861 research outputs found

    Design of Equipment Rack with TRIZ Method to Reduce Searching Time in Change Over Activity (Case Study : PT. Jans2en Indonesia)

    Get PDF
    Janssen is a manufacturing plant that works in furniture assembly. Component shortages often occurs, it will cause the increase of work in process (WIP) in assembly section. In previous studies, we analyze the root causes with FMEA and then it is resulted that router section is the constraint of the system. There are many non value added activities such as searching and transportation caused by a messy condition of work places and the devices that aren’t put in the right place. The impact is that the time allocated for every change over is higher than before. There are many components that are worked by the router section, so improvements are needed to minimize changes in over time. 5S method and the use of a new design of rack by TRIZ method are suggested for fixing the conditions of work environment. It is expected to eliminate non value added activities and changes in over time. Result shows that we can reduce non value activities in change over of regular components up to 41% and the elimination of this time is 41,6%. The non value activities in changeover of new items is 36,6% and this elimination of time is 53,3%. Key word : change over, kaizen, design, TRIZ metho

    THE EFFECT OF STORAGE ON PHYSICAL, CHEMICAL AND MICROBIOLOGICAL CHARACTERISTICS OF FISH WASTE ACIDIFIED USING FERMENTED VEGETABLES WASTE EXTRACT

    Get PDF
    Fish waste (“ikan rucah”) is part of discarded fishing product, which is composed by non-food categorized fish (NFC-fish). Quality of NFC-fish meal that was made by dipping in extract of fermented vegetable’s waste has been reported better than commercial fish meal, but the effect after storing remained in question. Experiment was conducted to study the effect of different time of storing on physic-organoleptical, chemical and microbiological characteristics of the acidified NFC-fish meal that was made by dipped in extract of fermented vegetable’s waste (FVW-exctract). The NFC-Fish was soaked in the FVW-exctract by the ratio 1:1 (w/v) for 4 hours, and then it was dripped out and dried. The dried fish was ground passed through 20 mesh, kept into plastic bags and stored at the room temperature (23-25 °C and 70-80% RH) for 0, 1, 2 and 4 months. Physic-organoleptical, chemical and biologycal characteristics were parameters observed. Experiment was conducted by completely randomized design (CRD). Data were analysed by the GLM of SAS. Actual number of moisture, crude protein, extract ether, and proteolytic bacteria of fish meal were significantly influenced by time of storing (P<0.05). Dipping NFC-fish in the FVW-exctract effectively maintain the physical characteristics, pH, moisture, crude protein, extract ether and the number of proteolytic bacteria of fish meal up to 2 months of storage. Dipping NFC-fish in the FVW-exctract provide better characteristics on physical, chemical and microbiologycal than the commercial fish meal at the same condition of storage

    Physical and Microbiological Perfomances of Acidified Fish Meal Made by Dipping Into Extract Solution of Sauerkraut

    Full text link
    An experiment was conducted to examine the influence of soaking time into extract solution ofSauerkraut on physic and microbial performances of acidified fish meal. Sauerkraut extract (LPS'ssollution) was made by fermentation of wastes vegetable market for 6 days. The LPS-extract was used toacidify " ikan rucah" by the method of dipping for 0, 4 and 8 hours. Changes in pH, the total number ofbacteria, fungi and proteolytic bacteria, moisture content, odor, colour and texture were parametersobserved. Results of experiment showed that total bacteria, fungi and proteolytic bacteria of acidifiedfish meal significantly influenced by soaking time (p <0.05). No significantly effect was shown to thephysically performance. LPS-extract in the soaking effectively reduced content of total bacteria, fungiand proteolytic's bacteria in fish meal

