2 research outputs found

    Tingkat Adopsi Komponen Teknologi USAhatani Padi melalui Sl-ptt di Lahan Rawa Lebak Tengahan (Kasus di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan)

    Full text link
    Lahan lebak memiliki peran strategis dalam melestarikan swasembada beras. Pada tahun 2009 telah dilaksanakan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi untuk meningkatkan produktivitas secara nasional yang melibatkan 80.000 kelompok tani dengan luas lahan 2.050 juta ha. Pelaksanaan SL-PTT padi di lahan rawa lebak Kalimantan Selatan melibatkan 325 kelompok tani dengan luas lahan 8.788 ha. Tujuan penelitian ialah mengetahui tingkat adopsi teknologi PTT, hubungan tingkat adopsi dengan produktivitas dan pelaksanaan SL-PTT padi serta mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam adopsi komponen teknologi. Penelitian dilakukan di dua Kabupaten (Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara), empat kecamatan, enam desa yang terdiri atas enam kelompok tani peserta SL-PTT dan enam kelompok tani nonpeserta SL-PTT. Petani sampel ditentukan sebanyak 120 responden dengan 10 petani per kelompok tani. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan wawancara terhadap responden melalui pengisian kuesioner. Analisis data dilakukan menggunakan skor berjenjang 3, korelasi peringkat Spearman, rataan dan persentase. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat adopsi komponen teknologi PTT petani peserta SL-PTT dan non peserta SL-PTT termasuk kategori sedang dengan rata-rata skor 23,98 (SL-PTT) dan 21,15 (nonSLPTT). Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat adopsi komponen teknologi dengan produktivitas dan pelaksanaan SL-PTT. Dengan mengadopsi komponen teknologi PTT, produktivitas meningkat sebesar 0,91 ton/ha dan pendapatan sebesar Rp2.037.239. Adopsi komponen teknologi PTT menghadapi masalah yang disebabkan karena rendahnya pengetahuan tentang benih, tidak sesuainya rekomendasi sistem tanam dan pemupukan akibat kekurangan modal serta tidak didasari kajian kebutuhan dan peluang (KKP) serta belum dilaksanakan evaluasi SL-PTT

    Penggunaan Energi pada Usahatani Padi di Lahan Lebak

    Full text link
    One of the main purposes in Agricultural development in Indonesia is increasing food stability. So many efforts have been done to achieve high rice production but the energy consumption and its distribution has not been analyzed yet. Hence, analyzing on distribution of energy consumptions through energy analysis and cost are needed to be done. The research was conducted in September to December 2004 in Hamayung Utara and Baruh Kembang village, Daha Utara district South Hulu Sungai, Province of South Kalimantan, as the center of monotonous swamplands (lebak) rice production. The result showed that energy input of rice cultivation in swampy land using pump technology in it production process, input energy up to 50 MJ/ha, unless in seedling stage 17.54 MJ/ha. Total energy consumption during production process was 8427,37 MI/ha but using traditional method without pump was 559,08 MJ/ha. Cost input analysis showed that cost input using pump technology as much as Rp. 2,710.019.00/ha and 36.29% lower than the income of the cost output. Energy input using pump technology is much lower (16.06%) compared to energy output 52,449.6 MJ/ha. Addition with irrigation technology and chemical energy input (chemical fertilizer) increased cost output as much as Rp. 2,841,250.00 equal output energy 33,413.10 MJ/ha and increased energy output as much as 175,52 %. On farming system in monotonous swampy land the energy input ang production increased 14.07 and 1.75 times by addition machinery technology (pump)
    corecore