6 research outputs found

    LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI SMAN 2 YOGYAKARTA

    Get PDF
    Praktik pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 yang bertempat di SMAN 2 Yogyakarta telah dilaksanakan oleh mahasiswa pada tanggal 15 Juli – 15 September 2016. Tujuan PPL adalah melatih mahasiswa agar memiliki pengalaman nyata tentang proses pembelajaran dan kegiatan kependidikan lainnya di sekolah, sebagai bekal untuk mengembangka diri menuju tenaga keguruan yang profesional yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi praktek mengajar, pembuatan Silaus dan RPP, pembuatan kis-kisi dan soal serta evaluasi pembelajaran serta kegiatan pendampingan ekstrakulikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja). Paraktek mengajar dimulai dari tanggal 25 Juli sampai 5 September 2016. Dilakukan sebanyak 11 pertemuan. Di kelas XI MIA 8 dan XI IIS. Program PPL secara keseluruhan dapat terlaksana dengan baik Hambatan yang ditemui praktikan dalam melaksanakan PPL terutama sekali karena Program PPL dilaksanakan bersamaan dengan program KKN Masyarakat sehingga tidak sepenuhnya berjalan efektif serta masalah yang berkaitan dengan teknis pembelajaran. Meskipun demikian program PPL ini mampu melampaui target kuantitaif 256 jam dengan realisasi program 322,5 jam sehingga bisa dibilang programm PPl ini telah berhasil mencapai target

    Whiz Pentagon: Pemaknaan dan Pengaktualisasian Grand Design Konstruksi Kepemimpinan Ideal di Era Industri 4.0

    Get PDF
    Prof Shawab (2016) mengemukakan revolusi industri 4.0 akan mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental yang mengintegrasikan dunia fisik, digital, dan biologi. Pemerintah Indonesia dengan ini telah menetapkan langkah strategis berdasarkan Making Indonesia 4.0 sebagai upaya mewujudkan visi nasional menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Pemimpin memiliki peran strategis mencapai target yang menjadi visi nasional tersebut. Terlebih di era revolusi Industri 4.0 menuntut pemimpin untuk memiliki kemampuan adaptasi serta kepekaan/kemampuan untuk melihat peluang baru yang dapat dikembangkan. Pemimpin tidak hanya cukup belajar dan paham konsep kepemimpinan, namun harus menguasai tools soft skill yang relevan dengan posisi, situasi serta tantangan yang akan dihadapi. Firma Riset Deloitte mengungkapkan tantangan utama para pemimpin di Industri 4.0 adalah membangun kapabilitas digital. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mempunyai konsep gagasan Whize Pentagon: pemaknaan dan pengaktualisasian grand design kepemimpian yang ideal di era Industri 4.0. Adapun lima area yang dipandang penulis menjadi titik utama dari Whize Pentagon, yaitu Kemampuan adaptif (Cognitive Flexibility), cara berpikir (cognitive transformation), cara bertindak (behavioral transformation), bereaksi (emotional transformation), dan integritas (integrity). Cognitive Flexibility untuk mensiasati tantangan di era revolusi Industri 4.0. Kemampuan adaftif mempunyia visi yang kuat sesuai dengan konteks, penguasaan kekuatan informasi agar meiliki pemahaman tinggi terhadap situasi yang tengah dihadapi. Cara berpikir (cognitive transformation), perubahan condition sine qua non di era Industri 4.0 mengharuskan pimpinan memiliki kemampuan kognitif yang flexible, logika berpikir yang baik, sensitive terhadap masalah, dan kemampuan visualisasi untuk menghadapi keadaan yang semakin complicated dan smart. Cara bertindak (behavioral transformation), mengahadapi Industri 4.0 pemimpin harus mengedepankan kecepatan, connecting people, dan mampu menggunakan smart politic. Bereaksi (emotional transformation), menghadapi munculnya advanced robotic, virtual reality, bitcoin, dan cryptocurrency diperlukan sosok pemimpin yang responsif dan flexible, selain itu mereka juga harus terbuka terhadap kritik yang membangun dan kemajuan “improvement” tanpa mempermasalahkan perbedaan dalam “tibe” di tempat kerja. Integritas (integrity), menjaga integritas merupakan kompetensi utama bagi pemimpin Industri 4.0 karena segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan menjadi transparan. Kata Kunci: Industri 4.0, Whiz Pentagon dan Kepemimpinan Ideal