    Penerimaan Pemirsa Mengenai Pemberitaan Partai Nasdem di MetroTV

    Full text link
    SIDengan berkembangnya televisi di Indonesia, keberagaman acara di televisimenjadi ajang kesempatan bagi partai-partai politik yang ada untuk melakukanpemberitaan mengenai partainya di televisi, dan hal yang serupa juga dilakukanoleh Partai Nasdem melalui Metro Tv, Partai Nasdem mampu menyampaikaninformasi yang ada dalam partainya dalam berbagai pemberitaan-pemberitaanuntuk diberitahukan kepada masyarakat luas. Namun kegiatan di bidang mediamassa dewasa ini termasuk di Indonesia telah menjadi industri. Dengan masuknyaunsur kapital, media massa mau tak mau harus memikirkan pasar demimemperoleh keuntungan, baik dari penjualan maupun dari iklan. Dalam hal inimedia massa juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang suatupermasalahan atau pemberitaan.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisiskeberagaman interpretasi khalayak mengenai pemberitaan seputar Partai NasDemdi MetroTV. Teori yang digunakan adalah Uses and Gratifications. Penelitian inimenggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis resepsikhalayak. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap pemirsayang secara aktif mengikuti berbagai segmen acara berita yang ditayangkanMetroTV. Para pemirsa kemudian dipilih berdasarkan tingkat pendidikan danjenis kelamin. Sehingga didapatkan makna yang berbeda-beda mengenaipemberitaan Partai Nasdem.Hasil dari penelitian ini menunjukkan gencarnya pemberitaan Partai Nasdemdi MetroTV mampu membentuk bahkan mengkonfigurasi resepsi Partai Nasdemdi mata khalayak. Pemberitaan tersebut mempengaruhi sebagian besar khalayakuntuk memberikan resepsi sesuai dominant-reading yang diharapkan pembuatberita, dalam hal ini adalah MetroTV. Informan menginterpretasi teks mediasesuai dengan struktur pengetahuan dan pengalaman subjektif yang berkaitandengan situasi tertentu. Dalam proses konsumsi dan produksi makna yangdilakukan oleh informan, ternyata latar belakang dan faktor pendidikan bukanmerupakan faktor penentu informan dalam mengkritisi makna dominan yangditawarkan media. Informan yang menjadi khalayak sasaran pemberitaan belumtentu terpengaruh oleh isi berita yang disajikan.Kata Kunci : MetroTV, Pemberitaan Partai NasDem, Analisis ResepsiABSTRACTWith increasingly television in Indonesia, various programs in televisionbecome opportunity arena for political parties presence in order to carried outnews about their parties in television, NasDem party could deliver informationexist within their party within various news informed to wide societies. Butactivity within this adult mass media sector already industrial in Indonesia. Byincluding capital element, mass media have think the market in order to obtainprofit, both from sale or advertisement. In this case mass media also couldinfluence society perception about such problem or news.This research aimed to describe and analyze the diversity of interpretationsof the audience on report NasDem Party on MetroTV. Theory used was Uses andGratifications. This study used a qualitative descriptive approach to audiencereception analysis method. Researcher used depth interview technique toaudience that actively participate in various program news segments whichpresent by MetroTV. Audiences, then, elected based on education level andgender. Therefore obtained difference meanings about NasDem Party news.This research result showed news unceasing of Nasdem Party on MetroTVable to formed event configurate reception of NasDem Party in public view.Those news was influence most public to giving reception due to dominantreadingwhich expected by news maker, in this