16 research outputs found

    Kontribusi Sastra Anak dalam Pembentukan Kepribadian Anak

    Full text link
    Just like adults, children, too, need various information ofthe world, ofall the things present and happening in their surroundings. To support the growth oftheir self-identity and personality, efforts should be madeto fulfil that need. Providing them with what is right­ fully theirs is the duty ofadults and at the same time a form oftheir appreciation ofchildren. Storytelling is one way to provide them with the information they need. Everyone likes and has.a need ofstories. Stories present and make dialogues about life in appealing and concrete ways. Through stories told, children gain the various infonnation they will need in their life.The stories intended for children\u27s consumption can be taken from and given through children\u27s point of view as the focus ofnarration. It is believed that children\u27s literature contributes greatly to the development ofchildren\u27s personality in the process ofcoming to adulthood as persons possessing clear self-identity. It is believed that literature can be a means ofimplanting, fostering, developing, and preserving values considered good and worthy by the family, society, and nation.The implantation ofvalues can be done right from the time children are still unable to speak and write will. The contribution ofchildren\u27s literature to children\u27s personality develop­ ment can be roughly differentiated into that concerning personal values and that concerning educational values, the former related to emotional and intellectual development, the development ofthe imagination, and that ofthe social, ethical, and religious senses and the latter related to the desire for exploration and discovery, to language development, to the development ofesthetic values, to multicultural insights, and to the implantation ofthe reading habit

    Penilaian Otentik

    Full text link
    In the era of Competency-Based Curriculum/School-Based Curriculum, theassessment emphasizes students' performance in each subject. They are required toacquire not only the cognitive aspect but also the performance aspect. Oneassessment model relevant to this is the authentic assessment. Such an assessmentemphasizes students' ability to meaningfully demonstrate the knowledge theyhave acquired. The assessment not only asks questions about the knowledge theyhave acquired, but also requires the actual performance relevant to the knowledge.There are some differences between a traditional assessment and an authenticassessment. The former emphasizes the elicitation of knowledge the students haveacquired through objective tests, while the latter emphasizes the tasks that makethe students practice meaningfully learning outcomes in real life, reflecting themastery of knowledge and skills in a particular subject. The necessary steps todevelop an authentic assessment include (1) setting the standard; (2) assigningauthentic tasks; (3) selecting the criteria; and (4) designing the rubric. One popularauthentic assessment at present is the portfolio assessment model. This model is aclass-based assessment conducted during the learning process. A portfolio is acollection of students' works systematically arranged during a certain learningperiod, used to monitor the development of the students' knowledge, skills, andattitudes in a particular subject

    Pengembangan Model Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Bahasa

    Full text link
    Developing a Model of Authentic Assessment in Language Learning. Thisstudy aims to produce a guidebook to authentic assessment in language learning,conducted in three years. In the first year, a field survey was conducted to obtaininformation about learning and assessment from Indonesian language teachers ofjunior high schools in Yogyakarta Special Territory and from researcher colleagues.The data were collected through questionnaires, interviews, documents, trainingand assistance, and focus group discussion. The data from the questionnaires wereanalyzed by percentage and other data by the qualitative descriptive technique.The survey shows that (1) generally teachers have not understood andimplemented authentic assessment in language learning, (2) strategies to empowerteachers are implemented through training, workshop, and assistance on designingand implementing authentic assessment, (3) teachers and researcher colleaguesexpect that the guidebook contains concepts of authentic assessment to measurelanguage competence, uses simple language, is easy to follow, and providesconcrete examples, and (4) the guidebook can accommodate the expectations

