913 research outputs found

    Pengaruh Umur Kayu Mangium terhadap Kualitas Arang Aktif

    Full text link
    Dalam tulisan ini dikemukakan mengenai hasil penelitian pembuatan arang aktif dari kayu Acacia mangium berdasarkan perbedaan umur dengan cara aktivasi uap kimia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur kayu mangium dan konsentrasi bahan pengaktif terhadap hasil dan kualitas arang aktif.Proses pembuatan arang aktif dilakukan dalam retor baja tahan karat dengan pemanas listrik pada suhu 900ºC. Umur kayu mangium yang digunakan sebagai bahan baku adalah 4, 5, 6 dan 7 tahun dan sebagai aktivator digunakan larutan NH4CO3 dengan konsentrasi masing­masing 0,1; 0,25; 0,5; 0,75%.Kualitas arang aktif yang terbaik dihasilkan dari arang aktif yang dibuat dari kayu mangium umur 6 tahun dengan konsentrasi NH4C03 sebesar 0,10%. Rendemen yang diperoleh sebesar 37,19%, kadar air 12,74%, kadar abu 2,08%, kadar zat mudah menguap 14, 66%, kadar karbon terikat 183,28%. Daya serap terhadap iodium sebesar 1081,19 mg/g, benzena 29,39%, CHCL3 40,19%, metilin biru 199,23 mg/g dan luas permukaan sebesar 738,0 m2/g

    Pengaruh Selulosa Terhadap Struktur Karbon Arang Bagian I: Pengaruh Suhu Karbonisasi

    Full text link
    Tulisan ini mempelajari pengaruh selulosa terhadap struktur arang pada suhu karbonisasi yang berbeda. Arang dibuat dari hasil karbonisasi campuran simultan lignin dan selulosa dengan perbandingan 40 : 60. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh selulosa terhadap struktur arang pada suhu karbonisasi yang berbeda, yaitu 200 , 300 , 400 , 500 , 650 , 750 dan 850 C. Untuk mengetahui Perubahan struktur arang yang terjadi dilakukan analisis dengan menggunakan FTIR (sinar infra merah), XRD (difraksi sinar X) dan SEM (mikroskop elektron). Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa lebar lapisan aromatik (La) menurun dengan makin meningkatnya suhu karbonisasi, sedangkan untuk jarak antar lapisan aromatik (d) menurun dengan naiknya suhu sampai 850 C. Tinggi lapisan aromatik (L ), derajat kristalinitas (X) dan jumlah lapisan aromatik (N) meningkat dengan makin naiknya suhu karbonisasi. Spektrum FTIR menunjukkan antara suhu 500 - 750 C terjadi Perubahan struktur kimia dari bahan baku secara nyata. Ikatan OH, dan C=C alifatik menurun dengan naiknya suhu, sedangkan struktur eter dan aromatik makin meningkat. Pada suhu 850 C arang yang dihasilkan mempunyai struktur aromatik yang permukaannya mempunyai gugus C-O-C dan C-H. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa jumlah dan diameter pori arang meningkat dengan makin naiknya suhu karbonisasi. Kualitas arang yang baik diperoleh pada suhu karbonisasi 850 C yang ditunjukkan oleh derajat kristalinitas sebesar 35,0%, tinggi lapisan aromatik 3,22 nm, lebar lapisan aromatik 9,18 nm, jumlah lapisan aromatik 9, jarak antar lapisan aromatik d(oo2)= 0,36 nm dan d(100)= 0,21 nm dengan diameter pori arang antara 2,0-2,3 mm. Arang ini mempunyai sifat keteraturan yang tertinggi, permukaannya bersifat sedikit polar, dengan struktur makropori

    Sifat Papan Partikel Daur Ulang Rendah Emisi Formaldehida

    Get PDF
    Emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis dari papan partikel yang direkat dengan urea formaldehida (UF) dapat mengganggu kesehatan, terutama jika digunakan di dalam ruangan dengan ventilasi terbatas. Untuk mengurangi emisi formaldehida, dapat digunakan suatu adsorben ke dalam perekatnya. Dalam tulisan ini diuraikan pengaruh penggunaan arang aktif dalam campuran perekat urea formaldehida terhadap emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis papan partikel daur ulang serta aspek ekonominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian arang aktif mempengaruhi emisi formaldehida dan sifat fisis-mekanis papan partikel. Aplikasi arang aktif sebanyak 3% pada perekat urea formaldehida mampu mengurangi emisi formaldehida dan meningkatkan sifat fisis-mekanis papan partikel serta memenuhi persyaratan standar Indonesia dan Jepang, dan layak secara finansial

    Energy Conversion From Woody Biomass Stuff: Possible Manufacture of Briquetted Charcoal From Sawmill-generated Sawdust

