16 research outputs found
PENYULUHAN PAJAK USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) DI PADUKUHAN KLEPU
Padukuhan Klepu terletak di Desa Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan data KKN sebelumnya, terdapat 19 jiwa yang berprofesi sebagai pedagang atau 5,09% dari total populasi pada tahun 2021. Berdasarkan wawancara salah satu pemilik UMKM, masyarakat cenderung malas mengurus administrasi perpajakan termasuk pemilik UMKM. Pengabdian KKN ini bertujuan untuk membantu para pemilik UMKM memahami perpajakan UMKM dan memberikan informasi mengenai konsekuensi dari sistem inti administrasi perpajakan dan langkah yang perlu dilakukan. Penyampaian materi penyuluhan menggunakan metode diskusi dengan modul ajar yang dihadiri oleh 27 peserta undangan
Era Emas Biologi
Selamat datang dalam era emas biologi! Setiap hari berita-berita yang berkaitan dengan biologi selalu bermunculan melalui koran harian, mingguan, dan berita-berita yang disiarkan media elektronika. Pemanfaatan biologi untuk bidang industri manufaktur, pertanian, kesehatan, farmasi dan makanan tidak pernah ada habisnya. Hal yang paling hangat adalah pemanfaat teknologi asam deoksi ribonukleat untuk penentuan jati diri teroris yang terbunuh dalam penyergapan di Temanggung apakah Nordin M Top atau bukan, penentuan jati diri korban ledakan bom atau kebakaran, serta penentuan jati diri korban kecelakaan pesawat, merupakan contoh-contoh peran biologi dalam kehidupan bermasyarakat modern, dan inilah yang dimaksud era emas biologi oleh Reece dan Simon dalam pengantar buku Essential Biology With Physiology
Pengaruh Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Produksi Alkohol Secara Fermentasi Berbahan Baku Gaplek Ubi Kayu (Manihot utillisima)
The research of the ragi and the fermentation time effect on alcohol production by cassava gaplek has been done. The aim of this research were to find out the best time fermentation and trade mark commercial ragi to produce alcohol. Time fermentation were 1 and 2 weeks. The ragi trade marks were NKL and MK. The result showed that the alcohol production was 15-17% in a week, and 18-20% in two week fermentation. The alcohol quantity which produced by both NKL and MK ragi were not significantly different
Penelitian Mikrobiologi Menjadi Mudah dan Menarik
Mau tahu apakah suatu sabun betul-betul berperan sebagai antispetik? Mau tahu apakah suatu bahan makanan (kalengan) mengandung mikrobia atau tidak? Mau mengenal keanekaragaman mikrobia dari berbagai sumber lingkungan? Mau mempelajari teknik rekayasa mikrobia untuk dijadikan mikrobia baru? Semua itu dapat diperoleh dalam buku “Bensen’s Microbiological Applications”
Skrining Senyawa Antibakteri dari Beberapa Jenis Rumput Laut Coklat (Phaeophyceae) dari Pantai Drini, Daerah Istimewa Yogyakarta
This present research was trying to determine the antibacterial compounds from several brown seaweeds from Drini beach. Previous studies have shown that several seaweeds from this beach were proved to have antibacterial activities. Therefore, it needs to be studied whether the extracts of several brown seaweeds utilizing three (3) kinds of extraction solutions such as aquadest, ethanol, and hexane, will also show antibacterial activities. The three solutions were chosen based on the difference of polarization activities. Research design utilized was randomized complete block design and the data compiled was treated by Anova and followed with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) with degree of confidence 95%. Microbes utilized in this research were Escherichia coli and Bacillus subtilis, that were common pathogenic bacteria known to human and animals. The research found six (6) species of brown seaweed during the research period, i.e. Sargassum dotyi, S. ohnoi, S. abbottiae, S. bataanense, Caulerpa prolifera, and Laurencia papillosa. This present research also revealed that ethanol was the best extraction solution to extract the secondary metabolite from the brown seaweeds found. The best antibacterial activities was shown by S. dotyi extract’s to inhibit the two (2) microbes used in the research compared to other seaweed extracts. However, this result was still low and significantly different compare to pure antibiotics utilized, i.e. penicillin and streptomycin
The Effect of Temulawak Extract on Alkohol Fermentation from Molase Substrate by Saccharomyces cerevisiae
Temulawak dimanfaatkan untuk meningkatkan nafsu makan dan pelindung hati bagi manusia. Ekstrak Temulawak memiliki potensi sebagai antimikrobia dalam konsentrasi yang besar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sari temulawak dalam proses fermentasi alkohol dari molase menggunakan Saccharomyces cerevisiae komersial, dan berharap adanya peningkatan konsumsi gula- molase yang diiringi peningkatan alkohol oelah adanya peningkatan nafsu makan khamir. Substrat larutan molase 30% sebanyak 300 ml ditambah sari temulawak pekat (10, 20, 30,40 ml/ per 300 ml) diulang dua kali, kemudian ditambah 1 gram Saccharomyces cerevisiae lalu diinkubasikan dengan kondisi suhu kamar dan karbondioksida ditampung dalam akuades. Parameter yang diukur adalah total sel, pH, kadar gula metode spektrofotometri, kadar karbondioksida secara titrimetri, dan total akolhol metode gas kromatografi setelah tujuh hari fermentasi. Hasil menunjukkan bahwa ada perubahan yangbtidak signifikan pada total sel khamir, pH dan residu gula, sedangkan perubahan yang nyata pada produksi karbodioksida (meningkat sampai tiga kali lipat), dan alkohol ( menurun sampai 3%) pada pada penambahan sari temulawak 20 dan 40ml. Simpulannya sari temulawak tidak membunuh Saccharomyces cerevisiae dan menyebabkan perubahan fermentasi alkohol akibat penambahan sari temulawak, namun tidak ada pola yang jelas
Karakterisasi Sifat-Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.)
