7 research outputs found
Analisa Implementasi Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Jumlah Pelanggan Di Waroeng Steak And Shake Cempaka Putih Jakarta Pusat
Waroeng Steak and Shake is a steakhouse that stands with the concept of simplicityand the principles of Halalan Thayyiban. However, in its business activities, the Waroeng Steakand Shake menu is considered to have gradually increased and there are no bookings forevents. The purpose of this study was to analyze the implementation of the marketing strategyto increase the customers at Waroeng Steak and Shake which was reviewed through theMarketing Mix along with its obstacles and solutions. This research was conducted using adescriptive qualitative approach with observation and interview techniques. The resultsshowed that Waroeng Steak and Shake experienced an increase in July to December but alsoa decrease in the following six months in 2020, January to June. This was due to the Covid-19 Pandemic that has caused a decline or even setback in business sectors. However, the7P Marketing Mix strategy carried out by Waroeng Steak and Shake Cempaka Putih CentralJakarta actually increased the number of customers. Started from May to June 2020 thenumber of customers was stable, which means moving forward from the decline in theprevious months, considering the new normal situation with the health protocol enforced bythe government
Sistem Rekomendasi Wisata Kuliner di Yogyakarta dengan Metode Item-Based Collaborative Filtering
Sistem rekomendasi adalah sistem yang mampu memberikan rekomendasi item-item yang mungkin disukai oleh pengguna. Metode Collaborative Filtering merupakan salah satu metode pada sistem rekomendasi. Metode ini memanfaatkan penilaian pengguna berupa rating untuk memprediksi item yang mungkin diminati. Berdasarkan rating pengguna dari 1 - 5, nilai kemiripan dihitung menggunakan adjusted cosine similarity. Berdasarkan nilai kemiripan antar makanan, nilai prediksi rating makanan dicari menggunakan weighted sum. Penelitian ini menggunakan 23 makanan dan 22 pengguna sebagai data. Dalam mengimplementasikan metode item - based collaborative filtering, penulis melakukan metode pengumpulan data, perancangan tampilan, melakukan perhitungan manual, pembangunan sistem dan implementasi metode item - based collaborative filtering, melakukan pengujian MAE, pengujian Confusion Matrix, dan pengujian F1 Score. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh prediksi yang cukup akurat dengan 6 neighbor dan akurasi 83 %
Pengaruh Motivasi dan Pengembangan Karier Terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang
Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan ditingkat kabupaten untuk mencapai tujuan melalui kerjasama. Kerjasama dapat berjalan dengan baik jika semua unsur dalam organisasi terutama sumber daya manusia dapat terlibat secara aktif dan memiliki dorongan untuk bersama-sama dalam mencapai tujuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ketika praktik Internship Manajemen Pendidikan (IMP) terdapat beberapa hambatan mengenai motivasi kerja pegawai yang diamati melalui perilaku kerja, diantaranya : Menurunnya motivasi pegawai dalam melaksanakan tugasnya, terlihat dari masih kurangnya rasa tanggung jawab akan pekerjaan yang diberikan, beberapa pegawai yang tidak disiplin dengan ketentuan jam kerja hal ini mencerminkan bahwa semangat kerja para pegawai masih kurang. Menurunnya motivasi kerja para pegawai di Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang mengakibatkan terganggunya jalan untuk menuju tujuan dan sasaran dari lembaga tersebut dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Pengaruh Motivasi dan Pengembangan Karir secara bersama-sama Terhadap Kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang.Tipe penelitian adalah tipe penelitian deskriptif korelasional, Populasi dalam penelitian adalah seluruh pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang yang berjumlah 61 orang. pengambilan sampel sebanyak 50% dari 61 responden, sehingga jumlah sampel sebanyak 31 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Secara dominan responden menilai bahwa motivasi kerja pegawai pada Dinas pendidikan Kabupaten Tulang Bawang adalah cukup baik. Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai pada Dinas pendidikan Kabupaten Tulang Bawang. Secara dominan responden menilai bahwa pengembangan karir yang pada Dinas pendidikan Kabupaten Tulang Bawang cukup baik. Pengembangan karir berpengaruh secara positif terhadap kinerja pegawai pada Dinas pendidikan Kabupaten Tulang Bawang. Motivasi dan Pengembangan karir berpengaruh secara positif terhadap kinerja pegawai pada Dinas pendidikan Kabupaten Tulang Bawan
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
ABSTRAK