    Full text link
    There are three dominant kinds of wood industries in Indonesia which consume huge amount of wood materials as well as generate considerable amount of woody waste stuffs, i.e. sawmills, plywood, and pulp/paper. For the two latest industries, their wastes to great extent have been reutilized in the remanufacturing process, or burnt under controlled condition to supplement their energy needs in the corresponding factories, thereby greatly alleviating environmental negative impacts. However, wastes from sawmills (especially sawdust) still often pose a serious environmental threat, since they as of this occasion are merely dumped on sites, discarded to the stream, or merely burnt, hence inflicting dreadful stream as well as air pollutions. One way to remedy those inconveniences is by converting the sawdust into useful product, i.e. briquetted charcoal, as has been experimentally tried. The charcoal was at first prepared by carbonizing the sawdust wastes containing a mixture of the ones altogether from the sawing of seven particular Indonesia's wood species, and afterwards was shaped into the briquette employing various concentrations of starch binder at two levels (3.0 and 5.0 %) and also various hydraulic pressures (1.0, 2.5, and 5.0 kg/cm2). Further, the effect of those variations was examined on the yield and qualities of the resulting briquetted charcoal.The results revealed that the most satisfactory yield and qualities of the briquetted sawdustcharcoal were acquired at 3 % starch binder concentration with 5.0 kg/cm2 hydraulic pressure. As such, the briquette qualities were as follows: density at 0.60 gram/cm3, tensile strength 15.27 kg/cm2, moisture content 2.58 %, volatile matter 23.35 %, ash content 4.10 %, fixed carbon 72.55 %, and calorific value 5,426 cal/gram. Those qualities revealed that the experimented briquetted sawdust charcoal could be conveniently used as biomass-derived fuel

    Produksi Cuka Kayu Hasil Modifikasi Tungku Arang Terpadu

    Full text link
    Penelitian pembuatan arang dan cuka kayu secara terpadu telah dilakukan dengan menggunakan tungku hasil modifikasi terbuat dari drum ganda yang dikombinasikan dengan teknik kondensasi sehingga tidak hanya arang yang dihasilkan, tetapi juga diperoleh cairan destilat yang biasa disebut cuka kayu/asap cair. Bahan yang digunakan untuk membuat arang dan cuka kayu adalah limbah industri pengolahan kayu. Tujuan penelitian yaitu untuk menelaah produksi dan kualitas arang, cuka kayu, dan prospek pemanfaatannya dari hasil penggunaan tungku drum ganda. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa produksi arang 6,00 - 15,00 kg, rendemen arang 9,90- 21,18%. Produksi cuka kayu 2,40 - 4,40 kg dan rendemen cuka kayu 4,95 - 7,35%. Komponen cuka kayu hasil analisis HPLC dan GC terdiri dari asam asetat 20,13 - 30,05 ppm, metanol 0,44 - 1,15% dan phenol 52,41 - 63,62 ppm. Hasil analisis GC-MS pirolisis menunjukkan bahwa cuka kayu dari masing-masing jenis limbah kayu mengandung jumlah komponen kimia yang berbeda antara satu jenis dengan lainnya, pada kisaran 20 - 32 komponen. Unsur hara yang terdapat dalam cuka kayu : C organik 6,12 - 7,35% ; N total 0,62 - 0,67% ; P2O5total 0,24 - 0,31% dan K2O total 0,31 - 0,36%. Manfaat cuka kayu sangat banyak antara lain sebagai pengawet makanan, pembasmi hama dan penyakit tanaman, pupuk cair organik, penyubur tanaman, desinfektan dan inhibitor mikroorganisme serta pencegah jamur dan bakteri

    Arang Dan Cuka Kayu : Produk Hasil Hutan Bukan Kayu Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Dan Serapan Hara Karbon

    Full text link
    Arang dan cuka kayu merupakan sumber karbon yang dihasilkan dari proses karbonisasi, dan multi manfaat untuk digunakan sebagai pemacu pertumbuhan maupun meningkatkan serapan hara karbon. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian uji coba arang dan cuka kayu terhadap media tumbuh anakan sengon, jabon dan pohon penghasil gaharu selama enam bulan di kebun penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan anakan sengon, jabon dan pohon penghasil gaharu, mengetahui kandungan karbon, nitrogen, fosfor dan kalium dalam tanah dan dalam biomasa tanaman setelah diberi arang dan cuka kayu. Penambahan arang dilakukan dengan cara mencampurkan arang dan tanah secara merata, sedangkan cuka kayu disiramkan pada tanah. Untuk pemeliharaan tanaman, dilakukan penyemprotan cuka kayu pada batang, tangkai dan daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arang dan cuka kayu pada media tumbuh anakan sengon dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 127% dan 208%, untuk diameter 109% dan 129%. Pada tanaman jabon, penambahan arang dan cuka kayu dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 117% dan 142%, untuk diameter 166% dan 128%. Sedangkan pada pohon penghasil gaharu belum kelihatan pengaruhnya, karena masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk tanaman tersebut beradaptasi. Arang dan cuka kayu dapat meningkatkan serapan hara karbon dalam tanah dan biomas. Selain karbon (C), unsur hara N, P dan K juga meningkat

