5 research outputs found

    Peran guru (rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam) dalam mengatasi masalah bullying (study kasus siswa MA NU 01 Banyuputih)

    Get PDF
    Dalam masa sekolah yang dilalui remaja, tidak semuanya berjalan dengan lancar, kadang disekolah para remaja banyak mengalami permasalahan, baik dalam hal akademik maupun permasalahan dengan teman-teman sebaya. Permasalahan dengan teman sebaya antara lain: mengolok-olok teman yang lain, ataupun melakukan kekerasan terhadap teman yang dianggap lemah. Hampir setiap anak mungkin pernah mengalami satu bentuk perlakuan yang tidak menyenangkan dari anak yang lebih tua atau lebih kuat. Bullying dalam sekolah mempunyai macam kemasan seperti: kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku nonverbal langsung, perilaku nonverbal tidak langsung, dan pelecehan seksual. Hal tersebut diatas, mengenai kekerasan pelajar bisa saja terjadi di lembaga pendidikan islam seperti Madrasah Aliyah Nahdlotul Ulama’ (MA NU) 01 Banyuputih, meskipun fenomena yang ada tidak menampakkan proses bully secara jelas. Nyatanya, mayoritas siswa belum begitu mengetahui tindakan yang telah dilakukan, mereka belum sadar bahwa selama ini mereka melakukan tindak atau menjadi korban bully, seperti kata-kata kasar antar teman, penghinaan, memanggil nama dengan sebutan yang tidak semestinya, dan lain-lain. Fenomena bullying yang terjadi di MA NU 01 Banyuputih tidak dapat terlihat jelas, namun setelah dipahami lebih lanjut dengan pendekatan dan pengamatan kekerasan dapat dilihat. Baik yang kekerasan fisik maupun non fisik. Kekerasan fisik antar siswa MA NU 01 Banyuputih dapat dikatakan sedikit bahkan tidak ada. Berbeda dengan kekerasan non fisik, hal tersebut masih ada meskipun jumlah atau kadarnya tidak banyak dan berat. Bullying non fisik yang terjadi di MA NU 01 Banyuputih antara lain, mengejek dan menghina antar teman. Namun secara sepihak juga siswa-siswa madrasah tersebut tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Banyak dari mereka yang melakukan tindakan tersebut kurang memahami dampak yang ditimbulkan. Mereka berasumsikan bahwa bercanda merupakan dasar yang mereka gunakan, namun tidak sedikit yang berawal dari candaan menimbulkan masalah yang besar. Untuk mengatasi masalah bullying menjadi peran guru, jadi dalam menjalankan perannya guru harus mempunyai cara untuk menyelesaikannya. Peran tersebut antara lain dengan menjalankannya program bimbingan dan pengarahan. Seperti guru MA NU 01 Banyuputih misalnya, mereka mempunyai cara dengan melakukan langkah pencegahan seperti bimbingan dan pengarahan yang dilakukan saat KBM, juga langkah penyembuhan yang dilakukan dikantor. Selain itu juga guru MA NU memberikan hukuman-hukuman yang cukup bagus dalam menunjang pendidikannya seperti menghafal surat-surat Qur’an, hadits, Asma’ulhusna, tahlil, dan lain-lain. Selain itu juga mempunyai hukuman yang memberatkan yang bertujuan memberikan efek jera pada pelaku. Disisi lain yang tidak bisa ditinggalkan oleh guru adalah melakukan pengawasan terhadap anak didiknya. Fenomena yang terjadi di MA NU 01 Banyuputih menjelaskan bahwa Madrasah mempunyai siswa-siswi yang menjadi agen-agen pengawasan yang dibimbing oleh guru MA NU 01 Banyuputih, melakukan pengawasan melelui sosial media, dan menjalankan program kebijakan kepala madrasah dalam guru piket harian melakukan pengawasan, pengarahan, dan bimbingan. Beberapa cara tersebut digunakan oleh guru-guru rumpun mata pelajaran PAI, yang diharapkan mampu melindungi murid-muridnya dari belenggu bullying. Berdasarkan beberapa macam-macam cara guru rumpun mapel PAI dan madrasah dalam mengatasi masalah bullying yang belum dijumpai adalah mengenai school bullying di MA NU 01 Banyuputih, pendidikan bullying dirasa akan sangat membekali peserta didik dalam pengetahuannya mengenai kekerasan baik sebab dan akibatnya yang ditimbulkan. School bullying harus dilakukan sedini mungkin dari pihak sekolah, disampaikan pada saat penerimaan siswa baru yang dikemas dalam MOPDIK siswa. Dengan membahas bullying dari segi agama, sosial, psikologi, dan umum, itu akan menjadi tambahan keilmuan siswa sehingga hal itu akan menjadi kontrol awal ketika mereka akan menjadi pelaku bullying

    Tree biomass equations for tropical peat swamp forest ecosystems in Indonesia

    No full text
    To assist countries to reduce emissions from deforestation and forest degradation, the United Nations has introduced the REDD+ mechanism. This performance-based incentive mechanism requires accurate quantification of carbon stock and emissions. However, currently there are limited existing local or regional equations for estimating aboveground biomass in peat swamp forests. The main objective of this study was to define the most accurate models for aboveground biomass estimation in Indonesian peat swamp forests. We found that the pan-tropical equations performed better in estimating biomass of peat swamp forests than did existing local equations. We developed new equations, based on 148 trees from 24 families with diameter at breast height in the range of 2–167 cm collected from peat swamp forests in the western part of Indonesia. Statistical indicators showed that the best model form was the common linear one using log-transformed data. Estimated biomass values needs to be back-transformed applying correction factors. The ratio estimator correction factor which derives from the ratio between the average of measured biomass and the average of predicted biomass, was found to provide the lowest mean deviation. The existing pan-tropical equations performed similarly to our mixed species and dipterocarp models but they systematically under- or over-estimated the biomass of certain species groups, especially non-dipterocarp trees. We also found that grouping by family (dipterocarp vs. non-dipterocarp) and wood density class (hardwood vs. softwood) significantly improved the accuracy of biomass estimation. In the absence of wood density values, wood density-class specific equations, instead of mixed-species equations improved the accuracy of biomass estimates

    Magnitude and biophysical regulators of methane emission and consumption in the Australian agricultural, forest, and submerged landscapes: a review

    No full text

    Natural Sources of Anti-inflammation

    No full text
    corecore