16 research outputs found

    PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN SP. AIR DINGIN – PAGARALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN STA 6+100 – 12+100 (1-9)

    Get PDF
    Perencanaan Desain Geometrik Dan Tebal Perkerasan Kaku Pada Ruad Jalan SP. Air Dingin – Pagaralam Provinsi Sumatera Sealatan Sta 6+100-12+100. Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat penting sebagai pendukung utama aktivitas ekonomi baik pusat maupun daerah. Salah satunya adalah daerah SP. Air Dingin – Pagaralam, karena daerah ini adalah kawasan yang sangat potensial sebagai daerah sektor pertanian, industri dan perdagangan. Penulis merencanakan panjang total 6 km, lebar 6 m dan bahu jalan 0,8 pada kedua sisi jalan. Perencanaan perkerasan jalan menggunakan perkerasan kaku dengan tebal plat 27 cm dan menggunakan mutu beton K-300, serta lapisan pondasi bawah menggunkan agregat kelas B dengan tebal 15 cm. Jalan ini direncanakan dengan 6 tikungan yaitu 2 buah tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS), 2 tikungan Full Circle (FC) dan 2 tikungan Spiral-Spiral. Biaya yang dikeluarkan pada perencanaan jalan ini yaitu sebesar Rp. 73.681.645.000 (tujuh puluh tiga milyar enam ratus delapan puluh satu juta enam ratus empat puluh lima ribu) dengan waktu penyelesaian proyek selam 366 hari kerja.Kata kunci : Jalan, Desain Geometrik, Perkerasan Kak

    Pengaruh Kinerja Penambahan Karet Ban Bekas Sebagai Substitusi Pengganti Campuran Beraspal Daur Ulang Pada Lapis Permukaan Atas

    Full text link
    Method of pavement recycling is an alternative technology in pavement construction and maintenance of roads that allow the use of wastes produced by the old pavement. Therefore, researchers tried using the method of recycling by using old materials and reprocessed by adding a fluxing materials and ingredients added in the form of powder rubber tires. This research aims to restore the value of the power of the old pavement. The beginning stage of this study seek additional level of asphalt most optimal mix of recycling based on the value of maximum stability, obtained the addition of optimum bitumen content is 1%. Then, the addition of tire rubber powder ranging from 10%; 20%; 30%; 40% and 50% by replacing most of the asphalt with rubber powder tire to the addition of the most optimum bitumen content. The highest stability values that are in a mixture of 10% levels of tire rubber powder to the optimum bitumen content is 4657.3 kg, while the value of flow at a level of 10% of tire rubber powder that is 3.32mm. The increasing levels of tire rubber powder in the mix, then the Marshall Quotient value decreases, the value of the highest Quotient marshall is on the addition of tire rubber powder content of 10% of additions optimum bitumen content is 1402.8 kg / mm. Highest Density Values are at the addition of tire rubber powder content of 10% of additions optimum bitumen content of 2.300 gr / cm3. Of all the parameters indicate the presence of tire rubber powder in the mixture can increase the value of the power and flexibility of pavement

    PENGARUH KINERJA PENAMBAHAN KARET BAN BEKAS SEBAGAI SUBSTITUSI PENGGANTI CAMPURAN BERASPAL DAUR ULANG PADA LAPIS PERMUKAAN ATAS

    Get PDF
    Method of pavement recycling is an alternative technology in pavement construction and maintenance of roads that allow the use of wastes produced by the old pavement. Therefore, researchers tried using the method of recycling by using old materials and reprocessed by adding a fluxing materials and ingredients added in the form of powder rubber tires. This research aims to restore the value of the power of the old pavement. The beginning stage of this study seek additional level of asphalt most optimal mix of recycling based on the value of maximum stability, obtained the addition of optimum bitumen content is 1%. Then, the addition of tire rubber powder ranging from 10%; 20%; 30%; 40% and 50% by replacing most of the asphalt with rubber powder tire to the addition of the most optimum bitumen content. The highest stability values that are in a mixture of 10% levels of tire rubber powder to the optimum bitumen content is 4657.3 kg, while the value of flow at a level of 10% of tire rubber powder that is 3.32mm. The increasing levels of tire rubber powder in the mix, then the Marshall Quotient value decreases, the value of the highest Quotient marshall is on the addition of tire rubber powder content of 10% of additions optimum bitumen content is 1402.8 kg / mm. Highest Density Values are at the addition of tire rubber powder content of 10% of additions optimum bitumen content of 2.300 gr / cm3. Of all the parameters indicate the presence of tire rubber powder in the mixture can increase the value of the power and flexibility of pavement

