2 research outputs found

    Keanekaragaman dan kepadatan cacing tanah sebagai bioindikator kualitas tanah pada lahan perkebunan apel konvensional dan semiorganik Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu

    Get PDF
    ABSTRAK Cacing tanah merupakan kelompok hewan tanah yang memiliki peran penting dalam menyusun ekosistem tanah, yakni sebagai pendegradasi bahan-bahan organik. Cacing tanah dipilih sebagai hewan indikator karena dapat menunjukkan respon sensitif terhadap praktik pengelolaan lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan kepadatan cacing tanah, nilai parameter fisika dan kimia tanah, korelasi parameter fisika dan kimia tanah dengan kepadatan cacing tanah, serta mengetahui genus cacing tanah yang berpotensi menjadi bioindikator kualitas tanah pada perkebunan apel semiorganik dan konvensional menggunakan metode IndVal. Pada setiap lokasi penelitian dibuat transek garis dan setiap transek terdapat 10 titik plot dengan 3 kali ulangan. Pengambilan objek penelitian dengan metode Hand sorted. Analisis data menggunakan aplikasi PAST 4.03 dan software R 4.2.2. Cacing tanah yang ditemukan pada perkebunan apel semiorganik berjumlah 192, sedangkan pada perkebunan konvensional berjumlah 53. Nilai indeks keanekaragaman (Hˊ) perkebunan semiorganik sebesar 1,327 dan pada perkebunan konvensional sebesar 1,106, keduanya termasuk kategori sedang. Nilai kepadatan cacing tanah tertinggi pada perkebunan semiorganik 122,7 individu/m3 dari genus Pontoscolex dan pada perkebunan konvensional 40,8 individu/m3 dari genus Pheretima. Hasil korelasi faktor fisika dan kimia tanah dengan kepadatan cacing tanah menunjukkan pada perkebunan konvensional C/N nisbah berkaitan dengan genus cacing tanah Pheretima. Pada perkebunan semiorganik kadar air berkaitan dengan genus cacing tanah Pontoscolex, unsur hara P berkaitan dengan genus cacing tanah Peryonix, serta unsur hara K, kelembaban tanah, bahan organik dan C-organik berkaitan dengan genus cacing tanah Amynthas. Hasil analisis IndVal cacing tanah yang memiliki potensi sebagai bioindikator pada perkebunan semiorganik yakni genus Pontoscolex, Amynthas, dan Peryonix. ABSTRACT Earthworms are a group of soil animals that have an important function of making up the soil ecosystem, as a degrader of organic materials. Earthworms were chosen as indicator animals because they can show a sensitive response to land management practices. The purpose of this study is to determine the diversity and density of earthworms, the value of soil physical and chemical parameters, the correlation of soil physical and chemical parameters with the density of earthworms, and to find out the genus of earthworms that have the potential to become bioindicators of soil quality in semiorganic and conventional apple plantations using the IndVal method. At each research location, line transects were made and each transect there were 10 plot points with 3 repeats. Retrieval of research objects by the Hand sorted method. Data analysis using PAST 4.03 application and R 4.2.2 software. Earthworms found on semiorganic apple plantations totaled 192, while on conventional plantations there were 53. The diversity index (Hˊ) value of semiorganic plantations was 1.327 and in conventional plantations it was 1.106, both of which belong to the moderate category. The highest earthworm density value on semiorganic plantations was 122.7 individuals/m3 of the genus Pontoscolex and on conventional plantations 40.8 individuals/m3 of the genus Pheretima. The results of the correlation of soil physical and chemical factors with the density of earthworms show that in conventional plantations the C/N ratio is related to the earthworm genus Pheretima. In semiorganic plantations the moisture content is related to the earthworm genus Pontoscolex, the nutrient P is related to the earthworm genus Peryonix, as well as the nutrients K, soil moisture, organic matter and C-organic are related to the earthworm genus Amynthas. The results of the IndVal analysis of earthworms that have potential as bioindicators in semiorganic plantations are the genus Pontoscolex, Amynthas, and Peryonix. مستخلص البحث باتو سيتي هي مدينة معروفة بأنها منتجة للتفاح. نباتات التفاح عرضة للأمراض والآفات لذلك يستخدم المزارعون أنظمة الزراعة المكثفة للتغلب عليها. استخدام مثل هذه الأنظمة له تأثير سلبي على النظام البيئي للتربة. ديدان الأرض هي عنصر مهم في النظام البيئي للتربة. كانت أهداف هذه الدراسة هي تحديد تنوع وكثافة ديدان الأرض ، وقيمة المعلمات الفيزيائية والكيميائية للتربة ، وربط المعلمات الفيزيائية والكيميائية للتربة بكثافة ديدان الأرض ، وتحديد جنس ديدان الأرض التي لديها القدرة على ذلك. تصبح مؤشرات حيوية على جودة التربة في مزارع التفاح شبه العضوية والتقليدية باستخدام طريقة IndVal. تم إجراء هذا البحث في الفترة من يوليو إلى سبتمبر 2022. تم عمل مقطوعات خطية في كل موقع دراسة و 10 نقاط قسيمة لكل مقطع مقطعي بثلاث مكررات. استرجاع كائنات البحث بطريقة الفرز اليدوي. استخدم تحليل البيانات تطبيق PAST 4.03 وبرنامج R 4.2.2. تم العثور على 192 ديدان الأرض في مزارع التفاح شبه العضوية ، بينما في المزارع التقليدية كانت هناك 53. وكان مؤشر التنوع (Hˊ) للمزارع شبه العضوية 1.327 والمزارع التقليدية 1.106 ، وكلاهما كان في الفئة المتوسطة. تم العثور على أعلى كثافة لديدان الأرض في المزارع شبه العضوية ، 122.7 فرد / م 3 من جنس Pontoscolex وفي المزارع التقليدية ، 40.8 فرد / م 3 من جنس Pheretima. تظهر نتائج الارتباط بين العوامل الفيزيائية والكيميائية للتربة وكثافة دودة الأرض أنه في المزارع التقليدية ، ترتبط نسبة C / N بجنس دودة الأرض Pheretima. في المزارع شبه العضوية ، يرتبط محتوى الماء بجنس دودة الأرض Pontoscolex ، ويرتبط المغذيات P إلى جنس دودة الأرض Peryonix ، وترتبط العناصر الغذائية K ، ورطوبة التربة ، والمواد العضوية ، والعضوية C بجنس دودة الأرض Amynthas. نتائج تحليل IndVal لديدان الأرض التي يمكن أن تكون مؤشرات حيوية في المزارع شبه العضوية هي جنس Pontoscolex و Amynthas و Peryonix

