2 research outputs found

    PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN PANDEAN SEBAGAI TEMPAT SARANA PENGOBATAN TRADISIONAL DI DESA SOKO, KECAMATAN BAGELAN, KABUPATEN PURWOREJO

    Get PDF
    Karakteristik kehidupan masyarakat perdesaan dapat dilihat dari adanya bentuk pemikiran yang cenderung bersifat tradisional dan adanya kepercayaan pada hal-hal bersifat mistik. Hal itu nampak pada sebagian masyarakat di Desa Soko, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Masyarakat masih percaya pada hal-hal yang bersifat mistik. Salah satunya yakni percaya pada pengobatan tradisional Pandean, yang bersifat mistik dalam pengobatannya. Hal itu membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pandean. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui mengenai sejarah Pandean dan faktor apa saja yang mendorong masyarakat memilih pengobatan di Pandean. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data primer warga masyarakat setempat, sesepuh yang bertugas mengobati di tempat sarana pengobatan tradisional Pandean, serta warga masyarakat yang berobat ke tempat sarana pengobatan tradisional Pandean. Selain itu, terdapat sumber data sekunder yang diperoleh melalui dokumentasi dan studi kepustakaan dengan bantuan media cetak dan media internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, observasi langsung non partisipan sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data, sedangkan analisis datanya menggunakan analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awalnya Pandean adalah tempat untuk memande besi yang dilakukan oleh Ki Wono Boyo Mangir dari Kerajaan Mataram. Dengan kesaktiannya, banyak orang yang meminta disembuhkan penyakitnya pada beliau. Suatu ketika beliau kembali ke Mataram dan akhirnya kesaktiannya diturunkan pada seorang sesepuh dan kemudian diwariskan pada anaknya hingga saat ini. Masyarakat memiliki persepsi yang bersifat positif terhadap keberadaan Pandean sebagai temp at sarana pengobatan tradisional. Mereka menganggap Pandean memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan sekitar. Faktor penyebab sebagian masyarakat memilih Pandean karena adanya faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi adanya faktor kepercayaan yang kuat dan adanya rasa keingintahuan dari masyarakat. Adapun faktor ekstern yakni adanya faktor ekonomi, faktor budaya serta faktor tradisi yang sudah ada sejak lama dalam masyarakat. Kala Kunci: Persepsi, Pandean, Pengobatan Tradisiona

    HUBUNGAN KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) TERHADAP KENAIKAN HARGA BERAS DI KOTA SUNGAI PENUH

    Get PDF
    Beras merupakan makanan pokok masyarakat di Kota Sungai Penuh dimana harga beras selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya dan membuat konsumen harus bersedia membayar terhadap jenis beras yang dikonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji karakteristik konsumen beras di Kota Sungai Penuh, (2) mengetahui jumlah responden yang bersedia membayar terhadap kenaikan harga beras di Kota Sungai Penuh, dan (3) menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen beras dengan kesediaan membayar (WTP) di Kota Sungai Penuh. Penelitian ini dimulai pada tanggal 10 Mei sampai 10 Juni 2016 terhadap 71 konsumen. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran karakteristik konsumen beras di Kota Sungai Penuh dan kesediaan membayar (WTP) konsumen terhadap kenaikan harga beras. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik konsumen dengan kesediaan membayar (WTP) konsumen di Kota Sungai Penuh. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa karakteristik konsumen terdiri dari mayoritas responden memiliki tingkat pendapatan keluarga per bulan sebesar Rp. 900.000 - Rp. 3.590.140, tingkat pendidikan SMA, kelompok usia 34 – 41 tahun dan jumlah anggota keluarga 3 – 4 orang. Untuk kesediaan membayar konsumen terhadap kenaikan harga beras yaitu mayoritas responden bersedia membayar sebesar 20% dari harga sebenarnya dan diperoleh bahwa pendapatan, pendidikan, dan usia memiliki hubungan yang kuat terhadap kesediaan membayar dimana hasil dari c2 hit > c2tabel keputusannya tolak H0, sedangkan untuk jumlah anggota keluarga tidak memiliki hubungan terhadap kesediaan membayar karena hasil c2 hit > c2tabel sehingga keputusannya terima H0, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan, pendidikan, dan usia konsumen maka semakin tinggi konsumen bersedia membayar terhadap kenaikan harga beras
    corecore