    Keragaman Komponen Kimia Gaharu Pada Kelas Super Dan Kemedangan

    Get PDF
    Tulisan ini menyajikan kadar resin dan komposisi senyawa kimia dari beberapa kualitas gaharu menggunakan kromatografi gas spektrometri massa. Kualitas gaharu yang diuji adalah kelas super dan kemedangan yang berasal dari Bangka, Papua dan Asosiasi Pengusaha Eksportir Gaharu Indonesia (Asgarin). Hasil penelitian menunjukkan rendemen resin gaharu lebih tinggi pada kelas kualitas super daripada kelas kemedangan. Gaharu berkadar resin tinggi dianggap sebagai berkualitas tinggi (super), dan komposisi kimianya didominasi oleh chromone dan gamma gurjunene. Sebaliknya gaharu berkualitas rendah (kemedangan) berkomposisi kimia 2,5 furandione, 3-dodecenyl dan agarospirol. Komponen kimia gaharu kelas super mengandung lebih banyak senyawa kelompok sesquiterpena dibanding kelas kemedangan. Senyawa sesquiterpene dan chromone berindikasi kuat menyebabkan aroma harum pada gaharu. Kualitas gaharu pada kelas yang sama menunjukkan rendemen resin dan komposisi kimia yang berbeda dari tiga lokasi yang diteliti

    Analisis Komponen Kimia Beberapa Kualitas Gaharu Dengan Kromatografi Gas Spektrometri Massa

    Get PDF
    Tulisan ini menyajikan kadar resin dan komposisi senyawa kimia dari beberapa kualitas gaharu menggunakan kromatografi gas spektrometri massa. Kualitas gaharu yang diuji adalah kemedangan C, teri C, kacangan C dan super AB. Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak gaharu pada berbagai pelarut berturut-turut paling tinggi adalah kualitas super AB, kacangan C, teri C, dan kemedangan C. Komponen kimia gaharu mengandung senyawa furan dan kelompok ester lainnya yang menimbulkan aroma wangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengkelasan kualitas gaharu secara tradisional tidak objektif

    Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa Untuk Mengendalikan Cendawan Penyebab Penyakit Antraknosa Dan Layu Fusarium Pada Ketimun

    Full text link
    Asap cair hasil destilasi kering tempurung kelapa pada konsentrasi antara 0,25-6,0% mampu menghambat pertumbuhan koloni cendawan baik pada Colletotrichum gloeosporoides maupun Fusarium oxysporum. Penghambatan asap cair pada koloni Colletotrichum gloeosporoides dan Fusarium oxysporum masing-masing sebesar 5,59-97,85% dan 6,06-94,97%. Penghambatan sampai 100% untuk kedua cendawan, dimulai pada konsentrasi 7%. Asap cair yang dihasilkan dari pemanasan 400 oC menunjukkan hambatan koloni cendawan paling tinggi, yaitu sebesar 16.26% untuk Colletotrichum gloeosporoides dan 15,06% untuk Fusarium oxysporum. Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa asap cair dengan konsentrasi 0,5%, 1% dan 5%, efektif menghambat perkembangan penyakit antraknosa dan layu fusarium, sampai 100%. Meskipun demikian, asap cair dengan konsentrasi 5% tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan nekrosis pada daun ketimun

    Pembuatan dan Pemanfaatan Arang Aktif sebagai Reduktor Emisi Formaldehida Kayu Lapis

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian pembuatan arang aktif dari serbuk gergajian kayu Acacia mangium Willd. Arang aktif yang dihasilkan digunakan sebagai reduktor emisi formaldehida pada perekat kayu lapis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah serbuk gergajian kayu mangium untuk dibuat arang aktif dan digunakan sebagai reduktor emisi formaldehida dalam perekat kayu lapis. Sebelum dibuat arang aktif, serbuk gergajian diarangkan dalam pada suhu 500OC. Arang yang dihasilkan diaktivasi secara kimia, fisika dan kombinasinya di dalam tungku baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas arang aktif yang terbaik diperoleh dari serbuk gergajian kayu mangium yang diaktivasi dengan cara kombinasi oksidasi gas dan kimia dengan rendemen sebesar 53%, kadar air 4,33%, kadar abu 8,17%, kadar zat terbang 5,88%, kadar karbon terikat 83,77%, daya serap terhadap yodium sebesar 960,2 mg/g, metilien biru 135,0 mg/g, benzene 14,59%, kloroform 28,96% dan daya serap terhadap formaldehida sebesar 26,21%.Pencampuran arang aktif pada perekat kayu lapis mampu menurunkan emisi formaldehida pada perekat kayu lapis. Terbukti dari hasil uji emisi kayu lapis tanpa penambahan arang aktif menunjukkan emisi formaldehida sebesar 16,48 ppm, sedang emisi yang dihasilkan dengan penambahan arang aktif sebanyak 5% menurun menjadi 15,36 ppm, tanpa mempengaruhi ketegutan rekat kayu lapis
    corecore