Pembelajaran merupakan proses yang sengaja dilakukan dalam waktu panjang untuk memperoleh perubahan perilaku dari individu atau organisme. Pembelajran yang dilakukan pada siswa Kelas IV-B SD Negeri Puntangsari dilakukan menggunakan model PBL. Penggunaan model PBL bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa mampu mmemecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya, dan dapat memahami langsung hasil pemecahan yang siswa lakukan serta akan lebih lama diingat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitain Tindakan Kelas (PTK). Karena yang menjadi objek dalam penelitian adalah siswa dan aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Penelitian dengan metode PTK ini dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II untuk mencapai tujuan dan indikator keberhasilan. Setiap siklus dilakukan dengan tahapn kegiatan yang sama. Berdasarkan data awa yang diperoleh pada ssaat penelitian, tarap kemampuan pemahaman siswa kelas IV-B SD Negeri Puntangsari sangat rendah. Rendahnya pemahaman siswa dilihat dari hasil pre tes yang menunjukkan hasil sebesar 0,00% siswa belum mencapai KKM sebesar 2,66. Rendahnya pemahaman siswa tersebut dikarekan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode konvensional. Setelah mengetahui hasil awal tersebut, kemudian dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tahapan pembelajaran dengan menggunakan PBL. Dengan pembelajaran demikian, pada siklus I pemahaman siswa mengalami peningkatan. Sebesar 58,60% dari 29 siswa yang mengikuti pre tes telah mencapai KKM, dan pada sisklus II pemahaman siswa meningkat kembali menjadi 93,50% dari 31 siswa telah mencapai KKM. Dengan demikian, penelitian terhadap pembelajaran dengan menggunakan model PBL pada siswa Kelas IV-B SD Negeri Puntangsari meningkat pada setiap tahap penelitia, dan penelitian berhasil mencapai indikator. Untuk pembelajaran selanjutnya, dalam pembelajaran guru dapat menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan karakteristik pembelajaran dan siswa yang akan mengikuti pembelajran. Selain metode, guru juga dapat menggunakan media dan alat perraga sesuai dengan kebutuhan belajar.
Kata kunci: Pemahaman, Problem Based Learning (PBL).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikatnya pendidikan merupakan upaya menyiapkan subjek (peserta didik) menghadapi lingkungan yang sedang mengalami perubahan pesat.Pendidikan merupakan solusi dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembentukan manusia seutuhnya. Hasil yang diharapkan dari proses pendidikan, manusia menjadi cerdas dan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam bermasyarakat dan bernegara.
Tujuan pendidikan nasional diatas dipaparkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 tentang sistem Pendidikan Nasional, yaitu: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Tujuan tersebut juga didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasionnal di atas, setiap jenjang pendidkan memiliki keterkaitan dalam mengantarkan siswa/ peserta didik menuju jenjang selanjutnya. Keterkaitan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 17, yaitu: 1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. 2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Mdrasah Idtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajatserta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.
Berdasarkan tujuan dan harapan dari UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasional, SDN Puntangsari memiliki cita-cita yang sama dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia. Cita-cita tersebut dituangkan dalam bentuk visi dan misi SDN Puntangsari.Visi SDN Puntangsari yaitu: unggul dalam prestasi, disiplin, beriman, bertaqwa dan berbudaya. Sedangkan misinya yaitu: 1) terwujudnya masyarakat sekolah yang berprestasi; 2) terciptanya masyarakat sekolah yang kondusif dan berkepribadian; 3) terciptanya masyarakat sekolah yang beriman dan bertaqwa; 4) terciptanya kerjasama yang sinergis antara masyarakat sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah; 5) terwujudnya masyarakat sekolah yang cinta terhadap budaya daerah setempat; 6) terciptanya inovasi pada bidang akademis dan non akademis.
Atas dasar UU RI serta visi dan misi yang dimiliki SDN Puntangsari, untuk mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut tentunya pembelajaranharus dengan sungguh-sungguh dilaksanakan sesuai dengan ketektuan-ketentuan yang ada.Memperbaiki pembelajaran yang telah ada tidak dapat dilaksanakan begiti saja.Perbaikan dalam pembelajaran harus berdasarkan permasalahan yang ada di sekolah atau di dalam kelas.Permasalahan pendidikan yang sering kita temui diantaranya, guru merupakan salah satu komponen utama dalam pendidikan.Keberadaan dan peran guru amat menentunkan keberhasilan pendidikan.Guru dalam meningkatkan profesionalnya, senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya melalui pendidikan, pelatihan, penataran, penelitian, dan penulisan serta penemuan- penemuan ilmiah, baik melalui wadah-wadah profesional maupun pertemuan umum.Guru yang memiliki tanggung jawab dan kepedulian tinggi terhadap pendidikanlah yang mau melakukan hal tersebut di atas.
