14 research outputs found

    HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEPUASAN PESERTA BPJS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG2015

    Get PDF
    Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Dalam rumah sakit, kepuasan pasien sangat penting untuk keberlangsungan rumah sakit dan yang mempengaruhi kepuasan tersebut yaitu mutu pelayanan rumah sakit yang ada. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan kesehatan dan kepuasan peserta BPJS di poliklinik penyakit dalam RS dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Penarikan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 256 orang. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji Chi-square. Hasil Penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara tangible = 0,000 (p < 0,05), reliability = 0,002 (p < 0,05), responsiveness = 0,000 (p < 0,05), assurance = 0,000 (p < 0,05), empathy = 0,000 (p < 0,05) dengan kepuasan peserta BPJS poliklinik penyakit dalam RS dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2015. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara mutu pelayanan kesehatan dan kepuasan peserta BPJS Poliklinik Penyakit Dalam RS dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2015

    Pengaruh Pemberian Calcitriol terhadap Kadar Limfosit pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Jantan yang Dipapar Asap Rokok

    Get PDF
    The health impact for active and passive smokers is damage to the organs and respiratory tract. The body organs initially experience inflammation which increases the number of white blood cells, one of which is an increase in lymphocytes. One of the efforts to reduce the damage caused free radical by cigarette smoke is by consuming Calcitriol. Objective: To determine the effect of presenting Calcitriol on lymphocyte levels in male Wistar rats (Rattus norvegicus) exposed to cigarette smoke. Methods: This type of research is a pure experimental (true-experiment) using a pre and post-test research design with a control group design to check lymphocyte levels in male Wistar rats (Rattus norvegicus). 24 rats were divided into 6 groups simultaneously. Random, namely the control group 1 (exposed to cigarette smoke and not given Calcitriol), group 2 (exposed to cigarette smoke and not given Calcitriol), placebo control group (exposed to cigarette smoke and given olive oil), treatment 1 (exposed to cigarette smoke and given Calcitriol with a dose of 0.25 µgr / head), treatment 2 (exposed to cigarette smoke and given Calcitriol at a dose of 0.5 µgr / head) and treatment 3 (exposed to cigarette smoke and given Calcitriol at a dose of 1 µgr / head). Results: Paired t-test lymphocyte levels showed evidence that stated (p &lt;0.05) in the K2 group (p = 0.014), the K3 group (p = 0.049), the P1 group (p = 0.012) and the P3 group (0.001) . Meanwhile, group K1 (p = 0.115) and group P2 (p = 0.066) had no statistical difference. Conclusion: Calcitriol administration can reduce lymphocyte levels in male Wistar rats exposed to cigarette smoke

    GAMBARAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN OSCE UKMPPD PADA MAHASISWA FIRST TAKER PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MALAHAYATI BATCH NOVEMBER 2019

    Get PDF
    Kecemasan adalah keadaan tegang berlebihan ditandai perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut. Kecemasan sering di alami pada mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran yang akan melaksanakan Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) diantaranya ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Computer Based Test (CBT). OSCE merupakan instrumen penilaian keterampilan klinik pada mahasiswa kedokteran. Kecemasan apabila sudah mencapai tingkat kecemasan yang berat akan mengganggu proses jalannya ujian dan juga memungkinkan mempengaruhi hasil ujian pada mahasiswa program profesi dokter yang melaksanakannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif  dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Tujuannya untuk mengetahui gambaran kecemasan dalam menghadapi OSCE UKMPPD pada mahasiswa first taker pendidikan profesi dokter di Universitas Malahayati tahun 2019. Hasil penelitian didapatkan kecemasan paling tinggi yaitu sebesar 78 (56%) pada kecemasan ringan. Distribusi usia paling banyak mengikuti ujian OSCE UKMPPD adalah  usia 24 tahun 88 peserta (63,8%). Ditribusi jenis kelamin paling banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 99 peserta (71,7%). Distribusi masa studi paling banyak dari peserta OSCE UKMPPD yaitu Masa studi 6 tahun yaitu sebanyak 108 peserta (78,26%). Berdasarkan distribusi data terbanyak untuk gambaran kecemasan dalam menghadapi ujian OSCE UKMPPD pada mahasiswa first taker pendidikan profesi dokter di Universitas Malahayati Bandar Lampung tahun 2019 adalah kecemasan ringan, usia 24 tahun, jenis kelamin perempuan, dan dengan masa studi 6 tahun

    Derajat Toksisitas Hemoglobin Pada Penderita Kanker Kolorektal Yang Mendapat Kemoterapi CapeOX

