37 research outputs found
PENDAMPINGAN PENILAIAN STATUS HIDRASI MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN ASUPAN CAIRAN ATLET SEPAKBOLA U13-18
Abstrak: Dehidrasi pada atlet tidak hanya menurunkan fungsi kognitif dan fisiologis yang mengganggu performa olahraga, melainkan juga berdampak fatal seperti heat illness dan heat stroke. Pada olahraga dengan durasi lebih dari 30 menit seperti sepakbola, dehidrasi menjelang, saat dan setelah pertandingan dan latihan akan menurunkan kinerja atlet. Salah satu penyebab dehidrasi atlet usia muda adalah kurangnya asupan cairan akibat rendahnya pengetahuan terkait hidrasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa edukasi hidrasi pada atlet mampu meningkatkan asupan cairan. Oleh karena itu dilakukanlah PKM ini dengan melakukan pendampingan penilaian status hidrasi guna mencegah dehidrasi pada atlet sepak bola usia 14-18 tahun di Laskar Muda FC Jakarta Barat. Tujuan kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan dan asupan cairan atlet. Metode PKM yang akan digunakan adalah penyuluhan, pelatihan pengukuran tingkat dehidrasi, penyebaran media poster dan stiker urine colour chart. Terjadi peningkatan rerata skor pengetahuan atlet dari pretest ke postest secara signifikan (57,34 ± 11,34 menjadi 85,20 ± 14,63; P value=0,000) dan penurunan proporsi atlet dengan asupan cairan kurang dari 67,5% menjadi 39,3%.Abstract: Dehydration in athletes not only decreases cognitive and physiological functions that interfere with sports performance, but also has fatal consequences such as heat illness and heat stroke. In sports with a duration of 30 minutes such as football, longer dehydration, during and after matches and training will reduce athlete performance. One of the causes of dehydration in young athletes is lack of fluid intake due to low hydration. Previous research has shown that hydration education in athletes can increase fluid intake. Therefore, this PKM was carried out by providing assistance in assessing hydration status to prevent dehydration in soccer athletes aged 14-18 years at Laskar Muda FC, West Jakarta. The purpose of this activity is to increase the knowledge and fluid intake of athletes. The PKM method that will be used is counseling, training on measuring the level of dehydration, distributing poster media and urine color chart stickers. There was a significant increase in the average knowledge score of athletes from pretest to posttest (57.34 ± 11.34 to 85.20 ± 14.63; P value = 0.000) and a decrease in the proportion of athletes with fluid intake less than 67.5% to 39, 3%
Bukti Dokumen Kinerja Pengajaran Semester Genap Tahun Aakdemik 2019/2020
Bukti Dokumen Kinerja Pengajaran Semester Genap Tahun Aakdemik 2019/2020
Hubungan Higiene Perorangan dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Mekarjaya, Kota Depok
Penyakit diare pada balita berkaitan erat dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan kejadian diare pada balita dengan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan sarana sanitasi di Kelurahan Mekarjaya, Kota Depok. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional, dilaksanakan di Kelurahan Mekarjaya, Kota Depok. Variabel yang diteliti adalah kejadian diare pada balita, perilaku CTPS, dan sanitasi lingkungan (air bersih, jamban, pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah rumah tangga). Sampel (n = 70) adalah anak balita (usia 0-59 bulan) yang dipilih secara acak proporsional dari sepuluh rukun warga (RW). Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi, selanjutnya diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Teknik analisis yang digunakan adalah uji Chi-square dan rasio prevalensi (Prevalensi Rasio/PR). Hasil penelitian mendapatkan 52,9% balita pernah mengalami diare. Hanya 50% ibu balita yang memiliki perilaku CTPS. Sebagian besar rumah tinggal balita memiliki jamban (80,0%) dan pembuangan air limbah (82,9%) yang memenuhi syarat. Namun lebih dari separuh tidak memiliki sarana air minum (55,7%) dan pembuangan sampah (54,3%) yang memenuh syarat. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa prevalensi diare pada balita lebih tinggi pada kelompok ibu yang tidak memiliki perilaku CTPS (PR: 2,70; 95% CI: 1,55-4,67; P= 0,0001), tidak memiliki sarana air minum yang aman (PR: 6,56; 95% CI: 2,60-16,53; P= 0,0001), serta sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat (PR: 2,62; 95% CI: 1,46-4,71; P= 0,0001). Penelitian mendapatkan bahwa diare pada balita berhubungan dengan perilaku CTPS, kepemilikan sarana air minum yang aman, dan sarana pembuangan sampah
Dokumen Kinerja Pengajaran Semester Gasal Tahun Akademik 2020/2021
Bukti Dokumen Kinerja Pengajaran Semester Gasal Tahun Akademik 2020/202