Hasil pengamatan melalui observasi terhadap guru dan siswa kelas IV SDN Puntangsari di lapangan, menunjukkankegiatan belajar mengajar hampir didominasi sepenuhnya oleh guru dengan menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah, mencatat dan penugasan. Kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung diantaranya duduk rapi, mendengarkan guru mengajar, mencatat pelajaran, dan mengerjakan soal.Banyak juga siswa yang mengobrol dan asik dengan kegiatannya masing- masing selama pembelajaran berlangsung.Secara psikologis, sikap siswa yang demikian disebabkan karena kemampuan mendengarkan siswa hanyalah 10 menit, dan setelah lebih dari 10 menit siswa akan merasakan kejenuhan pada dirinya. Kebanyakan guru Sekolah Dasar menganggap bahwa dirinya sebagai pengantar pengetahuan.Jarang sekali dijumpai keaktifan belajar yang lebih jauh, seperti berdiskusi, melakukan penemuan, atau menguji suatu konsep atau teori dengan menggunakan salah satu pendekatan belajar. Pembelajaran yang demikian akan menimbulkan reaksi negatif bagi siswa, seperti: 1) Siswa terlihat lesu, tidak semangat bahkan mengantuk; 2) Siswa menganggap pembelajarannya membosankan; 3) Hasil dari pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang tercantum dalam tujuan pembelajaran.
Reaksi negatif di atas menimbulkan rendahnya pemahaman siswa dikarenakan metode yang digunakan guru belum sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV yang sedang dihadapi, yaitu siswa kelas IV berusia sekitar 10-11 tahun yang sedang berada dalam fase perkembangan perasi konkret.Melihat daftar nilai ulangan siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SDN Puntangsari dengan KKM 61, dari 28 siswa masih terdapat banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM. Banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM 61, menunjukkan salah satu bukti nyata dari rendahnya pemahaman siswa kelas IV SDN Puntangsari terhadap pembelajaran 4 subtema keberagaman budaya bangsaku, dengan menggunakan kurikulum 2013 yang mana pada pembelajarannya tidak lagi terpisah antar disiplin ilmu namun memadukan beberapa disiplin ilmu yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Materi dari setiap disiplin ilmu yang dipadukan yaitu; pada IPA materi sumber bunyi, pada IPS materi alat music tradisional, dan pda PKn materi pengamalan nilai-nilai pancasila pada kehidupan sehari-hari.Pembelajaran pada setiap disiplin ilmutersebut di Sekolah Dasar harus menggunakan model atau pendekatan yang berhubungan langsung dengan dunia nyata siswa tersebut, serta melibatkan keaktifan siswa secara keseluruhan berdasarkan 5 prinsip pembelajaran yang diadopsi dari prinsip pembelajaran matematika, yaitu: 1) Minds on activity (aktivitas berfikir); 2) Hands on activity (aktivitas tangan); 3) Daily life (kehidupan sehari-hari); 4) Local material (mengunakan alat bantu yang ada di sekitar); 5) Contructivition (siswa mengkontruksi pengetahuannya).
Berdasarkankarakteristik siswa dan 5 prinsip pembelajaran di atas, metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran di kelas IV Sekolah Dasar dengan tema “Idahnya kebersamaan”, subtema “Keberagaman Budaya Bangsaku” pembelajaran 4adalah model Problem Based Learning/ PBL atau Pembelajaran berbasis masalah/ PBM.Model pembelajaran tersebut dilandasi oleh teori belajar dari David Ausuble, Vigotsky dan Jerome S. Bruner.
Model pembelajaran berbasis masalah/ PBM/ PBL ini menekankan pada keaktivan siswa dalam pembelajaran.Inti dari pembelajaran menggunakan PBL/ PBM ini adalah adanya suatu masalah yang haris dipecahkan oleh siswa. Masalah yang digunakan adalah masalah nyata yang sering ditemui siswa dalam kehidupannya, sehingga siswa harus berpikir kritis untuk menemukan solusi guna memecahkan masalah yang dihadapinya agar mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting dari pembelajaran yang ia lakukan.
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul“Penggunaan model Problem Based Learninguntuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV semester 1 pembelajaran 4 subtema keberagaman budaya bangsaku di SDN Puntangsari.”
