4 research outputs found

    BHINNEKA.APP: INOVASI MODEL PEMBELAJARAN BUDAYA INDONESIA GUNA ESKALASI KARAKTER BHINNEKA TUNGGAL IKA GENERASI MILENIAL DALAM MEWUJUDKAN SDGs 2030

    Get PDF
    Salah satu dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) 2030 yang hendak dicapai Indonesia yakni menjamin kualitas sumber daya manusia yang mengetahui tatanan regional negaranya. Tantangan pencapaian SDGs 2030 di bidang pendidikan moral tersebut semakin berat dengan adanya degradasi mental generasi milenial yag disebabkan oleh keahlian dalam menggunakan teknologi sehingga mempelajari terkait sejarah dan nasinalisme dianggap tidak menarik. Sikap toleransi yang ada pada semoboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika juga mengalami degradasi, hal tersebut membuat berbagai golonga merasa bahwa tidak dapat bersama dan memiliki super power. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, penulis memiliki gagasan solusi berupa “Bhinneka.App: Inovasi Pembelajaran   Budaya   Indonesia   Guna   Eskalasi   Karakter   Bhineka Tunggal Ika generasi Milenial Dalam Mewujudkan SDGs 2030”. Bhinneka.App merupakan sebuah inovasi pembelajaran regional yang dikemas dalam materi sederhana, update berita dan game edutainment yang dapat meningkatkan pengetahuan an semangat bhineka tunggal ika generasi milenial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development) dalam bidang pendidikan. Model yang digunakan  adalah ADDIE yang merupakan singkatan dari Analyze, Design, Develop, Implement dan Evaluate. Perancangan media ini meliputi tahap: (1) analisis kebutuhan, (2) desain,  (3) pengembangan  produk,  (4)  Implementasi,  (5) Evaluasi.  Adanya Bhinneka.App diharapkan mampu menumbuhkan kembali semangat toleransi generasi milenial serta mengoptimalkan mengoptimalkan peran dan siap mewujudkan SDGs2030

    DESCRIPTION OF MOTHER’S SELF EFFICACY IN COMPLEMENTARY FEEDING AND STUNTING AMONG CHILDREN

    Get PDF
    Introduction: Stunting is a chronic malnutrition problem caused by lack of nutritional intake for a long time, resulting in growth disorders in children, namely the child's height is shorter than the standard age. Mother's self-efficacy in offering MP-ASI is a mother's self-confidence in carrying out the feeding process which includes the quantity and quality of MP-ASI, safety in providing food and the responsive feeding. Objective: To describe the mother's self-efficacy in giving complementary feeding and the incidence of stunting in children aged 6-23 months. Methods: This study used a descriptive design. Involving 100 samples of baduta and mothers, obtained by cluster random sampling technique. Data was collected by using a complementary feeding self efficacy (CFSE) questionnaire and measuring baduta’s body length using a lengthboard. This research was conducted on Barrang Lompo Island, Makassar City. Descriptive data analysis using SPSS 25 application. Result: Mother's self-efficacy in the high category is 52% and low 48%. Majority of mother's self-efficacy in giving complementary feeding tends to be low in the quality and quantity aspects of MP-ASI is 55% and the responsive feeding aspect is 52%. The incidence of stunting reached 31% of the total sample. Conclusion: There are still many mother's self-efficacy in the low category,  especially in the quality and quantity of MP-ASI aspects and responsive feeding aspects. The incidence of stunting is 31%. Mentoring are needed for mothers whose self-efficacy is still low and increased knowledge of mothers through nutrition education, especially about stunting and providing good complementary feeding. Keywords: Stunting, Mother's self-efficacy, Complementary Feeding, Badut

    Majalah SMK bisa-hebat edisi kedua

    Get PDF
    Berpikir kritis bagi guru dan siswa SMK, sudah tidak bisa ditawar. Sekarang sudah eranya teknologi, baik siswa maupun guru dituntut dapat bersama-sama menjalani proses belajar dan mengajar dengan tetap berpikir sebelum bertindak dan kritis sesuai kompetensi yang dimiliki menghadapi abad 21

    Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Tumbuhan Pranajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.)

    No full text
    Euchresta horsfieldii merupakan tanaman obat yang dikenal di Nusa Tenggara Barat dan Bali sebagai pranajiwa. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis fitokimia dan aktivitas antibakteri dari akar, batang, daun, dan biji pranajiwa. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri Bacilus subtilis Inacc-B334, Staphylococccus aureus Inacc-B4, dan Escherchia coli Inacc-B5. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa alkaloid sebagai komponen senyawa yang paling dominan pada pranajiwa dan terdeteksi di setiap bagian tanaman. Bagian akar pranajiwa terdeteksi memiliki komponen senyawa yang paling bervariasi seperti alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, dan terpenoid. Analisis GC-MS dari batang, akar, dan biji pranajiwa menunjukkan mome inositol, sophoridane, dan asam lemak seperti asam palmitat dan asam stearat sebagai komponen utamanya. Adapun uji aktivitas antibakteri pranajiwa menunjukkan bagian batang dan akar memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus Inacc-B4 dan E. coli Inacc B-5, sedangkan bagian biji memiliki aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis Inacc-B-334 dan S. aureus Inacc-B4. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat mendukung penelitian terkait potensi E. horsfieldii sebagai sumber alternatif obat antibakteri. Phytochemical Test and Antibacterial Activity of Pranawija (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.)AbstractEuchresta horsfieldii is a medicinal plant known in West Nusa Tenggara and Bali as pranajiwa. This study investigated phytochemical analysis and antibacterial activity of roots, stems, leaves, and seeds of E. horsfieldii. The samples were analyzed for their antibacterial activity against Bacilus subtilis Inacc-B334, Staphylococccus aureus Inacc-B4, and Escherchia coli Inacc-B5. The phytochemistry result indicated that alkaloids was the most dominant constituent of E. horsfieldii as it was detected in all parts of the plant. GC-MS analysis of the stems, roots, and seeds showed mome inositol, sophoridane, and fatty acids such as palmitic acid and strearic acid as the main components. The roots had the most varied constituents with detection of alkaloids, tannins, flavonoids, saponins, and terpenoids. Further, antibacterial activity assay showed that the stems and roots had antibacterial activity against S. aureus Inacc-B4 and E. coli Inacc B-5, whereas the seeds had antibacterial activity against B. subtilis Inacc-B-334 and S. aureus InaccB4. The result of the present study supports the investigation on potentiality of E. horsfieldii as alternative source for antibacterial agents
    corecore