11 research outputs found

    Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berkayu pada Plot Monitoring Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari

    Full text link
    Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan berkayu yang tinggi dengan keunikan spesies yang berbeda dengan spesies di daerah lainnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan berkayu pada plot monitoring biodiversitas flora TWA Gunung Meja. Penelitian ini dilakukan di plot monitoring biodiversitas flora TWA Gunung Meja seluas 25 ha pada plot yang dibuat tahun 2005, 2006 dan 2008. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik observasi. Hasil penelitian pada plot monitoring biodiversitas flora menunjukan bahwa tumbuhan berkayu terdiri dari 134 jenis dan 39 famili untuk tingkat semai, 162 jenis dan 47 famili tingkat pancang, 169 jenis dan 38 famili tingkat tiang, 148 jenis dan 34 famili tingkat pohon. Dominansi jenis pada fase semai adalah Pometia coreacea, fase pancang jenis Aglaia odorata, fase tiang jenis Medusanthera laxiflora dan fase pohon jenis Pometia coreacea. Indeks keanekaragaman jenis pada setiap fase pertumbuhan tinggi, yaitu fase semai 3,8064, fase pancang 4,4828, fase tiang 4,3044 dan fase pohon 4,2270.&nbsp

    Membangun Pemahaman Masyarakat tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Konservasi Melalui Kegiatan Penyuluhan di Kampung Soribo

    Get PDF
    Hutan di Kampung Soribo merupakan hutan alam yang dapat diakses oleh masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya bagi kebutuhan hidupnya. Aktivitas pemanfaatan dapat bersifat positif dan negatif, maka diperlukan kegiatan penyuluhan bagi masyarakat di Kampung Soribo. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dan bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pengelolaan sumberdaya hutan berbasis konservasi di Kampung SoriboKegiatan penyuluhan diikuti 30 orang masyarakat dan diawali dengan sambutan dari Kepala Kampung Soribo. Selanjutnya, pemaparan materi oleh tim penyuluh. Kegiatan penyuluhan ini dapat membuka pemahaman masyarat bahwa sumberdaya hutan yang ada di sekitar Kampung Soribo sangat penting bagi kehidupannya. Hal ini terlihat dari hasil kegiatan yang diketahui bahwa 88,2% dapat memahami materi penyuluhan secara baik sedangkan 11,8% kurang memahami secara baik. Oleh sebab itu perlu didukung dengan pengelolaan yang baik terutama pengelolaan hutan yang berbasis pada konservasi

    STRUKTUR DAN DINAMIKA PERTUMBUHAN VEGETASI BERKAYU DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA KABUPATEN MANOKWARI

    No full text
    Gunung Meja Natural Tourism Park Manokwari has a high diversity of woody vegetation species which are different from other species in other regions. The growth dynamic modelling for woody vegetation requires classification of endemic and non-endemic species. The objectives of this research are to identify the diversity of woody vegetation species and to propose a model of growth dynamics for woody vegetation on the monitoring plot of flora biodiversity of Gunung Meja Natural Tourism Park. The research was conducted at the plot monitoring of flora biodiversity of Gunung Meja Natural Tourism Park covering 25 ha. It employed descriptive method and document analysis. The diversity of species was observed in the seedling, sapling, poles, and tree stages and then INP and Diversity Index were calculated. The modeling used poles and tree stages, which were divided into five diameter classes, namely class I (10-<20 cm), class II (20-<30 cm), class III (30-<40 cm), class IV (40-<50 cm) and class V (50Up cm), for three years of formation, namely plot of 2005, 2006 and 2008. The established model was validated with the measurement data of 2009. The results of research on the monitoring plot of flora biodiversity indicate that the dominant species of seedlings stage was Pometia coreacea, saplings stage was Aglaia odorata, pole stage was Medusanthera laxiflora and tree stage was Pometia coreacea . The species Diversity Index all of the growth phase has high species diversity, 3.8064 for seedlings, 4.4828 for saplings, 4.3044 for poles, and 4.2270 for trees. Based on the data validation test according to the year of formation plot (plot 2005, 2006 and 2008), the plot that can be used as a model to predict the growth dynamics for woody vegetation in the future is the plot of 2008. The result of projection until the year of 2032 on the formation plot of 2008 towards the model of stand growth dynamics indicates that the number of individual/ha for endemic species decreases from 6 individuals/ha to 5 individuals/ha. Meanwhile, the number of non-endemic species increases 77 individuals/ha to 126 individuals/ha. The number of individuals/ha of all species increases from 83 individuals/ha to 131 individuals/ha

    Pemanfaatan Tumbuhan Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) sebagai Bahan Bangunan Rumah Tradisional oleh Masyarakat Kampung Sembaro