Penelitian dengan menggunakan model yang sama juga pernah dilakukan oleh mahasiswa PGSD FKIP UNPAS BANDUNG tiap tahunnya dengan kurikulum KTSP, dimana pembelajaran antar disiplin ilmu masih terpisah satu sama lainnya. Penelitian serupa yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya menginformasikan atau menunjukkan hasil ynag baik, dimana pada penelitian-penelitian tersebut terbukti jelas adanya keberhasilan dari penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).Keberhasilan tersebut menunjukkan adanya perubahan dan peningkatan kemampuan siswa yang menjadi subjek penelitian, baik secara kognitif maupun psikomotor dan afektipnya.
Berdasarkan keberhasilan yang diraih oleh peneliti sebelumnya, dengan menggunakan atau menerapkan kurikulum 2013 peneliti pada kesempataan ini juga mengharapkan hal dan keberhasilan yang sama dalam penelitian tindakan kelas kali ini.
B. Identifikasi Masalah
Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang dilakukan.
2. Pembelajaran tidak interaktif. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak dimotivasi untuk melakukan komunikasi dengan teman sebayanya terkait pembelajaran yang mereka pelajari.
3. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sementara siswa pasif. Hal tersebut dikarenakan guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah dan penugasan kepada siswa.
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah Penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV semester 1 pembelajaran 4 subtema keberagaman budaya bangsaku di SDN Puntangsari?”
2. Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah utama yang diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batasan-batasan yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci sebagai berikut:
a. Bagaimana prestasi hasil belajar siswa sebelum pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning(PBL)?
b. Bagaimana respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning(PBL)?
c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL)?
d. Bagaimana sktivitas guru selama pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning(PBL)?
e. Bagaimana prestasi hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning(PBL)?
D. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan judul PTK dan latar belakang yang ada serta adanya masalah yang diidentifikasi, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti agar waktu yang ditentukan dapat digunakan secara maksmal. Masalah yang diambil oleh peneliti adalah:
1. Hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu aspek kognitif siswa berupa pemahaman konsep.
2. Materi yang akan dikaji dalam penelitian adalah pembelajaran 4 subtema keanekaragaman budaya bangsaku.
3. Objek dalam penelitian ini hanya siswa kelas IV-B SDN Puntangsari Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV SDN Puntangsari dalam pembelajaran 4 subtema keanekaragaman budaya bangsaku dengan menggunakan model Pembelajaran Based Learning (PBL).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pemahaman konsep siswa kelas IV dalam pembelajaran 4 subtema keanekaragaman budaya bangsaku dengan menggunakan model Pembelajaran Based Learning (PBL).
b. Mengetahui aktivitas belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran4 subtema keanekaragaman budaya bangsaku dengan menggunakan model Pembelajaran Based Learning (PBL).
c. Mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, serta kemampuan intelektual siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi guru, dapat memberikan kontribusi positif untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
G. Kerangka atau Paradigma Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang berhasil diidentifikasi, kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1: Bagan Kerangka Penelitian
Masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah bagaimana meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV terhadap pembelajaran 4 subtema keanekaragaman budaya bangsaku dengan menggunakan model Pembelajaran Based Learning (PBL)? Penelitian tindakan kelas ini, peneliti memilih “model Pembelajaran Based Learning (PBL)” sebagai solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran 4 subtema keanekaragaman budaya bangsaku.Pemilihan model Pembelajaran Based Learning (PBL) ini dilandasi oleh teori belajar dari David Ausuble, Vigotsky dan Jerome S. Bruner.Pemilihan model PBL ini tidak hanya didukung oleh teori belajar dari para ahli tersebut, namun didukung juga oleh karakteristik, ciri, dan kelebihan yang dimiliki oleh model Problem Based Learning (PBL) itu sendiri.
Karakteristik Model Problem Based Learning(PBL) adalah; 1)Belajar dimulai dengan satu masalah; 2)Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa; 3)Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu; 4)Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar; 5)Menggunakan kelompok kecil; dan 6)Menuntut siswa untuk mendemontrasikan yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Ciri-ciri model Problem Based Learning/ PBL adalah; 1)Pengajuan pertanyaan atau masalah; 2)Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu; 3)Penyelidikan autentik; 4)Menghasilkan Produk/ karya dan memamerkannya; 5)Kerja sama.
