81 research outputs found

    Hubungan antara Persepsi terhadap Harga dan Kualitas Produk dengan Minat Membeli produk fashion online shop di facebook pada mahasiswa Politeknik X Semarang

    Get PDF
    Kepercayaan pada online shop di facebook diperkirakan akan mempengaruhi minat membeli konsumen. Produk fashion yang ditawarkan melalui online shop tidak dapat disentuh dan dicoba sehingga membutuhkan kepercayaan yang cukup tinggi untuk membeli melalui online shop. Banyaknya penipuan difacebook dimana produk yang diterima jauh berbeda dengan foto produk di facebook diasumsikan akan menurunkan kepuasan konsumen yang akhirnya akan menurunkan minat membeli baik pada konsumen yang sudah pernah membeli maupun yang belum pernah membeli produk fashion melalui online shop di facebook. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara persepsi terhadap harga dan kualitas produk dengan minat membeli produk fashion melalui online shop di Facebook pada mahasiswa Politeknik X Semarang. Sampel penelitian sejumlah 60 orang mahasiswa dengan menggunakan analisis regresi ganda. Data yang diperoleh berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil koefisien korelasi antara persepsi terhadap harga dan kualitas produk terhadap minat membeli produk fashion online shop di facebook sebesar 0,934 dengan p = 0,000 (p<0,005). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti yaitu terdapat hubungan antara persepsi terhadap harga dan kualitas produk terhadap minat membeli produk fashion online shop di facebook dapat diterima. Koefisien determinasi sebesar 50.1% menunjukkan bahwa persepsi terhadap harga dan kualitas produk secara silmultan mampu menjelaskan perubahan minat membeli produk fashion online shop di facebook sebesar 50.1%. Kata Kunci : Minat Membeli produk fashion melalui online shop di facebook, Persepsi terhadap Harga, Kualitas Produ

    Occupational Self-Efficacy for Mental Health Student Worker: A Preliminary Study

    Get PDF
    Background: Mental health problems may affects employee. Consequently, reduced productivity at work. Separate results and conclusion. Organization requires prospective employees who have healthy behavior in which consists of internal and external factors. One of those internal factors is occupational self-efficacy. Occupational self-efficacy is commonly defined as the belief in one’s capabilities to achieve a goal and solving the problem in workplace. The purpose of this study was to identify the factors that contributed to occupational self-efficacy among student workers of Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang. Method: Focus group discussions were conducted with 49 student workers. Purposive sampling techniques were used to obtain the sample. The interviews were transcribed verbatim and analyzed using the framework method to identify key themes. Results: Research found the indicators of occupational self-efficacy, there are the ability to: plan the future which identified by having life goals, know our potential and being confidence; solved the problem which identified by knowing inside-outside obstacles and face the challenge; self adjustment which identified by being able to adapt with task and environment; planning future which identified by confidence in all life task and skill, also career planning which identified by have good teamwork and understand the factors of successful in worked. Conclusion: Five main themes were identified, which described factors student worker perceived to influence their occupational self-efficacy: the ability to plan the future, the ability in problem solving, the ability of adjustment, the confidence in the future success and the ability in career planning in the organizatio

    Hubungan Antara Leader Member Exchange dengan inter Functional Coordination Pada karyawan di PT X

    Get PDF
    Karyawan dalam perusahaan minyak dan gas bumi seperti PT Pertamina EP membutuhkan perilaku kordinasi yang tinggi dalam bekerja. Inter Functional Coordination adalah perilaku berkoordinasi yang ditunjukkan melalui information coordination, organization coordination, corporate culture. Interaksi positif antara atasan dan bawahan hasil dari penerparan Leader Member Exchange oleh pemimpin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Leader Member Exchange dengan Inter Functional Coordination pada PT Pertamina EP. Sampel penelitian berjumlah 73 karyawan dengan pengumpulan data menggunakan dua buah skala Inter Functional Coordination (31 aitem valid, α = .918) dan Leader Member Exchange (31 aitem valid, α = .924). Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi (rxy) = .441 dengan nilai p = .000 (p < .001). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti terbukti, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel Leader Member Exchange dengan Inter Functional Coordination. Semakin positif Leader Member Exchange maka semakin tinggi Inter Functional Coordination. Sumbangan efektif yang diberikan pada penelitian ini sebesar 19.5% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian. Kata kunci: Inter Functional Coordination, Leader Member Exchange, karyawan, PT Pertamina EP, perilak

    Cultivating the Research Environment to Enhance Quality of Life of Academics in An University Setting

