the Waluya Malang STIKes, the Malang City Health Office, the Joint Health Center and Health Cadres RW 01 and RW 02 Sukoharjo Village. Keywords: caregiver; cadre; elderly; intervie
Pemberdayaan kader kesehatan : pengenalan posyandu sehat jiwa di RW 1 kelurahan Sukoharjo kota Malang
AbstrakStudi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada bulan Juli 2023, ditemukan data primer dari kader kesehatan yang mengatakan bahwa terdapat 5 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di RW 1 Kelurahan Sukoharjo Kecamatan Klojen Kota Malang. Kasus ODGJ tersebut belum tertangani oleh Puskesmas, sedangkan kader kesehatan tidak berani memberikan perawatan karena belum memiliki pengalaman. Berdasarkan data tersebut kader kesehatan ingin mengenal Posyandu sehat jiwa supaya dapat mengenal dan merawat ODGJ. Temuan data di lapangan tersebut dijadikan dasar oleh pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat untuk membuat sebuah kegiatan penyuluhan yang berjudul “pemberdayaan kader kesehatan : pengenalan Posyandu sehat jiwa di RW 1 Kelurahan Sukoharjo”, dengan target seluruh kader kesehatan di RW 1 berjumlah 18 orang. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan gambaran tentang kegiatan yang dilakukan di Posyandu sehat jiwa. Proses kegiatan ini dimulai dari perijinan kepada Puskesmas Bareng, Dinas Kesehatan Kota Malang dan ketua kader kesehatan. Koordinasi dilakukan dengan Ketua Kader Kesehatan RW 01 Kelurahan Sukoharjo setelah surat perijinan keluar. Telah disepakati bahwa kegiatan PKM dilaksanakan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 4, 5 dan 6 Desember 2023. Kegiatan di hari pertama diawali dari pengisian pre test, dan didapatkan nilai rata-rata 4,66, kemudian dijelaskan mengenai teori orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Materi pada hari kedua adalah teori mengenai 5 meja Posyandu sehat jiwa. Hari ketiga pemberian materi cara mengisian kartu menuju sehat jiwa (KMSJ), kemudian evaluasi dan diakhiri dengan post test untuk mengevaluasi kognitif kader kesehatan dan didapatkan nilai 8,61. Berdasarkan proses yang telah terjadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini berjalan dengan efektif dan berhasil, dibuktikan dengan kenaikan nilai pre dan post test sebesar 84,76%. Tidak ada kendala dalam pelaksanaan kegiatan PKM ini. Keberhasilan kegiatan ini juga karena dukungan penuh dari STIKes Panti Waluya Malang, Dinkes Kota Malang, Puskesmas Bareng dan Kader Kesehatan RW 01 Kelurahan Sukoharjo. Kata Kunci : kader kesehatan; pengenalan; posyandu sehat jiwa AbstractA preliminary study carried out in July 2023, health cadres said that there were 8 people with mental disorders (ODGJ) in the Sukoharjo sub-district and 3 in the RW 1 area. Health cadres also said that they often encountered mental health problems in the form of anxiety. Due to this phenomenon, cadres cannot do much, because they do not have sufficient knowledge and skills to handle people with mental disorders. Health cadres stated that they needed education and training regarding mental health Posyandu. Responding to the needs of health cadres, the community service team (PKM) held outreach regarding the introduction of mentally healthy Posyandu with a target cadre of 18 people. This activity started with obtaining permits and contacting the Bareng Community Health Center, the Malang City Health Service and the head of the health cadre. Coordination was carried out with the Head of Health Cadre RW 01 Sukoharjo Village after the permit letter was issued. It has been agreed that the PKM activities will be carried out for 3 days, namely on 4, 5 and 6 December 2023. The activities on the first day begin with completing a pre-test, and an average score of 4.66 is obtained, then the theory of people with mental problems is explained (ODMK) and people with mental disorders (ODGJ). The material on the second day was the theory regarding mental health Posyandu