    IDENTIFIKASI JENIS DAN BERAT KENDARAAN TERHADAP TATA GUNA LAHAN SEBAGAI DASAR PERENCANAAN JALAN ( 5 - 11 )

    Get PDF
    Aspek topografi merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan galian dan timbunan.  Mengingat perlunya dipertimbangkan aspek topografi yaitu faktor ketinggian permukaan dari muka laut dalam perencanaan jalan maka perlu ditemukan suatu metode untuk memudahkan penentuan ketinggian permukaan tanah dari muka laut.  Pengukuran ketinggian yang dilakukan secara manual tentunya membutuhkan biaya dan waktu yang sangat besar.  Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian yang menganalisis ketinggian secara spasial menggunakan metode penginderaan jauh dengan memanfaatkan citra Digital Elevation Model (DEM) SRTM (Shuttle Radar Topography Mission), sehingga didapatkan klasifikasi ketinggian yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam perencanaan jalan.  Metode yang digunakan dalam pengklasifikasian ketinggian adalah metode intrpolasi dari hasil overlay peta ruang terbuka dengan citra DEMSRTM.  Dari hasil analisis didapatkan persentase perbandingan hasil klasifikasi ketinggian terhadap kontur adalah 9,359 % dan terhadap topografi adalah 8,139 %, hal ini menunjukkan bahwa metode interpolasi dapat digunakan dalam pengklasifikasian ketinggian dengan menggunakan peta DEMSRTM

    IDENTIFIKASI JENIS DAN BERAT KENDARAAN TERHADAP TATA GUNA LAHAN SEBAGAI DASAR PERENCANAAN JALAN

    Get PDF
    Keberadaan prasarana jalan yang telah dibangun sering sekali tidak sesuai dengan umur rencana jalan yang telah direncanakan, hal ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah perencanaan yang tidak sesuai, bencana alam, dan juga kelebihan muatan (tonase kendaraan yang berlebihan). Walaupun klasifikasi jalan telah dikelompokkan berdasarkan besarnya volume lalu lintas yang ada serta fungsi jalan telah disesuaikan dengan standar muatan sumbu yang berhubungan dengan dimensi kendaraan, berat kendaraan sesuai dengan Undang- undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan [1], namun banyak pabrik-pabrik ataupun industri pada saat melintasi suatu jalan tidak memperhatikan standar muatan yang diinjinkan pada suatu ruas jalan yang dilaluinya, hal ini lah yang menyebabkan kerusakan struktural pada jalan sebelum tercapainya umur rencana. Dengan melakukan survei terhadap LHR kendaraan dan tonase kendaraan maka akan diidentifikasikan jenis dan tonase kendaraan berdasarkan tata guna lahan sebagai dasar untuk perencanaan jalan. Pada kawasan permukiman yaitu maksimum berat kendaraan 8 ton (jalan kelas III), sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan perkerasan jalan dengan perkerasan berbutir. Untuk golongan kendaraan pickup dapat diijinkan untuk melewati kawasan pertanian/ perkebunan karena masih masuk dalam syarat yang diiijinkan, namun untuk kendaraan jenis truk sedang dan truk besar tidak diijinkan karena sudah melebih syarat yang ditentukan yaitu maksimum 10 ton. Sedangkan untuk kendaraan dengan berat kosong 3 ton (golongan I berdasar spesifikasi Dinas Perhubungan) yang dapat melewati kawasan industi dan kendaraan golongan II (berat kosong 6 ton) dan golongan III (berat kosong 7,5 ton) tidak diijinkan melewati kawasan industri karena tonase kendaraan melebihi syarat yang ada sehingga perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pelanggaran tonase kendaraan yang melewati suatu kawasanspasi