    Sastra sebagai Pemahaman Antarbudaya

    Full text link
    Pemahaman antarbudaya merupakan USAha untuk memahamikehidupan sosial budaya berbagai bangsa ~ain di dunia yang amat bergunauntuk menjalin hubungan dan kerja sama antarbangsa. Ada banyakeara memahami budaya bangsa lain yang meneakup berbagai aspekkehidupan. dan salah satunya adalah pemahaman lewat karya sastra. Dimanapun dan kapanpun sastra dituEs tidak pernah lepas dari situasikekosongan budaya. Sastra akan meneerminkan pola kehidupan budayamasyarakat yang menjadi setingnya. Kelahiran karya sastra diprakondisioleh kehidupan sosial budaya masyarakat di mana pengarang menjadibagian di dalamnya. Dengan demikian. membaca dan mempelajari karyasastra secara langsung atau tidak langsung berarti mengenal dan memahamikehidupan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.Genre sastra yang paling komprehensif memberikan saranapemahaman antarbudaya adaJah karya liksi khususnya novel. Novel yangpaling baik dibaca u.ntuk. tllj.lIan tersebut adalah yang berseting tipikal,khususnya yang menyangkut lInsllr latar sosial budaya. Novel yangberlatar budaya tipikal akan menggambarkan keadaan kehidupan sosialbudaya masyarakat yang bersangkutan secara rellektif, dan karenanyadapat dipandang bersifat dokumentatif. Karya-karya semacam SriSilmarah, Pengakllan Pm·O'em. Canting, dan Para Priyayi merupakancontoh karya yang secara meyakinkan mercfleksikan budaya Jawa didalamnya.

    Implikatur Percakapan (Sebuah Tinjauan Psikolinguistik)

    Full text link
    Dalam percakapan sehari-hari orang tidak selarnanyamempergunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang bermaknaliteral, meJainkan juga memakai bentuk-bentuk lain yang 0ermaknatidak langsung. Walau antara bentuk kebahasaan yangdipakai dengan makna yang dimaksud tak ada kesesuaian,orang rnasih dapat memahami maksud pembicaraan denganmembuat implikatur-implikatur. lrnplikatur merupakan maknaekstra yang sengaja diinferensikan untuk menjembataniperbedaan antara bentuk kebahasaan yang dipakai denganmakna yang dimaksudkan dalam konteks prakmatikpercakapan. Implikatur memberikan penafsiran pragmatisyang mampu melewati dan rr:enembus b,atas-batas strukturallinguistik. lmplikatur' lebih diderivasikan dari struktur logikaatau semantis daripada 'struktur lahir kebahasaan.Untuk dapat memanfaatkan implikatur secara b~ik.ada semacam aturan yang perlu dipatuhi pembicara, yaituyang disebut maksiro percakapan. Ada empat macam maksim.yaitu maksim kualitas yang bei"kaitan dengan kebenaraninformasi yang dikatakan, maksiro kuantitas yang berupatuntutan berbicara seperlunya, maksim relasional yang bcrkaitandengan kerelevansian dengan sesuatu yang dituturkan,dan maksim 'cara yang berwujud cara mengemukakan sesuatu.Maksiro Cara inilah yang dalam banyak hal menentukan stile"penuturan seseorang. Bentuk metafora -yang memiliki keunggulankarena kemarnpuannya rnengemukakan banyak dengansedikit kata- yang sering ban yak dipergunakan dalam percakapandapat dipahami dengan memanfaatkan jasa implikaturterutama yang berupa maksiro relasional. Dampak bagi pengajaranbahasa dan sastra di sekolah adalah perlunya pengajaranpembuat~n implikatur-implikatur karena kemampuan itutak akan diperoleh begitu saja oleh anak

    Wayang Dan Pengembangan Karakter Bangsa

    Full text link
    Wayang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity (‘Karya-karya Agung Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia\u27). Wayang diakui sebagai karya agung karena wayang memunyai nilai tinggi bagi peradapan umat manusia. Wayang sarat nilai, baik yang tercermin pada karakter tokoh, cerita, maupun berbagai unsur lain yang mendukung. Semua itu baik dijadikan rujukan pengembangan karakter bangsa. Banyak orang tua yang menamai anaknya dengan nama tokoh wayang yang berkarakter. Setelah diakui sebagai karya agung, wayang harus dilestarikan eksistensinya, dan itu menjadi tugas seluruh bangsa di dunia khususnya bangsa Indonesia yang memiliki budaya wayang tersebut. Kita harus memercayai bahwa eksistensi bangsa Indonesia dewasa ini tidak lepas dari nilai-nilai luhur tradisional yang memiliki sejarah yang amat panjang dalam mengawal pertumbuhan dan kemajuan bangsa ini yang salah satunya adalah budaya wayang. Dalam era global dewasa ini keunggulan lokal amat dibutuhkan karena hal itulah yang membedakaannya dengan etnis dan bangsa lain

    Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak

    Full text link
    Universally, various psychological aspects of children develop through certain stages according to their age level. They go through stages of intellectual,moral and emotional developments, stages of personality and language developments, and stages in the growth of their concept about stories. Each type of development is divided into specific stages. Piaget divides children\u27s intellectual development, for example, into four stages: the sensory-motor, pre-operational, concrete operational, and formal operational stages. These stages come in accordance with their age development.Each stage has characteristics distinguishing it from anya other stage. The difference in characteristics logically implies in turn a difference in their response to reading matter. Consequently, in selecting reading matter for children, one should consider their age in order to make the selection match their psychological development of children of a certain age level would make the reading matter become uncommunicative because it is too difficult for them or make it uninteresting and boring for them because it is too easy or too simple

    Sastra Anak dan Pembentukan Karakter

    Full text link
    Children's Literature and Character Building. This article aims todescribe roles and strategies of the learning of children's literature in charactereducation. In terms of the materials, literature has already contained “rawmaterials” to build children's character. Literature is culture in action containinglife models. The concept of people with ideal character highly appreciatingmorality and great values is concretely manifested in the story characters' attitudesand behaviors. Children can imitate the heroes with ideal norms and take theirattitudes and behaviors as examples. Moreover, at their age, children like to imitatebehaviors of people that they admire. To prevent literature learning from becomingrote learning, teachers and parents should work in synergy to help children read,understand, and give examples of concrete attitudes and behaviors so that theinternalization process takes place. Therefore, story-telling activities for childrenshould be routinely conducted and reading habits should be inculcated since theearly age

    Rambu Pembelajaran Danpenilaian Sastra Anak

    Full text link
    Efforts to develop children's personality to the optimum should be made viavarious aspectsmlife, one of which is children's literature. Such literature is atpresent believed to be able to significantly.contribute to the shaping of children'spersonality. Therefore,it needs to be given its proper place in the learning andlearning achievement evaluation activities at school, which is in line with what isstated in the curriculum now in use, i.e., KTSP (short for Kurikulum Tingkat SatuanPerfdidikan, which means the Curriculum at the Level of Educational Unit), forelementary school in referring tothe school subject Pendidikan Bahasa Indonesia(which means Education in the Indonesian Language).In running classes of children's literature for children of pre"school age throughto early adolescence in elementary school and early junior high school classes, oneshould pay attention to a number of significant related matters. They are, amongothers, the learning objective, type of children's literature, selection of learningstrategy, utilizationof media, development of teacher creativity, and showing ofteacher attitude expressing empathy. Evaluationis also related here becauseleartlingalways goes together with its evaluation. The techniques ofevaluation thatcOnldbe made use of are, among others, those employing quizzes, assignments,Observations, interviews,and portfolios. The learning and evaluation activities arenot -to be limited to the classroom. Most are to be done ontside the classroom bycondncting collaborations with parent

    Prioritas Penentuan Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sastra Remaja

    Full text link
    Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan sikap dan pendapat guru SMP/MTs terhada penentuan prioritas nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran sastra remaja, genre, dan stratepenyajian bahan ajar. Subjek penelitian adalah guru Bahasa Indonesia di DIY dengan sampel sebanya30 orang, hadir 24 orang, dari keempat kabupaten dan satu Kota Madya. Pengumpulan data dilakukalewat angket, wawancara, dan sumbang saran di FGD. Data dianalisis dengan teknik deskriptkualitatif dan penghitungan persentase. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Penentuan prioritanilai-nilai karakter perlu untuk memudahkan pemantauan, pengawasan, dan penilaian. Nilai karaktyang dipilih guru adalah nilai religius, jujur, cinta tanah air, peduli lingkungan, tanggung jawab, serkreatif, gemar membaca, disiplin, dan mandiri. (2) Pemilihan genre tampak masih terpola padpembagian sastra kanonik-dewasa, namun ia harus mencakup keseluruhan genre sastra remaja. (3)Penyajian bahan ajar ditekankan pada yang mendasarkan diri pada prinsip pembelajaran kontekstuadan multintelenjjens dengan teknik penilaian otentik
    corecore