tables. On the third day, material was provided on how to fill out the card for mental health (KMSJ), then evaluation and ending with a post test to evaluate health cadres' cognitive abilities and a score of 8.61 was obtained. Based on the process that has occurred, it can be concluded that this activity was carried out effectively and successfully, as evidenced by changes in pre and post test scores. There are no obstacles in implementing this PKM activity. The success of this activity was also due to the full support of STIKes Panti Waluya Malang, Malang City Health Office, Puskesmas Bareng and Health Cadres RW 01 Sukoharjo Village. Keywords: health cadre; introduction; mental health posyandu
PEMBERDAYAAN CAREGIVER UNTUK MERUBAH PERILAKU NEGATIF LANSIA DENGAN TERAPI TOKEN EKONOMI
ABSTRAKCaregiver lansia mengatakan bahwa tidak semua lansia bersedia mengikuti terapi-terapi yang diadakan oleh Panti, selain itu beberapa lansia juga tidak bersedia bersosialisasi dengan lansia lain maupun hanya berbicara seperlunya dengan caregiver dan perawat.Terapi token ekonomi merupakan jenis terapi yang dapat digunakan untuk mengubah perilaku lansia. Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemberian token yang dapat ditukar dengan sesuatu yang berguna dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini dilakukan 3 tahap yang meliputi tahapan persiapan yaitu melakukan perijinan dan menyusun pelaksanaan. Tahap kedua pemberian materi dan praktik token ekonomi yang meliputi pengertian dan jenis terapi CBT serta teori terapi token ekonomi.Tahap ke tiga evaluasi kegiatan yang meliputi evaluasi perasaan caregiver setelah melakukan terapi token ekonomi dan evaluasi pre tes serta post tes. Kegiatan ini telah terlaksana selama bulan Mei - Juni 2022, dan diikuti oleh 14 pengasuh lansia Hasil kegiatan pengabdian ini pada awal pre tes masih terdapat 9 peserta atau 64% yang mampu melakukan praktikum terapi token ekonomi. Setelah dilakukan pelatihan dan dilakukan evaluasi akhir atau post test terdapat 12 peserta atau 85% yang mampu melakukan praktikum terapi token dengan baik dan tepat. Secara keseluruhan kegiatan berjalan lancar serta antusias. Kata Kunci : caregiver; lansia; terapi token ekonomi ABSTRACTThe elderly caregiver said that not all the elderly were willing to participate in the therapies held by the orphanage, in addition some of the elderly were also not willing to socialize with other elderly people or only talk as necessary with caregivers and nurses. Economic token therapy is a type of therapy that can be used to change the behavior of the elderly. . The purpose of this training is to increase desired behavior and reduce unwanted behavior by giving tokens that can be exchanged for something useful within a predetermined time. This activity is carried out in 3 stages which include the preparation stage, namely licensing and arranging implementation. The second stage is providing material and token economy practice which includes the understanding and types of CBT therapy and the theory of token economy therapy. The third stage is activity evaluation which includes evaluating the caregiver's feelings after doing token economy therapy and evaluating pre-test and post-test. This activity has been carried out during May - June 2022, and was attended by 14 elderly caregivers. The results of this service activity at the beginning of the pre-test there were still 9 participants or 64% who were able to do economic token therapy practicum. After the training and the final evaluation or post test were carried out there were 12 participants or 85% who were able to carry out the token therapy practicum properly and precisely. Overall the activity went smoothly and enthusiastically. Keywords: caregiver; elderly; economic token therap
PEMBERDAYAAN CAREGIVER LKS LU PANGESTI LAWANG ACCEPTENCE AND COMMITMENT THERAPY (ACT) SESI I DAN II
