3 research outputs found

    OPTIMASI EKSTRAKSI GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Thunnus albacares)

    Get PDF
    Latar belakang: Gelatin adalah produk alami yang diperoleh melalui hidrolisis kolagen tulang ikan tuna. Kolagen merupakan protein bermolekul besar yang diperoleh dengan cara estraksi dalam suasana asam. Ekstraksi menggunakan pelarut asam menyebabkan putusnya ikatan hidrogen di antara ketiga rantai tropokolagen. Tujuan: Mengetahui konsentrasi pelarut asam yang menghasilkan rendemen tertinggi dan karakteristik gelatin yang dihasilkan. Pelarut asam yang digunakan adalah asam klorida dengan variasi konsentrasi 1, 3, 5, 7, 9 dan 11% (v/v). Metode: Isolasi gelatin diawali dengan perendaman tulang dalam larutan asam untuk melarutkan garam kalsium dan garam lainnya dalam tulang ikan tuna sehingga tulang relatif menjadi lunak. Hasil: Rendemen tertinggi sebanyak 5,03% dihasilkan dari asam klorida dengan konsentrasi 3%. Karakteristik gelatin yang dihasilkan mempunyai kadar air 8,59%, kadar abu 8,02%, kadar lemak 0,27%, kadar protein 80,2% dengan berat molekul gelatin berada pada rentang 45 kDa dan di atas 100 kDa dan kekuatan gel gelatin adalah 167,8450 gram bloom. Simpulan dan saran: Rendemen gelatin tertinggi dihasilkan dari konsentrasi asam klorida 3% dengan kadar air 8,59%, kadar abu 8,02%, kadar lemak 0,27%, kadar protein 80,2%. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap aplikasi gelatin yang dihasilka

    KARAKTERISASI BERAS ARTIFISIAL SAGU PAPUA DENGAN PENAMBAHAN GELATIN TULANG IKAN TUNA

    Get PDF
    Artificial rice sago Papua is one alternative to reduce dependence on rice. The existence of a significant difference in the chemical composition of sago Papua is a high amylose and low amylopectin contentto cause the texture of the rice produced is not good, that is necessary for a binder to improve the texture of artificial rice sago Papua. Binding agent (binder) used is gelatin originating from bones of tuna. Characterization of Papua sago artificial riceconducted to determine the texture (hardness) and the moisture content of artificial rice sago Papua. The purpose of this study was to determine the level of hardness (texture) and the moisture content of artificial ricesago Papua after adding gelatin from the bones of tuna. Characterization process begins with the manufacture of artificial rice followed by a hardness test (texture) and the moisture content of artificialrice sago Papua. The results showed a hardness value (texture) artificial rice sagoPapuais a low of 172.6075 N and high of 266.7990 N. While the moisture content of artificialrice obtained ranged from 9.62 to 9.98%.Beras artifisial sagu papua merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras.Adanya perbedaan yang cukup signifikan pada komposisi kimia sagu Papua yaitu kandungan amilosa yang tinggi dan amilopektin yang rendah hingga menyebabkan tekstur beras yang dihasilkan kurang baik, untuk itulah diperlukan bahan pengikat (binder) untuk memperbaiki tekstur dari beras artifisial sagu Papua ini.Bahan pengikat (binder) yang digunakan adalah gelatin yang berasal dari tulang ikan tuna.Karakterisasi beras artifisial sagu Papua dilakukan untuk mengetahui tekstur (kekerasan) dan kadar air beras artifisial sagu Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kekerasan (tekstur) dan kadar air beras artifisial sagu Papua setelah ditambahkan gelatin dari tulang ikan tuna. Proses karakterisasi diawali dengan pembuatan beras artifisial kemudian dilanjutkan dengan uji kekerasan (tekstur) dan kadar air beras artifisial sagu Papua. Hasil penelitian menunjukkan nilai kekerasan (tekstur) beras artifisial sagu Papua adalahyang terendah sebesar 172,6075 N, tertinggi sebesar 266,7990 N. Sedangkan kadar air beras artifisial yang diperoleh berkisar antara 9,62-9,98%

    PEMETAAN TRACK DIVING DAN SNORKLING DI ZONA PERLINDUNGAN BERSAMA BANGSRING DAN PULAU TABUHAN KABUPATEN BANYUWANGI

    Get PDF
    Tourism is one of the leading sectors that contribute to obtaining foreign exchange, hence its development needs to be properly done. East Java with its many small islands and a long coastline, make it suitable for the tourism industry. One of the regencies that have this potential is Banyuwangi Regency, including Tabuhan Island and Bangsring Coast. This research was aimed to map the snorkeling and diving tracks in the Bangsring Coast and Tabuhan Island and to determine the carrying capacity of the area. A direct observation method on waters of Bangsring Coast and Tabuhan Island was applied. The results of this study showed the maps of diving and snorkeling tracks in the Bangsring Coast and Tabuhan Island, as well as carrying capacity of the Bangsring Coastal tourism area and Tabuhan Island. marine tourism area on Tabuhan Island, suitable for diving with an area of 7.2 hectares and snorkeling with an area of 9.354 hectares. Bangsring Coast (common Protection Zone) is suitable for diving with an area of 1.6 hectares and snorkeling with an area of 1.7 hectares. Carrying capacity of the marine tourism area of Tabuhan Island for the diving category is 36 people/day and the snorkeling category is 180 people/day. For the Bangsring Coast the carrying capacity for the diving category is 8 people/day and the snorkeling category is 34 people/day.  Keywords: mapping, Bangsring coastline, Tabuhan islan
    corecore