25 research outputs found

    Kajian perikanan tangkap ikan teri di Teluk Buyat

    Get PDF
    Teluk Buyat diduga memiliki potensi perikanan yang cukup membanggakan. Wilayah perairan ini cukup strategis untuk pengembangan usaha perikanan tangkap, khususnya ikan teri sebagai umpan pada perikanan pole and line. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status perikanan tangkap ikan teri di Teluk Buyat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan informasi yang aktual tentang potensi sumberdaya ikan teri guna perbaikan ekonomi masyarakat dan pengambilan kebijakan pemerintah dalam pengembangan teknologi perikanan. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan dan dikerjakan dengan menggunakan metode survei yang didasarkan pada pendekatan secara deskriptif. Ikan teri (Stolephorus commersonii) ditangkap dengan menggunakan “soma dampar” dan “soma tagaho”. Selain teri, tertangkap juga ikan tembang, sardin, japuh, kembung, layang, tongkol, peperek dan selar. Ikan teri dapat tertangkap sepanjang tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah perairan Teluk Buyat adalah feeding ground dan  nursery ground. Potensi ikan teri ditunjukkan dengan persamaan regresi C = 22.1E–0.2327E2, yang berarti bahwa tangkapan lestari maksimum tercapai pada tangkapan sebesar 524.72 keranjang atau sebesar 5247.2 kg per bulan dengan jumlah trip penangkapan sebesar 47 trip. Lokasi penangkapan di sepanjang pantai Teluk Buyat berjarak antara 50 hingga 100 meter dari garis pantai

    Status Hasil Tangkapan Perikanan Pancing Dasar di Perairan Teluk Buyat

    Get PDF
    Perairan Teluk Buyat memiliki topografi dasar yang kompleks, dengan terumbu buatan (reef ball) yang ditebarkan oleh PT Newmont Minahasa Raya sekitar 10 tahun  yang lalu. Oleh karena itu alat tangkap yang dapat dioperasikan di daerah itu hanya terbatas pada pancing dasar.  Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui status perikanan tangkap pancing ikan dasar dan membuat peta tematik lokasi penangkapan.Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Teluk Buyat Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara, selama 7 bulan yang diawali dengan tahap perencanaan sampai dengan penulisan laporan. Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode survei yang didasarkan pada pendekatan deskriptif. Tertangkap sebanyak 96 jenis ikan dasar dengan tangkapan yang dominan sebanyak 12 jenis, yaitu Bobara buliling dan biru (Carangoides gymnostethus), bobara pongko (Carangoides fulvoguttatus), bobara kotak, kuning dan wayan (Carangoides ferdau), bobara napo dan bobara lao (Citula armatus), bobara mopi (Caranx ignobilis), bobara sangkalade dan sangkapete (Carangoides uii) dan bobara sepo (Seriola dumerili). Semua jenis ikan tertangkap dengan pancing dodango.Musim penangkapan ikan dasar terjadi selama tujuh bulan dalam setahun, yaitu pada bulan Januari dan Maret, kemudian pada bulan Mei hingga Juli dan bulan Nopember serta Desember. Tangkapan maksimum yang lestari dilakukan sebanyak 25 trip per hari dengan jumlah tangkapan sebanyak 152 ekor.  Rata-rata tangkapan berukuran berat 1,5 kg dengan demikian biomassa sebesar 228 kg per hari. Bila per kg tangkapan sebesar Rp. 10.000,- maka setiap nelayan mempunyai pendapatan sebesar Rp. 90.000,- per hari. Ikan dasar tertangkap di sekitar perairan Buyat dengan lokasi-lokasi napo yang ada dengan kisaran kedalaman antara 30 hingga 80 meter.

    Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Kerucut dengan Umpan yang Berbeda (The Comparison Catch of Swimming crab In Trap with Different Bait)

    Get PDF
    Swimming Crab (Portunus pelagicus) is one of the economically important marine commodities produced from the coastal waters of Indonesia. The Catching of swimming crabs directly from nature carried out using various types of fishing gear, one of which is a trap. Methods using experimental methods. Therefore, the objective of this research was to study the effect of  type of bait to catch swimming crab. Two kinds of bait, the scad mackerel and chicken intestines. Catch data were collected using 6 units of  trap, operated in coastal waters of Manado bay; and data analysis is based on a  t-test is done using a comparative analysis of the value of the middle observation sample pairs. Besides evaluation carapace size and weight (legal size) swimming crab based Permen KP nomor 1 tahun 2015. The catch was 76 swimming crabs in total, and the results of t-test analysis showed that the use of bait scad mackerel and chicken intestines on traps caused high significant effect in catch. The size of swimming crabs showed that nearly all eligible allowable catch of 71 individuals (93%) both carapace size and weight, and only 5 individuals (7%) who do not eligible allowable catch. Keywords : swimming crab, carapace size, trap baits, chicken intestines.   ABSTRAK Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Indonesia.  Penangkapan rajungan langsung dari alam dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap, salah satunya adalah bubu.  Metode Penelitian menggunakan metode eksperimental. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan rajungan. Dua jenis umpan yang digunakan, yaitu ikan layang dan usus ayam. Data tangkapan dikumpulkan dengan menggunakan 6 unit bubu, yang dioperasikan di perairan pantai Malalayang Teluk Manado; dan analisis data didasarkan pada uji t yang dikerjakan menggunakan analisis perbandingan nilai tengah contoh pengamatan berpasangan.  Selain itu dilakukan evaluasi ukuran karapas dan berat (legal size) rajungan berdasarkan Permen KP nomor 1 tahun 2015. Total hasil tangkapan 76 ekor, dan hasil analisis uji t menunjukkan bahwa penggunaan umpan ikan layang dan usus ayam pada bubu kerucut memberikan hasil tangkapan rajungan yang sangat berbeda nyata.  Ukuran hasil tangkapan rajungan yang diperoleh menunjukkan bahwa hampir semuanya memenuhi persyaratan tangkapan yang diperbolehkan yaitu 71 ekor (93 %) baik ukuran karapas maupun berat, dan hanya 5 ekor (7 %) yang tidak memenuhi persyaratan. Kata-kata kunci : rajungan, ukuran karapas, umpan bubu, usus ayam

    The Effectiveness of Cylindrical Attractors Against Squid Egg Attachment in Manado Bay Waters

    Get PDF
    Data collection in this study used a descriptive method, namely collecting, describing, and describing events systematically and accurately in accordance with the objects observed. This method aims to provide a systematic, factual, and accurate picture of the facts, nature, and relationships between phenomena, test hypotheses, make predictions and get the meaning and implications of the problems investigated. It can be seen that the attachment of squid eggs in the second location has not been observed during observations from August 2022 to September 2022. Observations at the East Malalayang One location did not find any laying of eggs, due to cloudy water conditions, while the two West One Malalayang locations found sticking of eggs with a total of 241 eggs attached, the number of attachments to the iron type attractor was 202 squid eggs and to the drum type namely 39 squid eggs. Squid attractors in the form of iron are mostly attached to eggs where the effectiveness rate is between 83.8% while for the type of used drum attractor, it is only around 16.2%. The form of the iron attractor is more effective because the iron attractor's cover is covered with parent nets. It can also be seen that the effectiveness of attaching squid eggs according to the level of water depth, for the effectiveness of squid sticking at a depth of 3 meters (53.53%) compared to only 5 meters (46.47%). Keywords: Attractor, Squid eggs, Manado Bay Abstrak Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu mengumpulkan, menguraikan, dan menggambarkan peristiwa secara sistematis dan akurat sesuai dengan objek yang diamati. Tujuan penggunaan metode ini yaitu untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta, sifat, serta hubungan antara fenomena, menguji hipotesa, membuat prediksi dan mendapatkan makna serta implikasi dari masalah yang diselidiki. Pengamatan di lokasi Malalayang Satu Timur tidak ditemukan penempelan telur, dikarenakan kondisi perairan yang keruh, sedangkan lokasi dua Malalayang Satu Barat ditemukan penempelan telur dengan jumlah penempelan 241 telur, jumlah penempelan pada atraktor tipe besi yakni 202 telur cumi dan pada tipe drum yakni 39 telur cumi. Atraktor cumi berbentuk besi lebih banyak di tempeli dengan telur dimana tingkat efektifitasnya antara 83,8% sedangkan untuk tipe atraktor drum bekas hanya sekitar 16,2%.  Bentuk atraktor besi lebih efektif karena bagian penutup atraktor besi semuanya ditutupi jaring paranet. Terlihat juga efektivitas penempelan telur cumi menurut tingkat kedalaman perairan, untuk efektivitas cumi yang menempel pada kedalaman 3 meter yakni (53,53%) dibandingkan 5 meter hanya (46,47%).             Atraktor; Telur cumi-cumi; Teluk Manad

    Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

    Get PDF
    Kapal adalah faktor penting dalam meningkatkan produksi penangkapan ikan serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein ikan. Penelitian ini bertujuan menganalisis parameter hidrostatis kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan dimensi utama kapal ini cenderung memiliki badan kapal yang lebar, dan parameter hidrostatis kapal ini berubah seiring bertambahnya draft kapal

    Hubungan jenis pelumas dengan suhu mesin induk KM. Tuna Lestari 16

    Get PDF
    Minyak pelumas adalah zat cair yang digunakan sebagai pelumas dalam suatu mesin untuk mengurangi keausan akibat gesekan, dan sebagai pendingin serta peredam suara, akan tetapi suhu yang tinggi pada mesin akan merusak daya lumas. Apabila daya lumas berkurang, maka gesekan akan bertambah dan selanjutnya panas yang timbul akan semakin banyak sehingga suhu terus meningkat. Berbagai jenis pelumas banyak dipasarkan. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang hubungan jenis pelumas dengan suhu mesin untuk membandingkan jenis pelumas mana yang dapat mempertahankan suhu mesin dengan baik dengan mengggunakan 3 jenis pelumas yang berbeda pada sebuah mesin induk. Untuk jenis pelumas MS, suhu pada kepala silinder relatif stabil dengan tidak mengalami perubahan suhu yang signifikan, pada blok silinder suhu mengalami perubahan pada pertengahan waktu tetapi pada akhir pencatatan suhu blok silinder mengalami penurunan suhu dari awal 63°C ke 62°C sedangkan pada suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-4 mengalami penaikan suhu sebanyak 4°C, tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 50°C. Untuk pelumas jenis JD, suhu pada kepala silinder relatif naik turun walaupun di jam terakhir kembali pada suhu awal. Pada blok silinder suhu mengalami kenaikan suhu sampai di jam terakhir sedangkan pada suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-4 mengalami penaikan suhu sebanyak 5°C tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 55°C. Untuk jenis pelumas CS, suhu pada kepala silinder relatif stabil walupun mengalami kenaikan suhu pada jam ke-5 tetapi pada akhir pencatatan suhu kembali ke awal. Pada blok silinder suhu mengalami penurunan yang tidak terjadi pada dua jenis pelumas sebelumnya, sedangkan suhu minyak pelumas relatif stabil walaupun di jam ke-5 mengalami penaikan suhu sebanyak 4°C tetapi di akhir pencatatan suhu kembali ke awal menjadi 50°C