    Penerapan Sistem Blok dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan sistem blok di SMA, mengetahui dampak penerapan sistem, dan membuktikan efektivitas sistem blok pada pembelajaran. Penelitian menggunakan mixed methods dan subject penelitian adalah 121 orang di SMA Budi Muia Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif menggunakan analisis data interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan teknik anova. Hasil penelitian menunjukkan sistem blok di SMA Dua Budi Mulia diterapkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek kolaborasi (collaborative project based learning). Penerapan sistem blok memberi dampak positif seperti guru lebih leluasa menyiapkan bahan dan strategi pembelajaran serta penilaian, mengasah kemampuan peserta didik dalam kerja sama, kepemimpinan, manajemen waktu, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Namun demikian, penerapan sistem blok memiliki dampak negatif yaitu kurang detailnya penyampaian materi dari beberapa mata pelajaran. Nilai efektivitas dari penerapan sistem blok pada penelitian ini adalah 46.6%, sehingga terbukti bahwa penerapan sistem blok di SMA adalah efektif dilihat pada aspek kejelasan informasi, persiapan, dan pelaksanaan sistem blok. Dengan demikian, penerapan pembelajaran sistem blok dengan pembelajaran berbasis proyek kolaborasi di SMA Budi Mulia efektif karena memberi dampak positif pada pembelaran baik bagi guru maupun peserta didik.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan sistem blok di SMA,  mengetahui dampak penerapan sistem blok di SMA, dan membuktikan efektivitas sistem blok pada pembelajaran di SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian mixed methods dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan  angket. Teknik analisis data kualitatif menggunakan analisis data interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan teknik anova. Hasil penelitian menunjukkan sistem blok di SMA diterapkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek kolaborasi (collaborative project based learning). Penerapan sistem blok di SMA memberi dampak positif dari seperti guru lebih leluasa menyiapkan bahan dan strategi pembelajaran serta penilaian, mengasah kemampuan peserta didik dalam kerja sama, kepemimpinan, manajemen waktu, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Namun demikian, penerapan sistem blok memiliki dampak negatif yaitu kurang detailnya penyampaian materi dari beberapa mata Pelajaran. Sistem blok efektif pada pembelajaran di SMA sebesar 46,6% berpengaruh terhadap dampak penerapan sistem blok berdasarkan aspek kejelasan informasi, persiapan, dan pelaksanaan sistem blok. Kesimpulan, penerapan pembelajaran sistem blok di SMA dengan pembelajaran berbasis proyek kolaborasi efektif karena memberi dampak positif pada pembelaran baik bagi guru maupun perserta didik