    IDENTIFIKASI JENIS DAN BERAT KENDARAAN TERHADAP TATA GUNA LAHAN SEBAGAI DASAR PERENCANAAN JALAN

    Get PDF
    Keberadaan prasarana jalan yang telah dibangun sering sekali tidak sesuai dengan umur rencana jalan yang telah direncanakan, hal ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah perencanaan yang tidak sesuai, bencana alam, dan juga kelebihan muatan (tonase kendaraan yang berlebihan). Walaupun klasifikasi jalan telah dikelompokkan berdasarkan besarnya volume lalu lintas yang ada serta fungsi jalan telah disesuaikan dengan standar muatan sumbu yang berhubungan dengan dimensi kendaraan, berat kendaraan sesuai dengan Undang- undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan [1], namun banyak pabrik-pabrik ataupun industri pada saat melintasi suatu jalan tidak memperhatikan standar muatan yang diinjinkan pada suatu ruas jalan yang dilaluinya, hal ini lah yang menyebabkan kerusakan struktural pada jalan sebelum tercapainya umur rencana. Dengan melakukan survei terhadap LHR kendaraan dan tonase kendaraan maka akan diidentifikasikan jenis dan tonase kendaraan berdasarkan tata guna lahan sebagai dasar untuk perencanaan jalan. Pada kawasan permukiman yaitu maksimum berat kendaraan 8 ton (jalan kelas III), sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan perkerasan jalan dengan perkerasan berbutir. Untuk golongan kendaraan pickup dapat diijinkan untuk melewati kawasan pertanian/ perkebunan karena masih masuk dalam syarat yang diiijinkan, namun untuk kendaraan jenis truk sedang dan truk besar tidak diijinkan karena sudah melebih syarat yang ditentukan yaitu maksimum 10 ton. Sedangkan untuk kendaraan dengan berat kosong 3 ton (golongan I berdasar spesifikasi Dinas Perhubungan) yang dapat melewati kawasan industi dan kendaraan golongan II (berat kosong 6 ton) dan golongan III (berat kosong 7,5 ton) tidak diijinkan melewati kawasan industri karena tonase kendaraan melebihi syarat yang ada sehingga perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pelanggaran tonase kendaraan yang melewati suatu kawasanspasi

    PENGARUH ABU TERBANG SEBAGAI FILLER UNTUK KUAT TEKAN BETON

    Get PDF
    Beton banyak digunakan dalam setiap konstruksi karena beton lebih mudah dalam perawatan, lebih tahan lama, tahan terhadap api, tahan terhdap cuaca serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. Karakteristik dari beton harus dipertimbangkan dengan tujuan konstruksi. Pendekatan yang baik adalah dengan memperhatikan sifat beton. Meskipun dengan usaha untuk mendapatkan kekuatan maksimum bukan satu-satunya cara, namun harus diperhatikan juga kriteria perencanaan, ukuran dari kuat hansur silinder beton sebagai benda uji untuk mempertahankan mutu standar dari beton.Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan kuat tekan beton yang tinggi dengan cara manambahkan abu terbang sebagai filler pada beton. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kuat tekan beton normal tanpa abu terbang pada umur 28 hari sebesar 43.82 MPa sedangkan dengan campuran 10% abu terbang sebagai filler didapat kuat tekan 44.44 MPa . Pada campuran 20% abu terbang didapat kuat tekan beton rata-rata 36.05 MPa

    ANALISIS SPASIAL ASPEK TOPOGRAFI MENGGUNAKAN CITRA DEMSRTM SEBAGAI DASAR PERENCANAAN JALAN ( 12-16 )

    Get PDF
    Aspek topografi merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan galian dan timbunan.  Mengingat perlunya dipertimbangkan aspek topografi yaitu faktor ketinggian permukaan dari muka laut dalam perencanaan jalan maka perlu ditemukan suatu metode untuk memudahkan penentuan ketinggian permukaan tanah dari muka laut.  Pengukuran ketinggian yang dilakukan secara manual tentunya membutuhkan biaya dan waktu yang sangat besar.  Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian yang menganalisis ketinggian secara spasial menggunakan metode penginderaan jauh dengan memanfaatkan citra Digital Elevation Model (DEM) SRTM (Shuttle Radar Topography Mission), sehingga didapatkan klasifikasi ketinggian yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam perencanaan jalan.  Metode yang digunakan dalam pengklasifikasian ketinggian adalah metode intrpolasi dari hasil overlay peta ruang terbuka dengan citra DEMSRTM.  Dari hasil analisis didapatkan persentase perbandingan hasil klasifikasi ketinggian terhadap kontur adalah 9,359 % dan terhadap topografi adalah 8,139 %, hal ini menunjukkan bahwa metode interpolasi dapat digunakan dalam pengklasifikasian ketinggian dengan menggunakan peta DEMSRTM