    Kajian tentang intensitas cahaya dan konsumsi bahan bakar lampu gas LPG

    Get PDF
    Pemanfaatan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak ditemukannya lampu listrik, akan tetapi minimnya ketersedian BBM menjadi faktor yang mempengaruhi operasi penangkapan ikan. Lampu gas berbahan bakar LPG telah hadir dipasaran sebagai alternatif pengganti lampu gas berbahan bakar minyak tanah. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang lampu gas ini dengan tujuan untuk membandingkan intensitas cahaya dan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan oleh lampu gas berbahan bakar LPG dengan menggunakan 3 (tiga) ukuran kaos lampu yang berbeda. Kaos lampu A (700-800 c.p.) memiliki nilai intensitas cahaya rata-rata sebesar 83 lux, kaos lampu B (500-600 c.p.) sebesar 74 lux dan kaos lampu C (300-400 c.p.) sebesar 37 lux. Konsumsi bahan bakar selama tiga hari untuk kaos lampu A rata-rata sebesar 733 g, kaos lampu B sebesar 766 g dan kaos lampu C sebesar 800 g. Kaos lampu A memiliki nilai intensitas cahaya yang lebih tinggi dari kaos lampu B dan kaos lampu C, serta memiliki nilai konsumsi bahan bakar paling sedikit

    Studi tentang pengaruh perbedaan daya mesin terhadap kecepatan dan konsumsi bahan bakar minyak pada perahu pakura (Study of the effect of engine power difference on speed and fuel consumption of pakura boats)

    Get PDF
    The fishing boat fleet, seeking for a kind of fishing gear. One of the most common fishing boat types in Bitung Oceanic Fishing Port is pambut (Pumpboat). The researcher is concerned about the effect of engine power difference on speed and fuel consumption of pakura boats. The objective of the research is to determine the speeds of boat in the operation and to determine the average consumption of fuel of engine by in different horse power.  The method used in this research is the experimental method. The primary data is stored at the same time as the observations performed by the target system. The effect of engine throttle opening with the speed and fuel consumption is analyzed by a regression that uses Microsoft excel. The relation data is denoted in interpretation with table, grafic and a form of a sentence.  In conlusion, the best speed of the 6.5 HP is 7.57 knots while the 9 HP powered are 8,96 knots. The best fuel consumption of engine that powered 6.5 HP is averaged 2.87 l/hr while the engine powered 9 HP an average of 4.40 l/hr.Keywords: pakura, speed, fuel AbstrakArmada penangkap ikan, mengusahakan berbagai macam jenis alat tangkap ikan. Salah satu jenis kapal penangkap ikan yang umum terdapat di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung yaitu pambut (Pumpboat). Peneliti merasa  perlu dilakukan penelitian tentang Studi tentang pengaruh perbedaan daya mesin terhadap kecepatan dan konsumsi bahan bakar minyak pada perahu pakura. Adapun tujuan penelitian adalah untuk menentukan kecepatan terbaik  perahu pakura dalam operasi penangkapan ikan dengan daya mesin yang berbeda dan menentukan rata-rata konsumsi bahanbakar yang dibutuhkan perahu pakura dalam melakukan operasi penangkapan ikan dengan daya mesin yang berbeda.  Data primer yaitu data yang diambil langsung pada saat pengamatan yang dilakukan dengan cara target system. Hubungan bukaan gas dengan kecepatan dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akan dianalisa dengan analisa regresi yang menggunakan Microsoft excel. Data hubungan tersebut digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik yang di interpretasi dalam bentuk kalimat.  Kecepatan yang terbaik pada mesin yang berdaya 6,5 HP adalah 7,57 knot sedangkan pada mesin yang berdaya 9 HP adalah 8, 96 knot. Konsumsi BBM  yang terbaik pada mesin yang berdaya 6,5 HP adalah rata-rata  2,87 l/jam sedangkan pada mesin yang berdaya 9 HP rata-rata 4,40  l/jam.Kata kunci : pakura, kecepatan, bahan baka

    Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (Implementation monitoring, controlling, surveillance on fish transport vessels above 30 GT in oceanic fishery harbor Bitung)