This research was carried out in order to reveal ganyong starch’s potential as a major ingredient of edible film, to understand the optimum concentration of ganyong starch and palmitic acid in the making process of edible film and to study their physical and chemical characteristics. The research has two stages, which were the starch preparation, and edible film preparation by using various concentrations of ganyong starch (1, 2, 3, and 4 % w/v) and palmitic acid (1, 2, 3, and 4% w/w). First research stage revealed that ganyong starch has a potential as a major ingredient of edible film because of its high amylose content (32.53% on dry basis). The next stage of the research showed that the optimum ganyong starch concentration of edible film was 2% (w/v). This concentration gives the WVTR (Water Vapor Transmission Rate) measurement of 11.86 (g. mm/m2. hour), film elongation of 2.26%, tensile strength of 3.29 Kpa, and film thickness of 0.0754 mm. The optimum concentration of palmitic acid was 4% (w/v). This results in the WVTR (Water Vapor Transmission Rate) measurement of 7.99 (g. mm/m2. hour), film elongation of 1.24%, tensile strength of 3.58 Kpa, and film thickness of 0.087 mm
Pola Pertumbuhan dan Produksi -Amilase Bacillus amyloliquefaciens pada Substrat Pati Jagung dengan Variasi pH Awal Media dan Waktu Inkubasi
The aims of this study were to identify the growth curve of B. amyloliquefaciens on corn-starch and non corn starch addition media, number of cells and production of a-amylase on variety initial pH during the stationary phase. The growth curve of B. amyloliquefaciens was made using the water optical density on both medium which has inoculated by microbes. The experimental design for the a-amylase production was factorial completely randomized design (6 x 3 x 3). There were two factors included in this study i.e. initial pH of the media ( 5, 5.5, 6, 6.5, 7 and 7.5) and incubation times (16, 18 and 20 hours). The results showed that B. amyloliquefaciens growth curve on medium with corn starch was slower than on medium without corn starch. Production of a-amylase and number of cells were having similar patterns in all treatments, i.e. increased until optimum pH and incubation time were reached. The number of cells and a-amylase production were optimal at pH 6.5 for 18 hours incubation whereas the number of cells (about 2.8542 x 108 cells/ml) and a-amylase production (1.4467 units/ml) were optimal at pH 6.5 for 18 hours incubation
Kemampuan Mikroorganisme Efektif dalam Mengolah Limbah Cair Pabrik Spiritus
Proses produksi suatu industri senantiasa menghasilkan limbah yang harus diolah dengan baik agar tidak membahayakan lingkungan. Pabrik spiritus “X” di Yogyakarta telah mengolah limbah cairnya secara fikokimiawi, namun hasilnya masih kurang baik. Karakteristik limbah pabrik ini adalah berbentuk cair, berwarna hitam, bau, keruh, kandungan BOD 2.978 mg/l dan COD 103.433 mg l, sehingga nilainya sangat jauh di atas baku mutu (Kepmen: 03/men LH/I/1998). Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha mengolah lebih lanjut agar mutu limbah semakin mendekati baku mutu. Salah satu usahanya adalah mengolah lebih lanjut dengan metode biologi
Pelatihan dan Pendampingan Prapanen, Panen dan Pascapanen kepada Petani Jahe Area Paroki Boro, Kabupaten Kulon Progo
Paroki Santa Theresia Lisieux (STL) Boro terletak pada area pengembangan pariwisata sehingga berpotensi menjadi desa wisata dengan amenitas khas berupa jahe emprit. Produksi jahe pada area ini memiliki keterbatasan kuantitas, kontinuitas, dan kualitas karena minimnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam penanaman dan pemeliharaan tanaman serta pengolahan rimpang jahe menjadi produk jadi. Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta memberikan pelatihan dan pendampingan untuk memperbaiki pengetahuan dan ketrampilan petani jahe di area Paroki STL Boro. Pelatihan dan pendampingan dibagi menjadi tujuh kali pertemuan yang terdiri dari sosialisasi dan evaluasi pengetahuan dalam bentuk kuesioner, dilanjutkan dengan pelatihan tentang prapanen, panen, pascapanen primer dan sekunder, serta yang terakhir adalah evaluasi berupa diskusi dan kuesioner. Topik pertemuan pascapanen sekunder terdiri dari pembuatan produk kesehatan (serbuk jahe instan) dan produk kosmetik (lulur jahe). Hasil analisis data kuesioner secara semikuantitatif menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan petani sebesar 75% antara sebelum dan sesudah pelatihan. Dengan adanya pelatihan, petani di Paroki STL Boro mampu menghasilkan produk jahe instan yang telah dipasarkan secara terbatas