Kelebihan yang dimiliki oleh model Problem Based Learning(PBL) adalah: 1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan konsep tersebut; 2)Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntuk keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; 3)Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna; 4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bias meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajarinya; 5)Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu member aspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap social yang positif dengan siswa lainnya; 6)Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan; 7)PBL diyakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok, karena hampir disetiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.Dibalik kelebihan tersebut, terdapat juga kelemahannya. Kelemahan dari model Problem Based Learning(PBL) adalah; 1)Bagi siswa yang malas, tujuan dari model PBL tersebut tidak akan tercapai; 2)Membutuhkan banyak waktu dan dana; serta 3)Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode PBL.
Instrument yang digunakan dalam pengumppulan data penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk instrument tes (pretes dan postes) dan lembar observasi terhadap siswa dan guru.Berdasarkan instrument tersebut, kemudian dilakukan pengolahan data untuk menentukan data awal dari siswa dan keadaan kelas yang menjadi objek penelitian.Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis hasil pretes dan lembar observasi. Data awal tersebut dijadikan acuan untuk menentukan indikator keberhasial yang harus dicapai dalam penelitian dan merancang langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Akhir dari penelitian,peneliti mengharapkan terjadinya peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran sumber bunyi yang dilihat dengan membandingkan hasil pretes dengan hasil postes yang dilakukan oleh siswa.
H. Asumsi
Berdasarkan kerangka atau paradigm penelitian yang dipaparkan di atas, maka asumsi-asumsi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menurut Tan (dalam Rusman, 2013; 232) mengatakan “pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macan kecerdasan yang diperlukan dalam melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.” Pada pembelajaran menggunakan PBL, siswa dituntuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata, sehingga siswa memahami konsep yang ia temukan sendiri.
2. Menurut Rizema (2013; 67) menyatakan “model pembelajaran PBL menekankan keaktifan siswa. Pembelajaran menggunakan model ini siswa dituntuk untuk memecahkan suatu masalah.” Pembelajaran dengan memecahkan masalah, akan membawa siswa mengalami pembelajaran yang bermakna, sehingga dari kebermaknaan tersebut siswa akan mengingat lebih lama konsep yang ia temukan sendiri dan siswa akan merasa lebih berkesan.
3. Menurut Rusman (2013, 247) mengatakan “pendekatan PBL berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dalam dari individu yang berada dalam sebuah kelompok/ lingkungan untu memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan kontekstual.”Pembelajaran dengan PBL merupakan pembelajaran yang kontektual, yang memungkinkan siswa melakukan pembelajaran dari lingkungan kehidupan yang dialami siswa, sehingga pembelajarannya bersifat konkrit tidak abstrak.
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka penelitian dan asumsi yang dijelaskan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Penggunaan model Problem Based Learningdapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV semester 1 pembelajaran 4 subtema keanekaragaman budaya bangsaku di SDN Puntangsari?”
J. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dari istilah yang digunakan dalam pembahasan ini, maka istilah yang digunakan didefinisikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran adalah hasil dari memori, kognisi dan meta kognitis yang berpengaruh terhadap pemahaman. Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. (model-model pengajaran dan pembelajaran, Miftahul Huda; 2013; 2).
2. Masalah adalah sesuatu hal yang harus dipecahkan (kamus umum Bahasa Indonesia).
3. Pemahaman adalah mengerti benar, mengetahui benar, memaklumi. (kamus umum Bahasa Indonesia).
4. Model Problem Based Learning(PBL) menekankan keaktifan siswa. Pembelajaran dengan model ini siswa dituntuk untuk memecahkan suatu masalah. (Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, 2013; 67)
5. Pendekatan model Problem Based learning(PBL) berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dalam dari individu yang berada dalam sebuah kelompok/ lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan kontekstual. (Model-model Pembelajaran, Rusman; 2013; 247)
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar, merupakan kata yang sering kita dengar setiap waktu.Katabelajar memiliki banyak pengertian, baik secara sempit ataupun secaara luas yang dikemukakan oleh para ahli.Secara sempit dalam kamus besar Bahasa Indonesia, arti belajar adalah berusaha (berlatih, dsb) supaya mendapat suatu kepandaian.