case was MetroTV. Informant wasinterpreted media text due to knowledge structure and subjective experiencerelated to certain situation. Within both consumption and meaning productionprocess carried out by informant, in fact background and education factor werenot informant determinant factor to criticizes dominant meaning offered by media.Informan who became target public of news and indefinite influence by newscontent provided.Keywords: MetroTV, Nasdem Party News, Reception AnalysisPENDAHULUANRumusan MasalahPemberitaan media massa begitu cepat dengan pemberitaannya yangbegitu bebas tanpa ada pembatasan dan juga sensor semakin memberikanalternatif seseorang untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Televisidengan kemampuan untuk menyediakan informasi dalam bentuk audio-visualmenjadikannya sebagai salah satu media pilihan masyarakat untuk mendapatkaninformasi dalam rangka memenuhi kebutuhan akan informasinya. Persainganyang ketat diantara stasiun televisi yang ada juga sangat menguntungkan pemirsa.Dengan kelebihan yang dimiliki televisi, informasi-informasi yang disampaikantampak begitu nyata dengan tampilan gambar dan suaranya.MetroTV sebagai salah satu televisi swasta di Indonesia tidak berbedadengan stasiun televisi yang lain, yang berdiri untuk memenuhi kebutuhankhalayak akan informasi. MetroTV lebih mengutamakan pemberitaan yang aktualdan terkini, hal ini dapat dilihat dari kebanyakan program acara di MetroTV yanghampir semuanya tidak lepas dari berita. Beragam tayangan berita disajikan olehMetroTV, baik itu berita kebudayaan, hukum, kriminal, dan politik. Keberagamanpemberitaan politik yang dikemas dalam berbagai segmen acara di MetroTVtentunya sedikit banyak akan menimbulkan terpaan pemberitaan politik terhadapaudiensnya.Pemirsa sebagai audiens yang aktif memaknai teks berita yang disuguhkantelevisi, tentu diharapkan dapat menyadari bahwa tidak semua tayangan beritamemiliki nilai-nilai positif, namun juga disusupi oleh kepentingan-kepentinganmedia untuk mendapat perhatian pemirsa dan upaya pembentukan opini publikterhadap sebuah pemberitaan. Begitu halnya dengan pemberitaan Partai NasDemyang terlalu sering ditayangkan oleh MetroTV, karena sedikit banyak akanmenimbulkan penerimaan dari pemirsa MetroTV yang berbeda-beda. Mengamatifenomena tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk merumuskanpermasalahan secara garis besar, yaitu bagaimana resepsi pemirsa terhadapgencarnya pemberitaan yang dilakukan oleh MetroTV mengenai Partai NasDem?Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisisinterpretasi khalayak mengenai pemberitaan seputar Partai NasDem di MetroTV.Kerangka TeoritisState of The ArtPenelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini telah banyakdilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Maya Monoarfapada tahun 2011 dengan judul Memahami Strategi Komunikasi Ormas NasionalDemokrat sebagai Embrio Partai Politik di Indonesia mempunyai tujuan untukmenganalisis strategi komunikasi yang digunakan ormas Nasional Demokrat,selain itu untuk menjelaskan strategi komunikasi apa saja yang diterapkan sebagaisarana bersosialisasi, memperkenalkan nama, tagline, serta lambing dari ormasNasional Demokrat. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif denganmenggunakan metode studi kasus. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebutmenunjukkan bahwa ormas Nasional Demokrat dalam menerjemahkan sebuahgagasan dengan sebuah gerakan yang bernama Restorasi Indonesia menggunakantiga strategi komunikasi, yaitu : pendekatan tematik, mediated, dan non mediated.Analisis Resepsi KhalayakAnalisis resepsi menyatakan bahwa teks dan penerimanya adalah elemenyang saling melengkapi dalam aspek-aspek komunikasi. Dengan kata lain, analisisresepsi mengasumsikan bahwa tidak akan ada akibat (effect) tanpa makna(meaning) (Jensen, 2002: 135). Pada akhirnya, masyarakat ingin