ABSTRAKLKS LU Pangesti Lawang memiliki 13 caregiver dan 1 orang Perawat, dan telah mendapatkan pelatihan terapi untuk mengatasi masalah psikogeriatri. Meskipun demikian salah satu caregiver mengatakan bahwa diperlukan kombinasi terapi untuk mengatasi masalah psikogeriatri, karena kondisi psikologis lansia berbeda dan kadang berubah dengan cepat. Berdasarkan temuan tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat bermaksud untuk mengajarkan terapi sederhana untuk mengurangi kecemasan lansia kepada caregiver, yaitu acceptance and commitment therapy (ACT). Terapi ini dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah mendapatkan pelatihan dari perawat. Terapi ini mengajarkan kepada lansia untuk menerima pikiran yang mengganggu dan tidak menyenangkan dengan menempatkan diri sesuai dengan nilai yang dianut sehingga ia akan menerima dengan kondisi yang ada. Kegiatan ini telah dilaksanakan melalui 3 tahapan. Tahap pertama yaitu melakukan perijinan dan koordinasi dengan pengelola panti terkait rencacna pelaksanaan. Tahap kedua adalah pemberian materi dan praktik Acceptance and Commitment Therapy (ACT) tahap I dan II. Tahap ketiga adalah evaluasi kegiatan yang meliputi evaluasi perasaan Caregiver setelah melakukan terapi ACT beserta evaluasi pre test dan post test. Kegiatan ini telah terlaksana selama bulan November - Desember 2022, dan diikuti oleh 1 Perawat dan 13 Caregiver lansia. Hasil kegiatan pengabdian ini adalah ; pada pretest 14 peserta rata-rata mendapatkan nilai 5,20. Setelah dilakukan pelatihan dan dilakukan evaluasi akhir atau posttest pada 14 peserta didapatkan rata-rata nilai 8,50 atau terdapat kenaikan nilai rata-rata sebesar 24%. Dari hasil observasi didapatkan data bahwa caregiver dapat melakukan terapi ACT sesi I dan II kepada lansia secara langsung dengan nilai rat-rata 80. Berdasarkan hasil pre dan post test dengan perubahan yang signifikan dan hasil observasi dengan nilai yang baik, maka dapat disimpulkan bahwa peserta pengabdian masyarakat mampu melakukan praktikum ACT Sesi I dan II dengan baik dan tepat. Secara keseluruhan kegiatan berjalan lancar karena dukungan dari pengelola Panti. Kata Kunci : caregiver; lansia; kecemasan; panti werdha; acceptance and commitment therapy (ACT) ABSTRACTLKS LU Pangesti Lawang has 13 caregivers and 1 nurse, and has received therapy training to deal with psychogeriatric problems. Even so, one of the caregivers said that a combination of therapies was needed to deal with psychogeriatric problems, because the psychological conditions of the elderly were different and sometimes changed rapidly. Based on these findings, the community service team intends to teach a simple therapy to reduce the anxiety of the elderly to caregivers, namely acceptance and commitment therapy (ACT). This therapy can be done by anyone who has received training from a nurse. This therapy teaches the elderly to accept disturbing and unpleasant thoughts by placing themselves according to their values so that they will accept the existing conditions. This activity has been carried out through 3 stages. The first stage is obtaining permits and coordinating with the management of the orphanage regarding the implementation plan. The second stage is the provision of material and practice of Acceptance and Commitment Therapy (ACT) stages I and II. The third stage is activity evaluation which includes evaluating the Caregiver's feelings after carrying out ACT therapy along with pre-test and post-test evaluations. This activity was carried out during November - December 2022, and was attended by 1 nurse and 13 elderly caregivers. The results of this service activity are; in the pretest 14 participants averaged a score of 5.20. After the training was carried out and the final evaluation or posttest was carried out on 14 participants, an average value of 8.50 was obtained or there was an increase in the average value of 24%. From the observation results, it was found that caregivers can perform ACT sessions I and II therapy directly for the elderly with an average value of 80. Based on the results of the pre and post tests with significant changes and the results of observations with good scores, it can be concluded that the service participants the community is able to carry out ACT Sessions I and II practicum properly and correctly. Overall the activity ran smoothly due to the support from the Panti management. Keywords: caregiver; elderly; anxiety; nursing home; acceptance and commitment therapy (ACT