    PENERAPAN STANDAR OPERATING PROCEDURES PENGENDALIAN MUTU BETON READY MIX PADA PT. INDO BETON

    Get PDF
    Kegiatan pengabdian ini dilakukan untuk mensosialisasikan Standar Operating Prosedure (SOP) pada PT. Indo Beton yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Talang Kelapa Kecamatan Alang-alang Lebar dan bergerak dalam bidang penyediaan beton ready mix. Dalam pelaksanaan pengendalian mutu beton, PT.  Indo Beton belum menggunakan acuan/ pedoman pelaksanaan sehingga tim pelaksana pengabdian memberikan solusi kepada PT. Indo Beton  untuk membuatkan SOP yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengendalian beton reay mix melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan salah satu bentuk kegiatan tri darma perguruan tinggi. Dengan adanya kegiatan pengabdian ini diharapkan kedepannya PT. Indo Beton dapat menerapkan SOP dalam kegiatan pengendalian mutu Beto ready mix yang diproduksinya.  Kegiatan ini dibagi dalam 2 tahap, pertama yaitu penyusunan  SOP pengendalian mutu beton dan kedua adalah penyuluhan tentang penerapan SOP tersebut dalam kegiatan pengendalian mutu beton, khususnya beton ready mix. Hasil yang dicapai sangat memuaskan karena para peserta sangat antusias dalam menerima materi. Dengan adanya SOP yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian ini, PT. Indo Beton sebagai mitra kerjasama dibidang pengabdian kepada masyarakat merasa sangat terbantu karena untuk selanjutnya SOP pengendalian mutu ini akan digunakan dalam kegiatan produksi beton ready mix untuk meningkatkan kualitas produksi beton ready mix

    TINJAUAN PERANCANGAN RUAS JALAN PAMPANGAN LEBUNG BATANG KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN ( 7-13 )

    Get PDF
    Pembangunan infrastruktur dari suatu daerah merupakan tolak ukur dari perkembangan otonomi daerah. Pembangunan jalan pada suatu ruas jalan disebabkan oleh kebutuhan, juga meningkatnya jumlah kendaraan yang melewati suatu daerah tersebut. Kebutuhan yang dimkasudkan seperti jalan telah rusak ataupun tidak ada akses jalan sama sekali untuk menuju kesuatu daerah seperti yang terjadi di Ruas Jalan Pampangan – Lebung Batang STA 0+000 – 6+039 Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan ini.Didalam merencanakan desain geometrik jalan raya, hal-hal yang menjadi acuan dalam perencanaan meliputi perhitungan alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, serta menetapkan perkerasan apa yang akan digunakan.Dari hasil perhitungan-perhitungan diatas maka Jalan Pampangan-Lebung Batang ini merupakan jalan Arteri kelas I dengan kecepatan rencana jalan 60 km/jam, dan pada jalan ini menggunakan 4 buah tikungan diantaranya, 4 Full Circle, 2 Spiral Circle Spiral dan 2 Spiral Spiral. Lapisan permukaan jalan menggunakan Perkerasan Rigid dengan tebal lapisan 29,5 cm, sedangkan lapisan pondasi bawah menggunakan Lean Concrete dengan tebal 10 cm dan Aggregat Kelas A dengan tebal lapisan 15 cm. Pembangunan ruas jalan ini dilaksanakan dalam waktu 266 hari kerja dengan total dana Rp 123.828.951.800,00 (Seratus Dua Puluh Tiga Miliyar Delapan Ratus Dua Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Satu Ribu Delapan Ratus Rupiah)Kata kunci : Jalan, Desain Geometrik, Tebal perkerasan kak
    corecore