mengetahuibagaimana efek media massa dan analisis resepsi dapat menjawab pertanyaantersebut. Wacana media terbuka atau bersifat polisemis dan dapat diposisikan olehkhalayak yang merupakan agen budaya yang berkuasa.Yang menarik menurut Hoijer dalam Hagen dan Wasko (2000: 200&202),tidak satupun pemirsa mempertanyakan realitas dari berita. Pemirsa dapatbersikap kritis dan menganggap berita sebagai bias, tetapi tidak ada keraguanbahwa berita dianggap representasi dari realitas. Menariknya lagi, status realitasgenre tampaknya meningkatkan daya emosionalnya. Penelitian resepsi secaralebih lanjut menunjukkan bahwa pemirsa juga menjadi terlibat secara emosionaldalam berita. Bahkan, dalam penelitian survei representatif, mayoritas penonton(57%) menyatakan bahwa mereka biasanya menjadi sangat menaruh perhatianketika menonton berita.Khalayak dianggap aktif dalam menginterpretasikan isi media, dalam halini berita. Terdapat beberapa tipe dari khalayak aktif, antara lain : 1) Selektifitas,khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih.Konsumsi media khalayak aktif didasari alasan dan tujuan tertentu. 2)Utilitarianisme, di mana khalayak aktif mengkonsumi media dalam rangkamemenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki. 3) Intensionalitas,yaitu penggunaan secara sengaja dari isi media. 4) Keikutsertaan, hal ini berartikhalayak secara aktif berpikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsimedia. 5) Khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalammenghadapi pengaruh media dan tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri. 6)Khalayak yang terdidik, khalayak dianggap lebih bisa memilih media yangmereka konsumsi sesuai kebutuhan dibandingkan dengan khalayak yang tidakterdidik (Junaedi, 2007:82-83).Sebagai khalayak aktif, pemirsa televisi dalam menerima danmenginterpretasikan tayangan televisi menggunakan filter personalnya masingmasingdan tidak selalu sesuai dengan kemauan produsen. Begitu pula halnya saatpemirsa menonton tayangan pemberitan mengenai Partai Nasdem di MetroTv. Disatu sisi, media ingin menyampaikan pesan bahwa keterbukaan komunikasimengenai apa itu Partai Nasdem dan apa tujuan utama dengan dibentuknya PartaiNasdem, serta ingin menunjukkan model positif bagaimana berpolitik yang baiksesuai dengan arah Partai Nasdem. Namun, di sisi lain khalayak dapat menerimapesan tersebut dengan cara yang berbeda. Khalayak dengan frame of referencetertentu akan menganggap tayangan tersebut sekedar pencitraan Partai terhadappublik.Untuk mengetahui bagaimana penerimaan khalayak dapat berbeda-beda,dalam studi resepsi terdapat metode „encoding-decoding‟ milik Hall. Hallmenyebutkan bahwa teks berada di antara produsernya, yang menyusun maknadengan cara tertentu, dan khalayaknya, yang „men-decode‟ makna tersebutberdasarkan pada situasi sosial dan kerangka interpretasi yang berbeda. Transmisikomunikasi digambarkan sebagai sebuah loop yang meliputi rangkaian produksi,sirkulasi, distribusi/konsumsi, dan reproduksi (Hall, 1980 dalam O‟Shea, 2004:10).Hall menyebutkan, pesan yang komunikatif dibuat oleh pengirim danditafsirkan oleh penerima. Masalah timbul ketika ada ketidakcocokan antara kodeyang digunakan encoder dan decoder. Pesan-pesan media memikul berbagaimakna dan dapat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda. Teks akandistrukturkan dalam dominasi yang mengarah kepada makna yang dikehendaki,yaitu makna yang dikehendaki teks dari kita. Khalayak dikondisikan sebagaiindividu yang secara sosial akan dikerangkakan oleh makna budaya dan praktikyang dimiliki bersama. Sejauh khalayak berbagi kode budaya dengan produsenatau pengode, mereka akan mengkode pesan di dalam kerangka kerja yang sama.Namun, ketika khalayak ditempatkan pada posisi sosial yang berbeda (misalkelas, usia, pengetahuan) dengan sumber daya budaya yang berbeda, dia mampumengkode program dengan cara alternatif. Hall