    No full text
    Advances in the treatment and use of chemotherapy have been shown to improve the life expectancy rate for colorectal cancer patients. Studies conducted in China and Hongkong have shown that CapeOX combination chemotherapy regimens are more commonly used than in Europe and the United States. However, the use of chemotherapy drugs containing oxaliplatin and capecitabine can cause side effects such as hematological toxicity, which is one of them is anemia. This study aims to determine the difference in the form of a decrease in the average levels of hemoglobin and the degree of hemoglobin toxicity in colorectal cancer patients undergoing CapeOX chemotherapy. The Design in this study is a historical (retrospective) cohort. This study sample was 70 colorectal cancer patients who received CapeOX chemotherapy for 6 cycles at RSUD Dr. H. Abdul Moeloek in 2018-2019. Consecutive sampling is used in the sampling method. The statistical analysis is using Paired T-Test. There is a significant difference in the average hemoglobin level of colorectal cancer patients (p-value = &lt;0.005), which receive CapeOX chemotherapy for 6 cycles.&nbsp; Besides, there is an increase in the number of patients who get hemoglobin toxicity and the chemotherapy cycle. In the first cycle, 59 patients (84.3%) got hemoglobin toxicity after chemotherapy, and the number continued to increase to 69 patients (98.6%) in the sixth cycle. There was a decrease in hemoglobin levels in colorectal cancer patients who received CapeOX chemotherapy with p-value = &lt;0.05 and increased patients who got hemoglobin toxicity

    Hubungan Antara Penggunaan Cotton Bud Dengan Gangguan Pendengaran Terhadap Pasien Serumen Obsturan Di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

    No full text
    ABSTRACT: THE RELATIONSHIP BETWEEN THE USE OF COTTON BUD AND HEARING DISORDER TO OBSTURAN SERUMEN PATIENTS AT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG HOSPITAL Introduction: data presented by Riskesdas (2013) shows that the prevalence of cerumen obstacles in Indonesia is 18.8%. The prevalence at Pertamina Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung is 17,205 patients with obstetric cerumen. Cotton buds are commonly used to clean ears from Serumen and cases of itching in the ears in the community. Cotton buds are not only used by adults but also used by children. Purpose: research objectives to determine the relationship between the use of cotton buds with obsturan cerumen at Pertamina Bintang Amin Hospital, Bandar Lampung. Method: this type of research is quantitative, analytic observational design with a cross-sectional approach. The population was 390 patients with obstetric cerumen taken from a questionnaire at Pertamina Bintang Amin Hospital, Bandar Lampung. Retrieval of data using a questionnaire. The data analysis technique used the Chi-square statistical test. Result: showed that out of 390 obsturan cerumen patients, most of the use of cotton buds was not good, namely 200 people (51.3%), most of the use of obscurant cerumen closed the hole, as many as 222 people (56.9%). There is a relationship between the use of cotton buds and obsturan cerumen at Pertamina Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung. Conclusion:  there is a relationship between the use of cotton buds and obsturan cerumen at Pertamina Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung (p-value 0.000, OR 2.459). It is advisable to carry out ear care appropriately so that obstructive cerumen does not arise which can cause hearing loss. Keywords: Cotton Bud, Obstetric Cerumen  INTISARI: HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN COTTON BUD DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN TERHADAP PASIEN SERUMEN OBSTURAN DI RS PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG Latar belakang: ata yang disajikan Riskesdas (2013) bahwa prevalensi kejadian serumen obsturan di Indonesia sebesar 18,8 %. Prevalensi di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung mendapatkan pasien serumen obsturan sebanyak 17.205 orang. Cotton bud biasa digunakan untuk membersihkan telinga dari Serumen dan kasus gatal pada telinga di kalangan masyarakat. Cotton bud tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi juga digunakan oleh anak-anak.   Tujuan: diketahui hubungan penggunaan cotton bud dengan serumen obsturan di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.Metode penelitian: Jenis penelitian kuantitatif, rancangan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yaitu 390 orang pasien serumen obsturan yang diambil dari kuisioner di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Chi-square.Hasil: menunjukkan bahwa dari 390 pasien serumen obsturan sebagian besar penggunaan cotton budnya tidak baik yaitu sebanyak 200 orang (51,3%),  sebagian besar penggunaan serumen obsturan menutup lubang yaitu sebanyak 222 orang (56,9%). Ada hubungan penggunaan cotton bud dengan serumen obsturan di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Kesimpulan: ada hubungan penggunaan cotton bud dengan serumen obsturan di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung (p value 0,000, OR 2,459). Disarankan melakukan perawatan telingan dengan tepat sehingga tidak timbul serumen obsturan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Kata Kunci    : Cotton Bud, Serumen Obstura

    PERBEDAAN KADAR SATURASI OKSIGEN PADA SISWA KELAS 6 SD PEROKOK AKTIF, PEROKOK PASIF DAN BUKAN PEROKOK DI KABUPATEN PRINGSEWU

