3 research outputs found
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP TURNOVER INTENTION PERAWAT DI SANTOSA HOSPITAL BANDUNG CENTRAL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja serta Dampaknya Terhadap Turnover Intention Perawat di Santosa Hospital Bandung Central. Hasil penelitian ini bagi Santosa Hospital Bandung Central hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam mengelola sumber daya manusia terutama perawat agar dapat meningkatkan mutu dan produktivitas pelayanan rumah sakit.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner disertai dengan teknik observasi dan kepustakaan, teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada tahun 2017. Teknik analisis data menggunakan Analisis Jalur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum kepemimpinan transformasional dan stress kerja masuk dalam kategori cukup begitu juga dengan kepuasan kerja dan turnover intention secara umum sudah cukup baik dan tinggi. Kepemimpinan transformasional dan stress kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja baik secara parsial maupun simultan dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention. Secara parsial kepemimpinan transformasional lebih dominan mempengaruhi kepuasan kerja perawat di Santosa Hospital Bandung Central.
Kata Kunci : Kepemimpinan Transformasional, Stres Kerja, Kepuasan Kerja
Turnover Intentio
Application of “SISBAR” for effective communication between nurses and doctors at private hospital in Indonesia.
Aims : Effective communication is the main elements of patient safety goals because communication is the first cause of patient safety problems. Effective communication must be built on aspects of clarity, accuracy, in accordance with the context of language and information, systematic flow, and culture. This study looks at whether there is an effect of SISBAR communication than SBAR on effective communication between nurses and doctors during consultations or handovers
Design : Observational study to 20 nurses as Nurse incharge at Ruby Barat and Timur in SHBC (Santosa Hospital Bandung Central), with Observational Chart of SISBAR in 1 month observation.
Methods : This research method uses a quasi-experimental pre and post by using an observational study. Â The statistical analysis test using the Wilcoxon non-parametric test.
Results : The results of the statistical analysis test using the Wilcoxon non-parametric test obtained p-Value: 0.002 (< 0.05), meaning that there was an significant effect of SISBAR communication on effective communication than SBAR between nurses and doctors in SHBC Bandung.
Conclusions : The results of this study indicate that SISBAR communication is more effective to be applied than SBAR. In SBAR even though there is an element of the introduction, but because it is not mentioned in the abbreviation, nurses often forget about the introduction (aspects of introducing themselves and who is speaking). Therefore, SISBAR can be an alternative in handover communication between nurses and doctors in hospitals. SISBAR communication with the development of SBAR, ISBAR to SISBAR can be developed in others hospitals and in Indonesia generally
Pelatihan Komunikasi Sisbar Untuk Handover Antara Perawat Dan Dokter Di Santosa Hospital Bandung Central (SHBC)
ABSTRAK  Komisi bersama Amerika serikat antara tahun 1995 sampai 2006 menyebutkan bahwa Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab utama peristiwa 25000-30000 kejadian buruk menyebabkan cacat permanen 11% kejadian buruk ini adalah karena masalah komunikasi yang berbeda 6% (WHO, 2007). Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian nyaris cedera (KNC) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”. Komunikasi effectif adalah salah satu Sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien. Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) menggunakan komunikasi SBAR dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dalam handover, tapi masih ada unsur yang  kurang dalam komponen mengenalakan diri perawat saat menelpon dokter dan juga terkait dengan aspek rekomendasi dan dokumentasi dalam catatan keperawatan. Melihat hal ini, pentingnya penerapan kominikasi yang effectif antara perawat dan dokter yang belum konsisten dalam penerapan komunikasi SBAR ini, maka diadakan pelatihan SISBAR ( Salam Introduction Situation Background Asessment dan Recommendation). Pelatihan ini menggunakan aplikasi zoom meeting dan langsung. Pelatihan pengabdian ini di fasilitasi oleh Pendidikan STIKES A Yani, Departemen keperawatan SHBC dan Diklat SHBC. Pelatihan ini melibatkan 35 orang, terdiri dari KaUnit di lingkungan SHBC, CI dan Penanggung Jawab (PJ) tim di tiap Ruangan. Dengan melibatkan mereka di harapkan setelah pelatihan akan didapatkan hasil yang signifikan dalam proses pelaporan SISBAR ini. Dari hasil pengabdian masyarakat ini terkait pelatihan ini didapatkan hasil yang baik  pengetahaun SISBAR, juga peningkatan terkait pelaksanaan SISBAR di ruangan juga role play pembuatan vidio SISBAR yang sudah baik dan observasi langsung pada 20 orang di ruang perawatan. Kata Kunci : SISBAR, Kemunikasi efectif, Handover ABSTRACT The United States Joint Commission between 1995 and 2006 states that communication errors are the main cause of 25,000-30000 adverse events causing permanent disability 11% of these adverse events are due to communication problems about 6 % (WHO, 2007). In Indonesia, data on unexpected incidents (KTD) especially near-injury incidents (KNC) are still scarce, but on the other hand, there is an increase in accusations of “malpractice”. Effective communication is one of the goals of patient safety, a major element of patient care. Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) uses SBAR communication in communication between nurses and doctors in handovers, but there are still elements that are lacking in the component of recognizing nurses when calling doctors and also related to aspects of recommendations and documentation in nursing records. Seeing this, the importance of implementing effective communication between nurses and doctors who have not been consistent in implementing SBAR communication, a SISBAR training (Salam Introduction Situation Background Assessment and Recommendation) was held. This training uses the zoom meeting application and directs in the ward. This community service training was facilitated by STIKES Jenderal A Yani Cimahi, SHBC Nursing Department, and SHBC Education and Training. This training involved 35 people, consisting of the Unit in the SHBC, CI, and Person in Charge (PJ) team in each ward. By involving them, it is hoped that after the training there will be significant results in the SISBAR reporting process. From the results of this community service related to this training, there were good results in SISBAR knowledge, as well as improvements related to the implementation of SISBAR in the wards as well as the role play of making good SISBAR videos and direct observation of 20 people in the wards. Keywords: SISBAR, Effective Communication, Handove