Pengertian belajar secara luas dikemukakan oleh beberapa pendapat, antara lain: “Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang seb
Perilaku Pencegahan Penularan dan Faktor-Faktor yang Melatarbelakanginya pada Pasien Tuberculosis Multidrugs Resistance (TB MDR)
Tuberculosis Multidrugs Resistance (TB-MDR) merupakan masalah serius di Indonesia. Selain memiliki risiko penularan yang tinggi, TB-MDR mempunyai banyak hambatan dalam pengobatan, baik lama pengobatan, jumlah obat yang banyak, dan efek samping yang buruk. DHal ini menjadi penting mengidentifikasi perilaku pencegahan penularan pada pasien TB-MDR beserta faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku penderita TB-MDR dalam mencegah penularan beserta faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian deskriptif korelasional ini melibatkan seluruh pasien TB-MDR yang sedang menjalani pengobatan fase intensif hingga November 2014 di Rumah Sakit Hasan Sadikin sebanyak 61 orang. Data karakteristik responden, perilaku dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan dihubungkan satu sama lain (independent t-test, one way annova, dan Pearson Correlational test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpendidikan SMA (54,1%), berjenis kelamin laki-laki (60,6%), tipe MDR gagal pengobatan kategori 1 & 2 (60,7%), berusia < 44 tahun (68,9%), sebagian besar menikah (75,4%) dan berpenghasilan di bawah UMR (81,9%), serta mengeluhkan efek samping berupa mual (90,1%). Lebih dari setengah responden (57,4%) melaporkan perilaku pencegahan penularan yang baik. Perilaku pencegahan penularan ditemukan berhubungan secara bermakna dengan jenis kelamin (p = 0,01), perceived benefit (p = 0,02), cues to action (p = 0,00), dan self efficacy (p = 0,006). Akan tetapi, tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku pencegahan dengan data demografi (usia, satatus pernikahan, tingkat pendidikan, dan penghasilan) maupun tipe MDR (p>0,05). Hal ini menjadi penting bagi tenaga kesehatan untuk memperkuat faktor tersebut sebagai upaya meningkatkan perilaku pencegahan transmisi/penularan TB.Kata kunci: Faktor, pencegahan penularan, TB-MDR. Prevention Behaviors and Its’ Contributing Factors among Patients with Multi-drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB)AbstractMulti-drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB) is a serious health problem in Indonesia. Beside the risk of transmission, the treatment of MDR-TB encounters some obstacles namely lengthy medication, multiple drugs and adverse side effects. Therefore, it is important to identify patients’ prevention behaviors and its contributing factors. This study was aimed to identify MDR-TB patients’ prevention behaviors and its’ contributing factors. This descriptive correlational study involved all (61 patients) of MDR-TB patients who received intensive medication until November 2014 in Dr. Hasan Sadikin Hospital. Demographic and health characteristics data, as well as behaviors and its related factors were collected using questionnaires. Data were analyzed using descriptive analyses and correlational test (independent t-test, one way ANOVA, and Pearson correlation test). The results showed that more than half of respondents were male (60.6%), MDR with failed medication type 1 & 2 (60.7%), age less than 44 years old (68.9%), mostly married (75.4%), had income less than minimum standard (81.9%), and experienced nausea as the medication’s side effect (90.1%). Additionally, more than half of respondents (57.4%) reported good prevention behaviors. These behaviors significantly related to female gender (p = 0.01), perceived benefit (p = 0.02), cues to action (p = 0.000), and self-efficacy (p = 0.006). However, there was not any significant relationship between the prevention behaviors and demographic data (age, educational level, marital status, and income) or between the behaviors and patients’ medication categories (p > 0.05). Generally, MDR-TB patients in this study performed good preventive behaviors and it was related to their perceived benefit, cues to action, and self-efficacy. Therefore, it is important for healthcare professional to empower these identified factors in order to minimize the MDR-TB transmission.Key words: Factors, MDR-TB, prevention behaviors
MENINGKATKAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN SETTING KOOPERATIF TIPE NHT
The problem raised in this research is that students' ability in making mathematical connections is still relatively low. This is because some of the theories in the learning of teachers still enjoy this way of learning, meaning that the students are only recipient of information without inspiration to active. Therefore, the authors are interested to conduct research by applying an NHT cooperative model setting to improve mathematical connection ability of junior high school students. This study aims to determine whether the knowledge of mathematical connections of junior high school students using learning methodology is better than junior high school students using ordinary learning. This research was conducted in SMP Krida Utama Padalarang Class VII, with research method the research used is quasi-experimental method. The sample of this research is taken two classes namely class VII A as experiment class and class VII B as control class. The research instrument is a set of mathematical connection test questions consisting of 5 test questions, and then tested by using a statistical test of differential. Based on the results of research and data processing, the authors conclude that the ability of mathematical connections of junior high school students whose learning using open-ended approach with learning model setting NHT type cooperative learning is better than the mathematical connection ability of junior high school students whose learning using ordinary learning