    No full text
    Abstrak Perbedaan Kadar Saturasi Oksigen Pada Siswa Kelas 6 SD Perokok Aktif, Perokok Pasif Dan Bukan Perokok Di Kabupaten Pringsewu. Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang dapat berakibat kepada terjadinya morbiditas maupun mortalitas. Merokok merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan saturasi oksigen dalam aliran darah. Di kalangan remaja saat ini, merokok bisa dikatakan sebagai kebiasaan yang wajar. Bahkan di mata perokok, menganggap bahwa laki yang tidak merokok seperti seorang pecundang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kadar Oksigen (O2) pada anak SD perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok di Kabupaten Pringsewu. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode penelitian observasi analitik dengan pendekatan pengambilan data cross sectional. sampel penelitian ini adalah 379 siswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling. Analisa data menggunakan analisis deskriptif. Terdapat perbedaan kadar saturasi perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok dengan hasil rata-rata kadar saturasi oksigen pada perokok aktif adalah 98,05%, perokok pasif 98,48% dan pada bukan perokok 98,40%. Terdapat perbedaan kadar saturasi pada perokok aktif, pasif dan bukan perokok pada siswa kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewu

    GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN INHALER KOMBINASI ICS/LABA DAN QUALITY OF LIFE PADA PASIEN PPOK DENGAN ASMA DI KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

    No full text
    Abstrak: Gambaran Kepatuhan Penggunaan Inhaler Kombinasi ICS/LABA dan Quality of Life Pada Pasien PPOK Dengan Asma Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Penyakit Paru Obstruktif  Kronik (PPOK) dan Asma terjadi dari dua patofisiologi, etiologi dan agen penyebab yang berbeda. Tetapi terdapat penyakit dengan ciri dan gejala Asma dan PPOK secara bersamaan, penyakit ini merupakan Asthma COPD Overlape Syndrome (ACOS). ACOS adalah penyakit pernapasan kronis dengan gejala asma dan PPOK yang tumpang tindih. Tingginya akan tingkat kepatuhan terhadap terapi pada pasien PPOK dengan Asma akan memberikan efek yang baik pada perbaikan quality of life pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kepatuhan penggunaan inhaler kombinasi ICS/LABA dan quality of life pada pasien PPOK dengan Asma. Menggunakan deskriptif observasional dengan pendekatan studi cross sectional. Parameter yang digunakan adalah tingkat kepatuhan menggunakan kuesioner MMAS-8 dan quality of life menggunakan kuesioner SGRQ. Pengambilan sampel dilakukan di Klinik Harum Melati dan RSU. Wisma Rini Pringsewu Lampung. Didapatkan 200 populasi pasien PPOK dengan Asma yang menggunakan inhaler kombinasi ICS/LABA. Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan tingkat kepatuhan pasien lebih banyak berada pada tingkat kepatuhan tinggi, yaitu sebanyak 96 orang (48%) dan lebih sedikit pada tingkat kepatuhan rendah, yaitu 25 orang (12,5%). Sedangkan berdasarkan tingkat quality of life pasien paling banyak berada pada tingkat quality of life baik, yaitu sebanyak 166 orang (83%) dan paling sedikit pada tingkat quality of life tidak baik, yaitu 34 orang (17%). Gambaran pasien didapatkan lebih banyak berada pada tingkat kepatuhan tinggi, yaitu sebanyak 96 orang (48%) dan didapatkan paling banyak berada pada tingkat quality of life baik, yaitu sebanyak 166 orang (83%)

    PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA SISWA KELAS 6 SD PEROKOK AKTIF, PEROKOK PASIF, DAN BUKAN PEROKOK DI KABUPATEN PRINGSEWU

    No full text
    Abstrak: Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi Pada Siswa Kelas 6 SDPerokok Aktif, Perokok Pasif, dan Bukan Perokok di KabupatenPringsewu. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa70% perokok memulai kebiasaan tersebut sebelum berusia 19 tahun karenaterbiasa melihat anggota keluarganya merokok. Provinsi Lampung salah satuprovinsi di Indonesia dengan jumlah kasus perokok yang cukup tinggi. Arus puncakekspirasi merupakan salah satu pemeriksaan untuk mendeteksi adanya PenyakitParu Obstruksi Kronik (PPOK) yang diakibatkan karena terganggunya jalan napaspada paru. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai aruspuncak ekspirasi (APE) pada siswa kelas 6 SD perokok aktif, perokok pasif danbukan perokok pada siswa kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewu. Penelitian yangdilakukan ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitianobservasi analitik. Populasi penelitian ini siswa kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewusejumlah 7.222 siswa. Sampel pada penelitian ini sebanyak 379 orang siswa. Alatpengumpulan data menggunakan metode pemeriksaan alat peak flow meter untukmengukur kadar arus puncak ekspirasi pada siswa SD. Analisis data menggunakan One-Way Anova. Distribusi frekuensi responden yang merupakan perokok aktif sebanyak 75 responden (19.8%), Rata-rata Arus puncak ekspirasi yaitu 97,39% dengan standar devisi 16,727%. Pada nilai rata-rata APE bukan perokok mempunyai nilai yang lebih baik dari yang terpapar rokok, sehingga pada perokok aktif mempunyai nilai lebih rendah dari bukan perokok dan perokok pasif yang menyebabkan penurunan fungsi paru. Kesimpulan ada perbedaan arus puncak ekspirasi pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok pada Siswa Kelas 6 SD di Kabupaten Pringsewu.

    GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN INHALER KOMBINASI LABA/LAMA DAN QUALITY OF LIFE PADA PASIEN PPOK KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

    No full text
    Abstrak: Gambaran Kepatuhan Penggunaan Inhaler KombinasiLABA/LAMA dan Quality of Life Pada Pasien PPOK Kabupaten PringsewuProvinsi Lampung Tahun 2022. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalahpenyakit yang dapat dicegah dan juga dapat diobati yang ditandai dengan adanyagejala gangguan pernapasan yang persisten dan adanya keterbatasan aliran udarayang disebabkan oleh kelainan jalan napas dan atau alveolus biasanya disebabkanoleh paparan yang signifikan terhadap partikel ataupun gas yang berbahaya dandipengaruhi oleh beberapa faktor pejamu. Tingginya tingkat kepatuhan terhadapterapi pada pasien PPOK akan memberikan efek yang baik pada perbaikan quality oflife pasien. Tujuan Penelitian untuk mengetahui gambaran kepatuhan penggunaaninhaler kombinasi LABA/LAMA dan quality of life pada pasien PPOK. Penelitianmenggunakan deskriptif observasional dengan pendekatan studi cross sectional.Parameter yang digunakan adalah tingkat kepatuhan menggunakan kuesionerMMAS-8 dan quality of life menggunakan kuesioner SGRQ. Pengambilan sampeldilakukan di Klinik Harum Melati dan RSU Wisma Rini Pringsewu Lampung. Didapatkan 200 populasi pasien PPOK yang menggunakan inhaler kombinasi LABA/LAMA. Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan tingkat kepatuhan pasien lebih banyak berada pada tingkat kepatuhan tinggi, yaitu sebanyak 98 orang (49%) dan lebih sedikit pada tingkat kepatuhan rendah, yaitu 35 orang (17,5%). Sedangkan berdasarkan tingkat quality of life pasien paling banyak berada pada tingkat quality of life baik, yaitu sebanyak 165 orang (82,5%) dan paling sedikit pada tingkat quality of life tidak baik, yaitu 35 orang (17,5%). Gambaran pasien didapatkan lebih banyak berada pada tingkat kepatuhan tinggi, yaitu sebanyak 98 orang (49%) dan didapatkan paling banyak berada pada tingkat quality of life baik, yaitu sebanyak 165 orang (82,5%)

    PERBEDAAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) PADA SISWA KELAS 6 SD PEROKOK AKTIF, PEROKOK PASIF DAN BUKAN PEROKOK DI KABUPATEN PRINGSEWU

    No full text
    Abstrak : Perbedaan Kadar Karbon Monoksida (Co) Pada Siswa Kelas 6 Sd Perokok Aktif, Perokok Pasif Dan Bukan Perokok Di Kabupaten Pringsewu. Merokok adalah salah satu faktor resiko yang menyebabkan banyak peradangan pada sistem respirasi, dari beberapa jenis kandungan bahan kimia yang terdapat pada rokok salah satu yang berbahaya bagi tubuh adalah karbon monoksida (CO). Karbon monoksida (CO) dengan mudah mengikat hemoglobin dari pada oksigen, karbon monoksida menggantikan oksigen dalam darah ketika dihirup menyebabkan kemampuan darah untuk mentransport oksigen kejaringan tubuh berkurang menyebabkan hipoksia. Mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara kadar karbon monoksida (CO) pada siswa kelas 6 SD perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok di Kabupaten Pringsewu. Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Parameter yang digunakan adalah kuisioner dan pemeriksaan menggunakan alat untuk mengukur kadar karbon monoksida (CO) yaitu Smokerlyzer. Pengambilan sampel dilakukan di 9 sekolah dasar yang mewakili 9 kecamatan di Kabupaten Pringsewu. Didapatkan 379 sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu kelas 6 SD, siswa perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok. Terdapat perbedaan rata-rata kadar karbon monoksida (CO)  pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok dengan hasil rata-rata CO pada perokok aktif adalah 1,60 %, perokok pasif 1,42 % dan kadar karbon monoksida (CO) pada bukan perokok 1,56 %. Terdapat perbedaan rata-rata antara kadar karbon monoksida (CO) pada perokok aktif, perokok pasif dan bukan perokok
    corecore