juga menghipotesis bahwa adatiga posisi potensial decoding, antara lain :a) Dominan-hegemonik, yaitu ketika pemirsa mencode dan menerima maknayang dikehendaki. Karena posisi decoder dekat dengan encoder, makadecoder akan mengiterpretasi dengan bingkai kode dominan.b) Negosiasi, yaitu ketika decoder menerima beberapa aspek maknadominan, tapi menolak dan mengubah makna lainnya, untukmenyesuaikannya dengan pengertian dan tujuan sendiri.c) Oposisional, yaitu ketika posisi decoder berlawanan dengan encoder,mereka menciptakan cerita versi mereka sendiri dengan perhatian yangberbeda. Jadi decoder memaknai teks berlawanan dengan makna dominandari sudut pandang oposisional (Hall, 1980: 174-175).Gagasan Hall tersebut membuktikan adanya kesadaran untuk memikirkan teoriideologi dan kesadaran palsu. Dengan gagasan ini mereka diarahkan untukmeneliti potensi dari „differential decoding‟ yang menunjukkan adanyaperlawanan terhadap pesan media dominan. Selain itu, dapat dilihat bahwa mediamempunyai peran dalam mentransmisikan pesan-pesan dalam tayangan yangbergenre hiburan. Bagaimana masyarakat memaknai tayangan tersebut tentunyaakan beragam sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan pengalamannya.Begitu pula tayangan pemberitan mengenai Partai Nasdem di MetroTv yangmungkin dimaknai secara berbeda-beda oleh individu yang berbeda.Berita Sebagai RealitasKehadiran program siaran berita yang dikemas dalam paket informasi olehtelevisi swasta memiliki banyak keunggulan dibanding media cetak. Beritatelevisi otomatis lebih cepat. Keistimewaannya lagi adalah gambar lebih hidupdengan dukungan suara yang persuasif dari para reporter televisi. Stasiun televisiswasta pantas bangga karena menyiarkan berbagai peristiwa secara audio danvisual.Selisih waktu yang hanya beberapa jam antara peristiwa dan penayangansudah cukup menjadikan kekuatan televisi swasta tak tertandingi media cetak.Tayangan televisi jelas lebih hidup, karena sifatnnya yang audio visual. Pemirsatidak perlu lagi bergantung pada wartawan Koran. Paket informasi berita televisimampu menjangkau banyak pemirsa bukan hanya karena kemampuanteknologinya saja, tetapi juga karena dalam menonton televisi pemirsa takmemerlukan keahlian apa-apa. Artinya mereka yang buta huruf pun dapatmengkonsumsi tayangan program televisi (Kuswandi, 2008:101-102).Birgitta Hoijer (Hagen dan Wasko, 2000:21) melaporkan dari beberapastudi tentang konsumsi audiens, tiga genre populer di televisi : berita, fiksi sosialrealitas,dan opera sabun prime-time. Hoijer menjelaskan bagaimana narasi tidakhanya dapat ditemukan dalam teks, tetapi adalah bentuk umum pengorganisasianpengalaman dalam pikiran. Dia menggambarkan bagaimana harapan penontonfiksi berbeda dari harapan mereka terhadap berita.Pemirsa berita televisi menginginkan prinsip berita harus singkat, jelas,sistematis, dan berpijak pada budaya tutur (story telling). Penyebaran beritasebagai salah satu bentuk industri informasi menyebabkan pemirsa televisi dapatmemperoleh berita tanpa harus membeli, seperti halnya media cetak.Dalam membuat berita, reporter harus mampu membedakan antarakejadian (fact) dan pendapat (opinion), agar penyiaran berita menjadi lebihobjektif. Kekhawatiran terjadinya subjektifitas antara kejadian (fact) dan pendapat(opinion) dalam berita yang dibuat reporter, bias mengakibatkan rusaknya proseskomunikasi sosial. Reporter dilarang memasukkan opini dalam membuat berita,agar tidak terjadi bias bagi audiens dalam menerima informasi atau berita. Sistempers Indonesia yang bebas dan bertanggung jawab bermakna bahwa arti bebasialah, berita reporter tidak „disusupi‟ unsure kepentingan golongan atau pribadidan institusi tertentu. Dalam hal ini, reporter bukan hanya sebagai sosok penyebarinformasi, tetapi sekaligus „penyaring‟ berita-berita yang layak terbit atau tidak.Sedangkan bertanggung jawab mengandung sisi etika sosial. Hal ini secaraetis