MOTION GRAPHIC RELATED TO WARNING ALERT ADVICE ON GATELESS RAILROAD CROSSING

The motion graphic video design is aimed at drivers of two-wheel-drive and four-wheel-drive vehicles whose age is ranging from 17-40 years, with the length of a two-minute 15-second video that was released online. In the test results on 20 people with a targeted age range, about 94.4% of respondents responded favourably and 6.6% of respondents responded poorly. Therefore, it can be concluded that most of the respondents responded with a positive response to the motion graphic video related to warning alert advice on the gateless railroad crossing. Keyword: Accident, Gateless Railroad Crossing, Public Service Advertisements, Motion Graphic, Advice

Bone metastasis from malignant phyllodes of the breast

Cystosarcoma phyllodes was described first in 1838 and originally was considered to be a benign tumor. It was not until 1931 that metastasis from a cystosarcoma phyllodes was reported. The incidence of cystosarcoma phyllodes is estimated to be 0.3% to 0.9% of all breast tumors. Sites most commonly affected by metastases are the lungs and bones. We present a case report  29-year old female patient presented with a voluminous breast mass at both of them  which was completely resected. The right side presented of malignant phyllodes and the left side is borderline phyllodes. Six months later, both of her legs became paralyzed and accompanied by swelling over her right upper arm. Biopsy was performed, and the diagnosis was metastatic malignant phyllodes tumor. Histologic review of the breast tumor revealed stromal overgrowth

PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI RUMAH PANGGUNG DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT

This research aims to analyze the labor absorption of the stilt house industry in Tombasian Atas Village, West Kawangkoan District. The research was conducted from February to May 2021. The data used in this study were primary data and secondary data and analyzed descriptively. The results showed that the stilt house industry in Tombasian Atas Village, Kawangkoan Barat District consisted of 3 (three) types, namely type 1 room, type 2 room, and type 3 room. The production of each type consists of 32 units per year for the one bedroom type, 40 units per year for the two bedroom type, and 10 units per year for the three bedroom type. The one-room stilt house type can absorb 51 workers, the two-room type absorbs 87 workers, and the three-room type absorbs 51 workers

ANALISIS VEGETASI HABITAT ANOA (Bubalus sp.) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA PADAYORA KECAMATAN PAMONA SELATAN KABUPATEN POSO

Anoa (Bubalus sp) is a member of bovidae family and classified to the endemic species of Sulawesi island, Indonesia. This species is categorized as endangered species by IUCN and Appendix II by CITIES. The decreasing of Anoa’s territory has reduced the feed availability in natural habitat. This study was aimed to analyze vegetation of Anoa (Bubalus sp) habitats. Research was performed as field research at protection forest areas, Pandayora village, Pamona Selatan District, Poso Regency, Central Sulawesi. This research was conducted from April through June 2014. Eight sample plots were made by the size of 20x20 m. Ploting was done by purposive sampling method. Hence vegetation date were analysed to determine the density, frequency, dominant, Importance Value Index and the Diversity Index of Shannon-Wienner. The results showed that there were 15 plant species belongs to 13 families at tree level, 15 plant species belongs to 11 families at pole level, 13 plant species belongs to 11 families at sapling level and 8 plant species belongs to 7 families, respectively. Furthermore, the highest Importance Value Index (IVI) at tree level of vegetation wasbejau(Mangifera sp) with value71,18%. At pole level, the highest IVI was Lithocarpus sp.(35,74%). Hence, the highest IVI at sapling level was Erithrina subumbrans (10,14%) while at seedling level was Diplasium sp. (40,27%). In addition, recorded that there were 51 plants species used as food source by anoa. Key words: Vegetation, Habitat, Bubalus sp, Endemic species, Protection Fores

COMPLICATIONS RELATED COMORBIDITIES OF ARTERIOVENOUS FISTULA (AVF) CREATION AS HEMODIALYSIS ACCESS FOR END STAGE RENAL DISEASE (ESRD) IN BEN MBOI DISTRICT HOSPITAL, RUTENG FLORES INDONESIA

Introduction: Since Brescia and Cimino(1966) posted AV Fistula technique, there has been increase of long term survival of patients with End Stage Renal Disease (ESRD). AV fistula has its own set of indications, benefits, and complications. Purpose: To show AV Fistula creation outcomes, complications and its related comorbidities in Ben Mboi District Hospital, Ruteng Flores IndonesiaMethod: An analytical study design using a cross sectional approach was employed in this study. Using medical record data from 2019 to 2022, all men and women who received hemodialysis through AV Fistula were included. Bivariate analysis was carried out from baseline data such as age, sex, comorbidities, location of an av fistula (AVF), previous dialysis insertion with complications that arise using Chi-square. Results: Age, sex, hypertension and AV Fistula creation location has no significant correlation with complications such as failed to mature, thrombosis, infection, venous hypertension. Diabetes mellitus has a significant correlation with occurrence of failed to mature (p=0.012), thrombosis (p=0.014), venous hypertension (p=0.08). Obesity has a significant correlation with occurrence of failed to mature (p=0.000), thrombosis (p=0.000). Previous insertion of CDL in right subclavian vein has a significant correlation with occurrence of venous hypertension (p=0.000).Conclusion: Diabetes mellitus has a significant correlation with occurrence of complications such as failed to mature, thrombosis and venous hypertension. Obesity has a significant correlation with occurrence of failed to mature and thrombosis. History of CDL insertion in right subclavian vein has a significant correlation with venous hypertension

Optimasi formula tablet ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) menggunakan PVP K-30 sebagai pengikat dan crospovidone sebagai penghancur

