32 research outputs found

    Subarachnoid hemorrhage: tests of association with apolipoprotein E and elastin genes

    Get PDF
    <p>Abstract</p> <p>Background</p> <p>Apolipoprotein E (<it>APOE</it>) and elastin (<it>ELN</it>) are plausible candidate genes involved in the pathogenesis of stroke. We tested for association of variants in <it>APOE </it>and <it>ELN </it>with subarachnoid hemorrhage (SAH) in a population-based study. We genotyped 12 single nucleotide polymorphisms (SNPs) on <it>APOE </it>and 10 SNPs on <it>ELN </it>in a sample of 309 Caucasian individuals, of whom 107 are SAH cases and 202 are age-, race-, and gender-matched controls from the Greater Cincinnati/Northern Kentucky region. Associations were tested at genotype, allele, and haplotype levels. A genomic control analysis was performed to check for spurious associations resulting from population substructure.</p> <p>Results</p> <p>At the <it>APOE </it>locus, no individual SNP was associated with SAH after correction for multiple comparisons. Haplotype analysis revealed significant association of the major haplotype (Hap1) in <it>APOE </it>with SAH (<it>p </it>= 0.001). The association stemmed from both the 5' promoter and the 3' region of the <it>APOE </it>gene. <it>APOE </it>ε2 and ε 4 were not significantly associated with SAH. No association was observed for <it>ELN </it>at genotype, allele, or haplotype level and our study failed to confirm previous reports of <it>ELN </it>association with aneurysmal SAH.</p> <p>Conclusion</p> <p>This study suggests a role of the <it>APOE </it>gene in the etiology of aneurysmal SAH.</p

    SWAGINA-SAMPANA-RUPASAMPANNA Desa Swabudaya Penglipuran

    Get PDF
    HATUR PIUNING KETUA TIM DESA ADAT PENGLIPURAN Om Swastiastu, Namobudaya, Salam Kebajikan, Rahayu Terima kasih dihaturkan ke hadapan Hyang Widi Wasa atas asung kertha waranugraha-Nya, pelaksanaan Nata Citta Swabudaya (NCS) Desa Adat Penglipuran dapat terlaksana dengan lancar, sukses, dan bermakna. CS merupakan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bermitra dengan Desa Adat Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Adat Penglipuran dipilih sebagai mitra NCS karena potensi desa yang layak dikembangkan dalam bidang seni budaya. Adapun kegiatan NCS di Desa Adat Penglipuran terdiri atas rekonstruksi tari dan iringan Baris Presi, pembuatan film dokumenter tari Baris Jojor, pelatihan berbusana adat Bali, tata rias dan sanggul Bali, pelatihan menggambar, membuat ornamen alat-alat upacara, pelatiahan MC, pelatihan pembuatan merchandise melalui cetak resin dan cetak saring, peletakan prasasti NCS ISI Denpasar dan buku monografi Desa Adat Penglipuran. Kegiatan NCS dilaksanakan dengan saling bersinergi dan bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat yang ada di Desa Adat Penglipuran. Buku monografi Desa Adat Penglipuran dengan judul Swagina-Sampana-Rupasampanna memberikan gambaran mengenai Desa Adat Penglipuran dengan potensi sumber daya alam yang dikelilingi oleh hutan bambu dan tanah perkebunan, sehingga suasana desa sangat sejuk, tenang dan nyaman. Secara visual desa adat Penglipuran sangat unik dan menarik, karena Masingmasing pekarangan memiliki angkul-angkul unik sebagai pintu rumah masuk dan memiliki bentuk yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Bentuk angkul-angkul yang seragam dan atapnya terbuat dari tumpukan bambu merupakan identitas dari wajah desa yang sangat artistik. Masyarakat Penglipuran sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi yang ada, baik secara fisik maupun non fisik, sehingga Desa adat Penglipuran menjadi destinasi desa wisata yang sangat terkenal di manca negara. Masyarakat Penglipuran sangat makmur karena sangat produktif, selain mengembangkan IKM loloh cemcem dan kunyit, juga banyak terjun sebagai peternak, perajin, dan seniman serta ekonomi masyarakat sangat didukung oleh pariwisata yang semakin meningkat. Selain terkenal karena keunikan permukimannya, Desa Adat Penglipuran juga sebagai desa yang bersejarah. Hal ini dibuktikan dengan adanya monumen perjuangan Anak Agung Anom Mudita yang terletak di bagian selatan desa, dan masyarakat menyebutnya sebagai Pura Dalem Mudita. Melihat Potensi Desa Adat Penglipuran sebagai desa Wisata yang berbasis lingkungan dan adat budaya, maka pelaksanaan NCS sangat tepat sebagai upaya mendorong pemajuan seni budaya masyarakat setempat yang sejalan visi NCS, yakni mewujudkan ekosistem seni budaya berkelanjutan. Seluruh tim NCS Desa Adat Penglipuran menghaturkan terima kasih kepada seluruh prajuru dan masyarakat karena telah memberikan perhatian yang besar dan berkontribusi dalam pelaksanaan NCS ini secara maksimal. Denpasar, 16 Juni 2022 Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.S

    Relation of race and sex to the use of reperfusion therapy in Medicare beneficiaries with acute myocardial infarction

    No full text
    BACKGROUND: There are few reports describing the combined influence of the race and sex of a patient on the use of reperfusion therapy for acute myocardial infarction. METHODS: To determine the relation of race and sex to the receipt of reperfusion therapy for myocardial infarction in the United States, we reviewed the medical records of 234,769 Medicare patients with myocardial infarction. From these records we identified 26,575 white or black patients who met strict eligibility criteria for reperfusion therapy. We then performed bivariate and multivariate analyses of prevalence ratios to determine predictors of the use of reperfusion therapy in four subgroups of patients categorized according to race and sex: white men, white women, black men, and black women. RESULTS: Among eligible patients, white men received reperfusion therapy with the highest frequency (59 percent), followed by white women (56 percent), black men (50 percent), and black women (44 percent). After adjustment for differences in demographic and clinical characteristics, white women were as likely as white men to receive reperfusion therapy (prevalence ratio, 1.00; 95 percent confidence interval, 0.98 to 1.03). Likewise, black women were as likely as black men to receive reperfusion therapy (prevalence ratio, 1.00; 95 percent confidence interval, 0.89 to 1.13). However, black women were significantly less likely to receive reperfusion therapy than white men (prevalence ratio, 0.90; 95 percent confidence interval, 0.82 to 0.98), as were black men (prevalence ratio, 0.85; 95 percent confidence interval, 0.78 to 0.93). CONCLUSIONS: After adjustment for differences in clinical and demographic characteristics and clinical presentation, differences according to sex in the use of reperfusion therapy are minimal. However, blacks, regardless of sex, are significantly less likely than whites to receive this potentially lifesaving therapy
    corecore