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr M.Haulussy Ambon
Someone who is sick tends to suffer from stress. This type of patient really needs a figure of nurse to reduce their stress level. Beside that’s, patient also needs a therapeutic communication. Therefore, a research is done in the Neurology Ward in M Haulussy General Hospital in Ambon with the purpose is to find out the therapeutic communication relationship of the nurses toward the patients’ stress level in the Neurology Ward in M Haulussy General Hospital in Ambon. The method used in this study is the correlation quantitative method. The correlation result of the nurses’ verbal communication toward the patients’ stress level is 0,498 with the significant point of 0,005 (p<0,05). And the result of the correlation nurses’ non verbal communication toward the patients’ stress level is 0,497 with the significant point of 0,005 (p<0,05). While the correlation result of the correlation test between the nurses’ therapeutic communication toward the patients’ stress level is 0,581 with the significant point of 0,001 (p<0,05). Therefore, Ho (there is no relation of therapeutic communication to patients stress level) is rejected and Hi (There is relation of therapeutic communication to patients stress level) is accepted. It can be concluded that there is a significant relationship between the nurses’ therapeutic communication toward the patients’ stress level
Studi Fenomenologi: Pengalaman Perawat dalam Melaksanakan Program CMHN di Area Kerja Puskesmas Bantur Kabupaten Malang
Latar Belakang : Kejadian gangguan jiwa ini terbanyak di pedesaan dan dibuktikan
kejadian pemasungan terbanyak dilakukan di daerah pedesaan. Pemasungan ODGJ
yang terjadi berhubungan dengan adanya stigma. CMHN merupakan bagian dari salah
satu program pengembangan Puskesmas, yaitu kesehatan jiwa. Program ini akan
dilaksanakan bila perawat mampu meyakinkan pada dinas kesehatan bahwa program
tersebut urgent untuk dilaksanakan berdasarkan atas data nyata yang ada pada
lapangan. Pelaksanaan program ini dimulai saat perawat Puskesmas menemukan
kesenjangan data pada dinas kesehatan. Data dalam laporan tersebut menjelaskan
bahwa tidak ada kejadian gangguan jiwa di Kecamatan Bantur, tetapi di lapangan banyak
ditemukan ODGJ yang berkeliaran dan dipasung. Atas dasar data tersebut program
kesehatan jiwa disetujui untuk dilaksanakan, tetapi karena program tersebut merupakan
program pengembangan maka perawat menemui berbagai macam hambatan, tetapi
mereka tetap bertahan. Saat ini program masih berjalan, dan bahkan menjadi pionner di
Provinsi Jawa Timur.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam
melaksanakan program CMHN di area kerja Puskesmas Bantur Kabupaten Malang.
Metode : Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan
fenomenologi intepretif. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam
dengan panduan wawancara semi terstruktur yang melibatkan tujuh partisipan.
Hasil ; Penelitian ini menghasilkan delapan tema meliputi: mengharapkan masyarakat
bisa menerima ODGJ, perawat merasa takut saat merawat ODGJ, perawat mendapatkan
kebahagiaan saat berhasil merawat ODGJ, perawat merasa siap untuk memberikan yang
terbaik, mengharapkan keberlanjutan program CMHN, perawat mengalami beban berat
saat bekerja, kurang komunikasi antara pembimbing klinik dan mahasiswa praktikan, dan
meningkatkan sumber daya yang ada disekitar ODGJ.