    Get PDF
    ABSTRAK Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan melalui Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Bitung bertugas memastikan kegiatan kapal perikanan yang pemberangkatan dan pendaratannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung sebagai pelabuhan pangkalan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Penelitian lebih ditujukan pada pengawasan terhadap kepatuhan kapal perikanan dan juga terhadap kegiatan-kegiatan illegal yang menyalahi peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan juga penerapan sanksi terhadap kapal-kapal tersebut sebagai konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode deskriptif. Sanksi terhadap pelanggaran dilakukan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu petunjuk teknis pengawasan operasional kapal perikanan no Kep.143/DJ.PSDKP/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tingkat kepatuhan terhadap aturan, berada pada tingkat kepatuhan yang tinggi (76%-100%), dimana aturan yang dilaksanakan yaitu kesesuaian pelabuhan pangkalan, kesesuaian dokumen kapal, jumlah hari operasi dan kesesuaian jumlah ikan dengan kapasitas penyimpanan. Penerapan sanksi telah dilakukan terhadap kapal yang tidak patuh, dan hal ini telah menunjukkan efek yang baik bagi pelaku perikanan yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. Kata –kata kunci : kapal pengangkut ikan, pengawasan, kepatuhan. ABSTRACT The Directorate General of Marine Resources and Fisheries through the Marine and Fisheries Resources Supervision Base Bitung charge of making sure that the departure of fishing boats and catch landing in the Oceanic Fishing Port Bitung as their port corresponding Indonesia n Law. This research aimed at monitoring the compliance of fishing vessels and also against illegal activities that violate laws and regulations in force and also to the application of sanctions against the ships as a consequence of the violation. This research was conducted by descriptive method. Penalties for violations carried out by the legislation in force, namely the technical manual operational control of fishing boats no Kep.143 / DJ.PSDKP / 2012. The results showed that the percentage of degree of compliance with the rules on a high compliance rate (76% -100%), where the rules are implemented, namely the suitability of the base port, the suitability of the ship documents, the number of operation days and suitability of the number of fish with the storage capacity. The application of sanctions has been committed against non-compliant ships, and it has shown a good effect for the fishery based in Port of Bitung Ocean Fisheries. Key words : fish transport vessels, surveillance, compliance [1] Penulis untuk penyuratan; email: [email protected]

    Studi perbandingan hasil penggambaran lambung kapal dengan menggunakan metode pantograf dan fotografi (Comparative study of hull depiction using pantograph and photography methodes)

    Get PDF
    The depiction of the ship’s hull was made to determine it’s form, model and volume.  An experiment has been done to compare pantograph and photography technique in the drawing process. The research object is a multi-fungtional fishing vessel, owned by Dinas Perikanan dan Kelautan Manado, it has dimention lenght (L) 10,75m (Loa), width (B) 2,75m and depth (D) 1,3m. The time needed to transcrible the boat design using photography technique are 35-45 minutes, while the pantograph technique needs 85-150 minutes. In the drawing process, pantograph techniques require refinement to duplicate the hull shape, while the photography technique is easier to process the image because it uses digital image program.Key words: Hull, depiction of the hull ship used pantograph and photography technique. ABSTRAKPenggambaran lambung kapal dilakukan untuk mengetahui bentuk, model dan volume kapal.  Ujicoba dalam penelitian ini menggunakan teknik pantograf dan fotografi sebagai perbandingan secara experiment. Objek penelitian adalah Kapal Ikan prototype multi-fungsi milik Dinas Kelautan dan Perikanan Manado di Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.  Dimensi Utama kapal dengan Panjang (L) 10.75m (Loa), Lebar (B) 2.75m dan Tinggi lambung (D) 1.3m. Waktu kerja untuk menghasilkan gambar lambung kapal denganteknik fotografi memerlukan 35-45 menit, sedangkan dengan teknik pantograf memerlukan waktu 85-150 menit.  Dalam proses kerja untuk memperoleh hasil penggambaran, teknik pantograf memerlukan penghalusan menurut kecenderungan bentuk lambung kapal, sedangkan teknik fotografi lebih mudah dalam mengolah gambar karena menggunakan program gambar digital.Kata kunci: Lambung kapal, Teknik penggambaran dengan pantograf dan fotograf
    corecore