    PHILOSOPHY OF FREEDOM TO LEARN IN THE PERSPECTIVE OF INDONESIA

    No full text
    Tujuan artikel ini adalah mengetahui hakikat dari merdeka belajar berdasarkan pemikiran merdeka belajar Soekarno, Hatta, Sjahrir dan Dewantara dan mengetahui persamaan serta perbedaannya. Metode yang digunakan pada artikel ini adalah metode sejarah yang terdiri dari pemilihan topik, heuristik, kiritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hakikat Merdeka belajar, berdasarkan pemikiran pendidikan para pendiri bangsa Indonesia, adalah mengakui hak-hak manusia secara kodrati untuk memperoleh pembelajaran dan pengelaman secara bebas yang bertujuan menciptakan manusia yang berkarakter, manusia baru dan masyarakat baru. Persamaan pemikiran merdeka belajar dari Soekarno, Hatta, Sjahrir dan Dewantara adalah mendidik manusia dengan jiwa yang merdeka supaya menjadi manusia yang berkarakter, bersumber dari kebudayaan dan kandungan dari bangsanya sendiri, dan mempunyai objek pendidikan yaitu manusia. Sementara perbedaan dari pemikiran tokoh-tokoh terletak pada peruntukan merdeka belajar. Soekarno memandang merdeka belajar untuk menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Mohammad Hatta berpendapat bahwa merdeka belajar berperan dalam mengembangkan kemampuan peserta didik. Sjahrir menyatakan merdeka belajar untuk membangun stabilitas politik dan bukan menetapkan tujuan-tujuan pendidikan yang pragmatis. Ki Hadjar Dewantara berpandangan merdeka belajar sebagai pendidikan sesuai kodrat alam. Merdeka belajar mengakui kodrat manusia dan membebaskan manusia memperoleh pembelajaran dan pengalaman. Merdeka belajar diperuntukan sebagai pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, menciptakan stabilitas, dan pengakuan terhadap kodrat manusia. This article is to find out the philosophy of freedom to learn based on founders' thoughts both similarities and differences. I use historical method consisting of topic selection, heuristics, criticisms of sources, interpretation, and historiography. Freedom to learn, based on the educational ideas of the founding fathers of Indonesia, is recognizing human rights to gain free learning and experience to create human characters, new humans, and a new society. The similarity of freedom to learn is to educate humans with an independent spirit to become human beings with character, originating from the culture and content of their nation, and having an educational object (humans). Soekarno saw freedom to learn to create comfortable and enjoyable learning. Mohammad Hatta argues that freedom to learn plays a role in developing students' abilities. Sjahrir stated that he could learn to build political stability and not set pragmatic educational goals. Ki Hadjar Dewantara has the view that freedom to learn is education by nature. Freedom to learn recognizes human nature and frees humans to learn and experience. Freedom to learn is showed as the implementation of learning, the development of students, creating stability, and recognition of human nature. Tujuan artikel ini adalah mengetahui hakikat dari merdeka belajar berdasarkan pemikiran merdeka belajar Soekarno, Hatta, Sjahrir dan Dewantara dan mengetahui persamaan serta perbedaannya. Metode yang digunakan pada artikel ini adalah metode sejarah yang terdiri dari pemilihan topik, heuristik, kiritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hakikat Merdeka belajar, berdasarkan pemikiran pendidikan para pendiri bangsa Indonesia, adalah mengakui hak-hak manusia secara kodrati untuk memperoleh pembelajaran dan pengelaman secara bebas yang bertujuan menciptakan manusia yang berkarakter, manusia baru dan masyarakat baru. Persamaan pemikiran merdeka belajar dari Soekarno, Hatta, Sjahrir dan Dewantara adalah mendidik manusia dengan jiwa yang merdeka supaya menjadi manusia yang berkarakter, bersumber dari kebudayaan dan kandungan dari bangsanya sendiri, dan mempunyai objek pendidikan yaitu manusia. Sementara perbedaan dari pemikiran tokoh-tokoh terletak pada peruntukan merdeka belajar. Soekarno memandang merdeka belajar untuk menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Mohammad Hatta berpendapat bahwa merdeka belajar berperan dalam mengembangkan kemampuan peserta didik. Sjahrir menyatakan merdeka belajar untuk membangun stabilitas politik dan bukan menetapkan tujuan-tujuan pendidikan yang pragmatis. Ki Hadjar Dewantara berpandangan merdeka belajar sebagai pendidikan sesuai kodrat alam. Merdeka belajar mengakui kodrat manusia dan membebaskan manusia memperoleh pembelajaran dan pengalaman. Merdeka belajar diperuntukan sebagai pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, menciptakan stabilitas, dan pengakuan terhadap kodrat manusia. This article is to find out the philosophy of freedom to learn based on founders' thoughts both similarities and differences. I use historical method consisting of topic selection, heuristics, criticisms of sources, interpretation, and historiography. Freedom to learn, based on the educational ideas of the founding fathers of Indonesia, is recognizing human rights to gain free learning and experience to create human characters, new humans, and a new society. The similarity of freedom to learn is to educate humans with an independent spirit to become human beings with character, originating from the culture and content of their nation, and having an educational object (humans). Soekarno saw freedom to learn to create comfortable and enjoyable learning. Mohammad Hatta argues that freedom to learn plays a role in developing students' abilities. Sjahrir stated that he could learn to build political stability and not set pragmatic educational goals. Ki Hadjar Dewantara has the view that freedom to learn is education by nature. Freedom to learn recognizes human nature and frees humans to learn and experience. Freedom to learn is showed as the implementation of learning, the development of students, creating stability, and recognition of human nature.&nbsp

    Pelatihan Landing Page Menggunakan HTML dan Bootstrap di SMK Tiara Nusa Depok

    Get PDF
    SMK merupakan salah satu bentuk satuan Pendidikan formal yang menyelenggarakan Pendidikan kejuruan. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang siap untuk bekerja. SMK tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat di indonesia. Salah satunya adalah SMK Tiara Nusa yang berlokasi di Jalan Situ Jatijajar Kecamatan Tapos, Kota Depok. SMK Tiara Nusa adalah sekolah menengah kejuruan yang didirikan pada tahun 2013. Dengan perkembangan teknologi informasi yang berkembang saat ini. Untuk itu pengusul berinisiasi memberikan Pendidikan bidang teknologi informasi kepada para siswa – siswi SMK Tiara Nusa berupa pelatihan landing page menggunakan HTML dan bootstrap yang berguna sebagai sarana merealisasikan ide – ide kreatif serta membentuk persepsi yang positif terhadap siswa – siswi di dalam lingkup publik maupun lingkungan SMK Tiara Nusa
    corecore