Kesimpulan : perawat berkeinginan untuk memasyarakatkan kembali ODGJ dan merasa
siap untuk memberikan yang terbaik, tetapi dalam proses pelaksanaannya, perawat
mengalami beban dalam bekerja, salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya
komunikasi antara pembimbing klinik dan mahasiswa praktikan membuat keluarga ODGJ
komplain, tetapi disisi lain perawat mendapatkan kebahagiaan saat berhasil merawat
ODGJ. Harapan dari perawat pelaksana program CMHN adalah program ini dapat
berlanjut dan terlaksana secara berkesinambungan sehingga dapat menekan angka
kejadian ODGJ dan mencegah ODMK menjadi ODG
Pembentukan Posyandu Sehat Jiwa Di Desa Tambakasri Kec. Tajinan Kabupaten Malang Di Era Pandemi Covid-19 Tahap II
ABSTRAK
Desa Tambakasri merupakan salah satu desa yang yang terletak di Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Posyandu dikelola oleh Kader kesehatan, dimana persyaratan Kader tersebut adalah sudah memiliki anak dan tidak bekerja. Para Kader tersebut telah mendapatkan pelatihan dari Puskesmas Tajinan, namun pelatihan yang didapatkan tersebut hanya berfokus pada seputar pencegahan dan pengobatan masalah fisik pada balita dan lansia. Puskesmas Tajinan sebagai salah satu mitra pengabdian kepada masyarakat dari STIKes Panti Waluya Malang mengajukan permohonan untuk memberikan pelatihan pembentukan dan pengelolaan Posyandu sehat jiwa, karena ditemukan beberapa kasus gangguan jiwa di Desa Tajinan. Tahap awal pembentukan Posyandu sehat jiwa telah dilakukan, yaitu melatih para kader untuk dapat melakukan screening dan deteksi dini terkait masalah gangguan jiwa pada kelompok keluarga sehat, beresiko, maupun dengan salah satu anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa. Tahap awal telah terlaksana dengan cukup baik, maka selanjutnya dilakukan pemberian materi mengenai Posyandu sehat jiwa dan praktek langsung Posyandu sehat jiwa. Kegiatan dilanjutkan dengan penyusunan modul materi untuk pelatihan Posyandu sehat jiwa. Sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan, dilakukan test untuk menilai kemampuan kognitif dan psikomotor para kader kesehatan di Desa Tambakasri sebagai salah satu alat untuk evaluasi.
Kata Kunci : Kader Kesehatan, Pembentukan Posyandu sehat jiw
Pemberdayaan Caregiver Panti Pangesti Lawang Untuk Mengurangi Kecemasan Lansia Dengan Terapi Warna
ABSTRAK
Panti Pangesti Lawang adalah salah satu panti sosial yang yang terletak di Lawang, Kabupaten Malang. Terdapat kurang lebih 13 caregiver dan 2 orang Perawat di Panti tersebut. Caregiver mengatakan bahwa lansia memiliki berbagai macam permasalahan fisik maupun psikologis. Permasalahan fisik diakibatkan oleh karena menurunnya kondisi fisik karena proses penuaan, sedangkan masalah psikologis yang biasa dialami oleh lansia adalah perasaan cemas yang dialami oleh lansia. Penyebab kecemasan tersebut diantaranya adalah karena kesepian, tidak pernah dikunjungi oleh keluarga, dan masalah kesehatan fisik itu sendiri. Ada beberapa cara yang umum digunakan untuk mengatasi kecemasan pada lansia, diantaranya adalah terapi warna. Terapi ini akan diajarkan ke caregiver terlebih dahulu, karena Dosen belum dapat menemui lansia secara langsung karena adanya protokol kesehatan ketat terkait masa Pandemi Covid-19. Diharapkan caregiver dapat mengajarkan terapi warna ini kepada lansia. Terapi ini dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah mendapatkan pelatihan dari perawat. Terapi ini berupa pewarnaan dengan pensil warna pada kertas, dengan warna dominan hijau, biru, kuning, dan merah. Pelatihan ini dilaksanakan selama 3x pertemuan, 1 kali pertemuan dilakukan secara daring (29 November 2021) dengan materi kecemasan dan terapi warna, pertemuan ke 2 dilakukan tanggal 9 Desember dengan materi terapi warna kemudian dilanjutkan praktik, dan pertemuan ketiga dilakukan tanggal 10 Desember 2021 dengan kegiatan evaluasi praktik terapi warna. Sebelum dilakukan dilakukan pertemuan pertama dilakukan pre test dan didapatkan nilai rata-rata 4,5 dan sesudah kegiatan pelatihan (pertemuan ke 3), dilakukan post test, dan didapatkan nilai rata-rata 7,5. perubahan nilai antara pre dan post ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan kognitif dan psikomotor caregiver. Caregiver mengerti dan mampu melakukan terapi warna, kemudian bersedia untuk mengajarkan ke lansia. Caregiver.
Kata Kunci : Caregiver, Lansia, Terapi Warn