menentukan posisi reporter untuk memahami dan menyadari bahwa hasilkaryanya (berita) mempunyai efek sosial. Dalam membuat berita, reporter dituntutobjektif. Tetapi karena sulitnya masalah objektivitas berita, pada akhirnya beritayang dibuat, bersifat „ganda‟ (objektivitas yang subjektif). Ini disebabkan reportertidak bisa menghindari unsur-unsur opini dalam membuat berita. Landasanobjektivitas dalam membuat berita, berhubungan erat dengan konsep etika, yaituselalu melihat tindakan manusia yang dibenarkan secara moral (Kuswandi,2008:84-86).Wartawan kenamaan Peter Arnett menegaskan bahwa pada dasarnyapenyajian berita dan penjelasan masalah aktual tidak lain adalah “…just to presentthe fact and opinion…!” reporter tidak boleh memasukkan opininya kedalam faktayang disusunnya (Kuswandi, 2008:98).Berita televisi adalah genre nonfiksi lain yang bersifat jelas tetapi genre iniakan tampak lebih fiktif ketika kita secara cermat menyelidikinya. Tokoh-tokohminor dalam program berita ini adalah reporter, subjek bintang dari peristiwaperistiwadunia, pakar, dan saksi mata. Alur kisah utama program berita inimemiliki fluktuasi drama seperti halnya kisah yang lain. Kisah-kisah individualdidramatisasi pada tingkat tertentu, memiliki pelbagai kualitas konflik dan akhiryang menggantung sehingga kita menonton episode berikutnya untuk melihatsiapa yang akan menang. Situasi-situasi minor ada karena program berita tersebutmemiliki pelbagai konvensi dan presentasi seperti halnya genre yang lain.Konvensi-konvensi ini berfungsi sebagai nilai-nilai berita (Burton, 2008:112).PenutupKesimpulanBerdasarkan pada penelitian yang dilakukan terhadap informan dapatditarik beberapa kesimpulan :1. Pada penelitian ini, terdapat tiga tipe pemaknaan oleh informan. Pertama,informan membaca dan memaknai pemberitaan Partai NasDemberdasarkan makna dominan yang ditawarkan. Mereka tidak melakukankritisi terhadap tayangan dan menerima teks apa adanya (tipe dominanthegemonic).Informan memaknai Partai NasDem sebagai sebuah partaialternative yang sangat cocok bagi pemilu 2014 ditengah berkurangnyakepercayaan khalayak dengan situasi politik dan partai politik yang ada diIndonesia sekarang ini. Kedua, informan melakukan tipe pembacaan yangbersifat negosiatif (negotiated reading). Meski mengkonstruksi PartaiNasdem sesuai dengan konsep pemberitaan, informan juga menciptakanalternatif makna baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yangmereka miliki. Ketiga, informan melakukan pembacaan secara berlawanan(oppositional reading). Informan ini bersikap lebih kritis dan tidakmenerima konstruksi Partai Nasdem sesuai dengan yang diberitakan.Informan dalam tipe ini tidak mempercayai apa yang digambarkanpemberitaan karena tidak sesuai dengan Kenyataan.2. Gencarnya Pemberitaan Partai NasDem di MetroTV mampu membentukbahkan mengkonfigurasi resepsi Partai NasDem di mata khalayak.Pemberitaan tersebut mempengaruhi sebagian besar khalayak untukmemberikan resepsi sesuai dominant-reading yang diharapkan pembuatberita, dalam hal ini adalah MetroTV.3. Informan menginterpretasi teks media sesuai dengan struktur pengetahuandan pengalaman subjektif yang berkaitan dengan situasi tertentu. Dalamproses konsumsi dan produksi makna yang dilakukan oleh informan,ternyata latar belakang dan faktor pendidikan bukan merupakan factorpenentu informan dalam mengkritisi makna dominan yang ditawarkanmedia. Informan yang menjadi khalayak sasaran pemberitaan belum tentuterpengaruh oleh isi berita yang disajikan.4. Penelitian menganjurkan bahwa teks media yang sama tidak mutlak akandimaknai secara sama oleh individu dari status sosial yang sama. Tingkatpendidikan dan kondisi sosial yang sama masing memungkinkanterjadinya perbedaan pemaknaan. Maka dapat dikatakan bahwa latarbelakang yang paling menentukan sikap informan dalam memaknai teksmedia adalah faktor psikologis yang berupa selera dan