    Get PDF
    Background: Organizational climate is defined as a set of measurable properties of the work environment, perceived directly or indirectly by the people who live and work in this environment and assumed to influence their motivation and behavior. In a university setting, one of the most important organizational climate which affects academics’ behavior is research environment, which is defined as all those forces in the university education programs that reflect attitude toward research and science. This study aimed to examine the relationships between perceived research environment, research self-efficacy, and quality of life of academics. Method: We surveyed 100 academics from a state university in Semarang, Central Java, Indonesia, using measures of research environment, research self-efficacy, research burn-out, and life satisfaction. We examined whether the relationships between perceived research environment and research burn-out and life satisfaction was mediated by research self-efficacy. Results: Structural equation modelling demonstrated that a good support for a model that revealed significant ways by which individual and contextual variables were associated with quality of life. The measurement model, χ2(108) = 204.57, p < .001, χ2/df = 1.79, CFI = .94, RMSEA = .06 demonstrated good fit statistics, with factor loadings ranging from .40 to .85 (p < .001). The hypothesized structural model also showed good fit statistics, χ2(153) = 270.87, p < .001, χ2/df = 1.57, CFI = .95, RMSEA = .05. Perceived research environment was positively associated with research self-efficacy (β = .34, p < .001), research self-efficacy was associated negatively with research burn-out (β = -.33 p < .001), and research self-efficacy was associated positively with life satisfaction (β = .40 p < .001). Conclusion: The findings demonstrate that perceived research environment is an important variable that can have positive effects in developing research self-efficacy, enhancing life satisfaction, and reducing research burn-out. Keywords: perceived research environment, quality of life, research self-efficacy, stress, academic

    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA APARAT PEMERINTAH DESA DI KECAMATAN X,Y,Z KABUPATEN BATANG

    Get PDF
    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA APARAT PEMERINTAH DESA DI KECAMATAN X,Y,Z KABUPATEN BATANG Nuralina Septiani 15010113120052 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ABSTRAK Keterikatan kerjamerupakan sikap positif yang dimiliki individu terhadap pekerjaannya ditunjukkan dengan mencurahkan semangat yang tinggi, dedikasi penuh dan fokus, serta senang terhadap pekerjaan yang memungkinkan individu tersebut sulit terlepas dari pekerjaannya. Dukungan sosial pasangan adalah persepsi individu terhadap bantuan yang diberikan dari pasangan (suami atau istri) yang membuatnya merasa diperhatikan, dihargai, serta dicintai, sehingga merasakan kenyamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan keterikatan kerja pada aparat pemerintah desa di Kecamatan X,Y,Z Kabupaten Batang. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 237 aparat pemerintah desa di Kecamatan X,Y,Z Kabupaten Batang yang sudah menikah. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan convenience samplingdengan jumlah 101 subjek. Instrumen penelitian terdiri dari dua skala yaitu Skala Keterikatan Kerja (36 aitem α ; = 0,926) dan Skala Dukungan Sosial Pasangan (31 aitem α ; = 0,920). Analisis data dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial pasangan dengan keterikatan kerja pada aparat pemerintah desa di Kecamatan X,Y,Z Kabupaten Batang (rxy= 0,665), dukungan sosial pasangan memberikan sumbangan efektif sebesar 44,2 %. Kata Kunci : keterikatan kerja, dukungan sosial pasangan, aparat pemerintah desa

    HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KESELAMATAN KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PEGAWAI PT. PLN (PERSERO) AREA PELAKSANA PEMELIHARAAN SEMARANG

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara sikap terhadap keselamatan kerja dengan komitmen organisasi pada pegawai PT. PLN (Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan Semarang. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 156 pegawai PT. PLN (Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan Semarang. Sampel penelitian berjumlah 70 pegawai yang didapatkan dengan insidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Sikap terhadap Keselamatan Kerja (33 aitem, α = 0,958) dan Skala Komitmen Organisasi (32 aitem, α = 0,934). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara sikap terhadap keselamatan kerja dengan komitmen organisasi (rxy = 0,775; p < 0,001), artinya semakin positif sikap terhadap keselamatan kerja maka semakin tinggi komitmen organisasi pada pegawai. Sikap terhadap keselamatan kerja memberikan sumbangan efektif sebesar 60,1% terhadap komitmen organisasi, sedangkan 39,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata Kunci: Komitmen Organisasi, Sikap terhadap Keselamatan Kerja, Pegawa

    HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN PERILAKU INOVATIF PADA KARYAWAN PT. TELKOM DIVISI REGIONAL IV JAWA TENGAH DAN DIY

    Get PDF
    Perilaku inovatif karyawan adalah tindakan yang dilakukan karyawan untuk memperkenalkan tentang ide – ide yang telah dikembangkn dari hal – hal yang sudah ada sehingga menjadi lebih baru dalam sebuah organisasi untuk memperoleh keuntungan organisasi. Persepsi terhadap kompensasi merupakan penilaian karyawan secara kognisi dan afeksi karyawan secara individual terhadap kompensasi finansial dan kompensasi non finansial yang diberikan oleh organisasi sebagai balas jasa atas kerja keras yang telah dilakukan oleh karyawannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan persepsi terhadap kompensasi dengan perilaku inovatif pada karyawan PT Telkom Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DIY. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 153 karyawan PT Telkom Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DIY. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan simple random sampling dengan jumlah 75 subjek. Instrumen penelitian terdiri dari dua skala yaitu Skala Perilaku Inovatif (39 aitem α ; = 0,927) dan Skala Persepsi terhadap Kompensasi (36 aitem α ; = 0,906). Analisis data dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara dukungan persepsi terhadap kompensasi dengan perilaku inovatif pada karyawan PT Telkom Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DIY(rxy= 0,589), persepsi terhadap kompensasi memberikan sumbangan efektif sebesar 34,7%. Kata Kunci : Perilaku Inovatif, Persepsi terhadap Kompensasi, Karyawa
    corecore