    Pengaruh Pemberian Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Endoparasit dan Hasil Panen Susu Sapi Perah (Bos taurus) sebagai Antihelmintik Alami di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu

    Get PDF
    Helmintiasis is a worm disease that often occurs in cows so that it can reduce milk harvesting. One prevention that can be done  with natural ingredients in the form of papaya leaf (Carica papaya). Papaya leaves contain alkaloids, enzyme papain, saponin, flavonoid, and tannin. The purpose of this experiment was to analyze the effect of papaya leaf (Carica papaya) on endoparasites and milk harvesting. This is an experimental research used a pre-test post-test control group design on five dairy cows with one treatment, specifically 70% basal green feed and 30% papaya leaves and one positive control (Albendazole). Method of identification use the qualitative method is, native method (direct slide) and the flotation method (Flotation method). The obtained data were analyzed with a Anova test, it showed that result is (p<0,05). That are able to suppress the growth of endoparasites in cow 1, 2, 3, 4, 5 by 60%, 58%, 50%, 45% , and 34% respectively in the native method and the floating method are 75%, 63%, 56%, 45%, and 34%. Increased harvesting milk for 3 weeks is 2-4 liters.  It was conluded that there was an influence between papaya leaves (Carica papaya) on endoparasites in dairy cows (Bos taurus) as a natural antihelmintic. Keywords: Helmintiasis, Papaya Leaf (Carica papaya), Endoparasite, Cows (Bos taurus), Milk Harvesting ResultABSTRAKHelmintiasis adalah penyakit cacingan yang sering terjadi pada sapi sehingga dapat menurunkan hasil panen susu. Salah satu pencegahan alami yang dapat dilakukan yakni dengan memberikan daun pepaya (Carica papaya) sebagai pengobatan alami. Daun pepaya merupakan bahan alami yang mengandung senyawa aktif berupa alkaloid, flavonoid, enzim papain, saponin, dan tanin yang memiliki efek antihelmintik pada sapi perah (Bos taurus). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa efek daun pepaya (Carica papaya) terhadap endoparasit dan hasil panen susu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, menggunakan rancangan penelitian pre test post test control group design pada 5 ekor sapi perah dengan 1 perlakuan yaitu pemberian pakan hijau basal 70% dan daun pepaya 30% dan 1 kontrol positif (Albendazole). Metode pelaksanaan penelitian menggunakan uji feses metode kualitatif yaitu metode natif (Direct slide) dan metode apung (Flotation method). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistika (Anova) dengan hasil (p<0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sapi 1, 2, 3, 4, 5 mengalami penurunan endoparasit sebesar 60%, 58%, 50%, 45%, dan 34% secara berturut-turut pada metode natif dan metode apung sebesar 75%, 63%, 56%, 45%, dan 34%. Pemberian daun pepaya pada sapi perah selama 3 minggu dapat meningkatkan panen susu sebesar 2-4 per hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara daun pepaya  (Carica papaya) terhadap endoparasit pada sapi perah (Bos taurus) dan hasil panen susu.Kata kunci: Helmintiasis, Daun Pepaya (Carica papaya), Endoparasit, Sapi (Bos taurus),  Hasil panen sus
    corecore