    Full text link
    Hasil hutan non kayu (HHNK) merupakan sumberdaya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat suku asli di Papua Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan HHNK sebagai bahan bangunan rumah tradisional oleh masyarakat suku maybrat di kampung Sembaro. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik wawancara semi struktural dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa masyarakat suku maybrat memanfaatkan 8 jenis HHNK sebagai bahan bangunan rumah tradisional. Dari 8 jenis tersebut, sebanyak 3 jenis dimanfaatkan untuk pembuatan dinding rumah yang berasal dari bahan kulit kayu dan pelepah sagu. Untuk bahan pembuatan atap rumah digunakan daun sagu, sementara bahan lantai rumah menggunakan bambu. Untuk pengikat bahan rumah, dimemanfaatkan tumbuhan rotan sebagai tali. Pada kondisi saat ini kearifan lokal masyarakat suku maybrat tentang pemaanfaata tumbuhan hasil hutan non kayu sebagai bahan bangunan rumah tradisional sangat menurun, karena daerah ini mengalami kemajuan pembangunan yang cukup pesat

    Analisis Vegetasi Tumbuhan Berkayu pada Kawasan Hutan Tropis Dataran Rendah Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan berkayu pada kawasan hutan dataran rendah Cagar Alam Pegunungan Wondiwoi. Metode yang gunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei dan observasi lapang melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data yang dikumpulkan meliputi struktur dan komposisi tumbuhan berkayu dengan menggunakan teknik jalur berpetak lanjut. Hasil penelitian didapatkan 260 jenis tumbuhan berkayu yang terdiri dari 57 famili. Pada Fase semai terdapat 168 jenis terdiri dari 52 famili, pancang 172&nbsp; jenis terdiri dari 51 famili, tiang 138 jenis terdiri dari 39 famili dan pohon 136 jenis terdiri dari 39 famili. Pada Fase semai didominasi oleh jenis Pometia pinnata dengan INP 11,247%, Fase pancang didominasi oleh jenis Pometia pinnata dengan INP 9,727%, Fase tiang didominan oleh jenis Litsea timoriana dengan INP 14,603% dan Fase pohon didominasi oleh jenis Pometia pinnata dengan INP 20,248%

    Kontribusi Agroforestri Herbal terhadap Penerimaan Tunai Masyarakat Lokal di Sekitar Manokwari Utara (Studi Kasus di Kampung Bremi, Nyoom I, dan Lebau)

    Full text link
    Sistem agroforestri merupakan pengelolaan lahan dan&nbsp; system pemanfaatan yang mengkobinasikan tanaman kehutan dan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan komposisi pemanfaatan tanaman herbal dan tanaman hutan dengan tujuan memperoleh dan meningkatkan pendapatan ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan di distrik Mnokwari Utara dengan focus pada tiga kampung antara lain Bremi, Nyoom&nbsp; I, and Lebau dengan menggunakan metode studi kasus melalaui teknik pengamatan. Hasil penelitian memperihatkan bahwa tercatat ada 6 (enam) spesies tanaman herbal yang didominasi oleh serai (Cymbopongon nardusi) &nbsp;dan kunyit (Curcuma longa), sedangkan tanaman non herbal tercatat sebanyak 12 (duabelas) spesies yang didominasi oleh pisang (Musa sp) &nbsp;dan cabe (Capsicum annum). Berdasarkan komponen penyusun agroforestry lahan kebun yang dikembangkan oleh masyarakat tergolong Agrisilviculture dengan pola tanam acakcampur (random mixture) dan trees along border pada system perladangan berpindah (shifting cultivation). Penerimaan tunai yang diperoleh masyarakat lokal pada agroforestry berkisar antara Rp. 10.597 – Rp. 36.684 dengan rata-rata Rp. 13.043 (kk/Thn), sedangkan non herbal berkisar antara Rp. 1.465.937 – Rp. 1.549.677(kk/ Thn) dengan rata-rata Rp. 1.489.173 (kk/ Thn). Tanaman herbal memberikan kontribusi terhadap penerimaan tunai masyarakat yaitu berkisar antara -0,71-2,37% dengan rata-rata 0,85%

    Aspek Ekologi Pigafetta Filaris (Giseke) Becc pada Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari

    Full text link
    Pigafetta filaris (Giseke) Becc merupakan jenis palem yang telah dinyatakan langka oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Tujuannya untuk mengetahui aspek ekologi P. filaris di lokasi TWA Gunung Meja untuk menentukan kebijakan pengelolaan TWA Gunung Meja selanjutnya. Sasaran utama penelitian ini yaitu untuk mengamati aspek ekologi palem P. filaris dan juga jumlah individu palem berdasarkan Fase pertumbuhan, dan jenis vegetasi yang tumbuh di sekitar palem. Hasil penelitian menemukan hanya hanya 2 individu pada Fase dewasa. Hasil analisa sifat kimia tanah didapatkan hasil pH 5,5, P 3,31, K 1,13, Ca 3,61, Na 2,04, Mg 0,87, KPK 49,45 dan tingkat kesuburan tanah P. filaris sedang dengan warna tanah hitam, tekstur lempung liat berdebu, dan struktur remah. Faktor klimatis menunjukan suhu rata-rata 29° C, kelembaban 69%, dan tutupan tajuk 57,5%. Faktor topografi P. filaris tumbuh pada kisaran ketinggian 100-120 mdpl, kelerengan dan kemiringan 15-40%. Tumbuhan berkayu yang berasosiasi dengan P. filaris cenderung tumbuh Pometia coreacea dan Pometia pinnata. Status konservasi potensi P. filaris dikhawatirkan akan punah secara ekologi pada kawasan hutan TWA Gunung Meja
    corecore