kebiasaanmenonton televisi atau media yang lain.SaranPemberitaan di media merupakan salah satu cara efektif untukmendapatkan perhatian dari khalayak luas. Pemberitaan politik, memainkanperanan strategis dalam political marketing. Berikut ini peneliti ingin memberikanbeberapa saran yaitu :1. Khalayak dalam membaca pemberitaan partai politik, harusmengkaitkannya dengan konteks yang ada saat ini, track record dan latarbelakang partai, terbentuknya partai, serta tokoh yang berada di dalamnyaserta informasi terkait lainnya. Selain itu audience hendaknya mencariinformasi tentang partai politik yang bersangkutan tidak hanya di satumedia saja, tetapi bisa mencari di media yang netral sehingga audiencetidak terjebak dalam pemberitaannya.2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan, acuan, dan pengetahuantambahan bagi khalayak media, sehingga di masa mendatang masyarakatdapat turut serta mengawasi isi media dan lebih kritis terhadappemberitaan media demi kemajuan di bidang komunikasi massa sertamenjadi kontribusi bagi partai politik dalam memberikan danmengarahkan pendidikan politik khalayak.Daftar PustakaReferensi BukuBaran, Stanley J. & Dennis K. Davis. (2000). Mass Communication Theory.Belmont: WadsworthBungin, Burhan. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindoPersadaBurton, Graeme. (2007). Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar KepadaKajian Televisi. Yogyakarta: JalasutraBurton, Graeme. (2008). Yang Tersembunyi Di Balik Media; Pengantar KepadaKajian Media. Yogyakarta: JalasutraCangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja GrafindoPersadaDowning, John,Ali Mohammadi, Annabelle Sreberny-Mohammadi. (1990).Questioning The Media: A Critical Introduction. California: SAGEPublication.Gordon, A. David. (1999). Controversies in Media Ethics. Addison-WesleyLongman Educational Pub;ishers IncHagen, Ingunn & Janet Wasko. (2000). Consuming Audience? Production andReception In Media Research. New Jersey: Hampton Press, Inc\Hall, Stuart. (1980). “Encoding Decoding”. Stuart Hall, Dorothy Hobson, AndrewLowe, and Paul Willis (eds). Culture, Media, Language. London:Hutchinson.Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta:GranitHaryatmoko. (2007). Etika Komunikasi. Yogyakarta: KanisiusHill, Annette. (2005). Reality TV Audiences and Popular Factual Television.London and New York: Routledge.Jensen, Klaus Bruhn. (2002). “Media Audiences Reception Analysis: MassCommunication as The Social Production of Meaning”. Klaus BruhJensen and Nicholas W. Jnkowski. A Handbook of Qualitative Methodologies forMass Communication Research. USA: Routledge.Junaedi, Fajar. (2007). Komunikasi Massa Pengantar Teoretis. Yogyakarta:Santusa.Kuswandi, Wawan. (2008). Komunikasi Massa :

    The Role of Village Surveillance Officer to Prevent Dengue Hemorrhagic Fever

    Get PDF
    Dengue is a major public health problem in Indonesia. The program of elimination of mosquito breeding places is still low. This study was aimed to analyze the effectiveness of village surveillance officer for decrease container index. Study design was quasy experiment. The intervention included: community workshops; community involvement in clean-up campaigns; and distribution of information, education and communication materials in the village surveillans officer. Data were analyzed with t test, and path way analyzed. There is significantly differences knowdlege, attitude, behaviour, sanitation, and container index p&lt;0.05. Based on the path analysis was concluded that village surveillance officer increased knowledge, attitude, behavior, sanitation and container index.Surveillance village officer is concluded to be more effectively decreased of larva index through comunity behavior. Surveillance village officer is important because it effectively the coverage of larva index through community behaviour participation
    • …
    corecore