Daun Sirsak (Annona muricata L) merupakan salah satu tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai penurun kadar asam urat. Tujuan penelitian untuk mendapatkan formula optimum tablet ekstrak daun sirsak yang memenuhi persyaratan dengan metode factorial design 2 faktor dan 2 level yaitu konsentrasi PVP K-30 (1% sebagai tingkat rendah dan 3% sebagai tingkat tinggi) dan konsentrasi crospovidone (3% sebagai tingkat rendah dan 5% sebagai tingkat tinggi), menentukan pengaruh konsentrasi PVP K-30 sebagai pengikat dan crospovidone sebagai penghancur dan interaksinya terhadap mutu fisik tablet. Metode granulasi basah dipilih untuk membuat tablet. Dosis tablet yang digunakan adalah 100 mg ekstrak per 300 mg tablet. Respon yang dilihat untuk mendapatkan formula optimum adalah kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Konsentrasi PVP K-30 mampu signifikan menurunkan kerapuhan dan waktu hancur tablet. Konsentrasi crospovidone mampu signifikan menurunkan kerapuhan dan meningkatkan waktu hancur tablet. Interaksi antara PVP K-30 dan crospovidone mampu signifikan meningkatkan waktu hancur tablet. Formula optimum terpilih konsentrasi PVP K-30 1,23 % sebagai pengikat dan konsentrasi crospovidone 4,65 % sebagai penghancur dengan prediksi sifat mutu fisik tablet yaitu kekerasan 4,42 kp, kerapuhan 0,23 %, dan waktu hancur 20,04 menit, sedangkan hasil penelitian diperoleh kekerasan 4,57 kp, kerapuhan 0,15 % dan waktu hancur tablet 14,35 menit, terdapat perbedaan bermakna pada waktu hancur tablet teoritis dan penelitian, sedangkan tidak ada perbedaan bermakna pada kekerasan dan kerapuhan tablet teoritis dan penelitian

Optimasi formula tablet ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) menggunakan PVP K-30 sebagai pengikat dan crospovidone sebagai penghancur

Daun Sirsak (Annona muricata L) merupakan salah satu tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai penurun kadar asam urat. Tujuan penelitian untuk mendapatkan formula optimum tablet ekstrak daun sirsak yang memenuhi persyaratan dengan metode factorial design 2 faktor dan 2 level yaitu konsentrasi PVP K-30 (1% sebagai tingkat rendah dan 3% sebagai tingkat tinggi) dan konsentrasi crospovidone (3% sebagai tingkat rendah dan 5% sebagai tingkat tinggi), menentukan pengaruh konsentrasi PVP K-30 sebagai pengikat dan crospovidone sebagai penghancur dan interaksinya terhadap mutu fisik tablet. Metode granulasi basah dipilih untuk membuat tablet. Dosis tablet yang digunakan adalah 100 mg ekstrak per 300 mg tablet. Respon yang dilihat untuk mendapatkan formula optimum adalah kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Konsentrasi PVP K-30 mampu signifikan menurunkan kerapuhan dan waktu hancur tablet. Konsentrasi crospovidone mampu signifikan menurunkan kerapuhan dan meningkatkan waktu hancur tablet. Interaksi antara PVP K-30 dan crospovidone mampu signifikan meningkatkan waktu hancur tablet. Formula optimum terpilih konsentrasi PVP K-30 1,23 % sebagai pengikat dan konsentrasi crospovidone 4,65 % sebagai penghancur dengan prediksi sifat mutu fisik tablet yaitu kekerasan 4,42 kp, kerapuhan 0,23 %, dan waktu hancur 20,04 menit, sedangkan hasil penelitian diperoleh kekerasan 4,57 kp, kerapuhan 0,15 % dan waktu hancur tablet 14,35 menit, terdapat perbedaan bermakna pada waktu hancur tablet teoritis dan penelitian, sedangkan tidak ada perbedaan bermakna pada kekerasan dan kerapuhan tablet teoritis dan penelitian

Pembuatan Brand Identity Rumah Makan Bambu di Pasuruan

Rumah Makan Bambu adalah sebuah rumah makan yang masih tergolong baru dan belum memiliki brand identity. Saat ini pemilik dari rumah makan ini ingin membuat perubahan dan ingin supaya Rumah Makan Bambu lebih dikenal di mata konsumen. Oleh karena itu Rumah Makan Bambu memerlukan identitas yang dapat menggambarkan citra yang ingin ditanamkan di benak konsumennya. Dalam proses perancangan ini teori-teori didapatkan dari buku dan website yang berisi definisi maupun penjelasan dari ilmu-ilmu yang digunakan sebagai dasar perancangan brand identity seperti logo, warna, tipografi, dll. Proses pembuatan brand identity ini akan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan menganalisa data rumah makan dan kompetitornya. Hasil analisis tersebut kemudian diolah menjadi sebuah strategi desain yang konsisten dan menjadi sebuah konsep yang berbeda dari kompetitor. Kemudian akan dihasilkan thumbnail, tight tissue dan final desain berupa brand identity berupa logo, warna, tipografi dan tagline. Pembuatan brand identity Rumah Makan Bambu menggunakan software adobe illustrator CS6. Setelah proses desain selesai akan dilakukan implementasi ke berbagai media dan Graphic Standard Manual. Kemudianakan dilakukan uji coba dan evaluasi ke 10 orang target market, dari data uji coba dan evaluasi kemudian akan disimpulkan apakah brand identity telah sesuai dengan konsep Rumah Makan Bambu. Setelah semua proses dilakukan maka akan didapatkan brand identity yang dapat mendukung untuk memperkenalkan Rumah Makan Bambu kepada masyarakat