5 research outputs found
Retna Predana
Abstract
Retna Predana ialah sebuah istilah yang berarti wanita utama dalam Bahasa Kawi. Wanita utama adalah pribadi yang mampu melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya sehari-hari. Masyarakat Hindu di Bali yang begitu kental dengan pelaksanaan upacara keagamaan, mengharuskan kaum wanitanya terampil dalam membuat sarana upacara. Digambarkan dengan sekelompok gadis Hindu Bali yang cantik dan ulet yang sedang melakukan aktifitas mejejaitan, ditrasformasikan menjadi sebuah karya tari kreasi yang berjudul Retna Pradana
Penggalian Seni Tradisi Tari Telek di Banjar Kangin Desa Adat Panjer Denpasar Selatan
Tari Telek di Banjar Kangin Desa Adat Panjer memiliki kekhasan dari segi sejarah awal mula
terciptanya tari Telek tersebut, bentuk, dan fungsinya memiliki kekhasan tersendiri. Perlu untuk
dilakukan penelitian secara mendalam dengan tujuan penggalian seni tradisi langka yang ada di
Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosio Historis dengan metode analisis
deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui sumber langsung berupa wawancara terstruktur, dan
secara tidak langsung melalui studi kepustakaan dan dokumentasi. Adapun hasil yang didapatkan
yaitu tari Telek yang merupakan bagian dari pementasan sesolahan Sesuhunan atau manifestasi
Tuhan Yang Maha Esa tersebut masih dilestarikan hingga sekarang. Tari Telek yang ada di Banjar
Kangin Desa Adat Panjer merupakan bagian dari pertunjukan Tari Barong, Rangda, Rarung, dan
Topeng Sidakarya yang berfungsi sebagai sarana pengungkapan kepercayaan atau keyakinan
dari masyarakat penyangganya yaitu khususnya masyarakat Banjar Kangin terhadap keberadaan
manifestasi Tuhan yang berstana sebagai Sesuhunan berupa Barong, Rangda, Rarung, dan Topeng
Sidakarya yang menjaga dan melindungi masyarakat Desa Adat Panjer Denpasar Selatan.
Kata kunci: panjer, seni tradisi, tele
TARI KREASI CANGAK CONGAK
Tari Kreasi Cangak Congak adalah tari yang mengandung nilai Pendidikan yang mengambil ide
dari nilai-nilai moral yang terdapat pada cerita Tantri. Cerita Tantri berisikan tentang tingkah laku para
binatang yang didongengkan oleh Ni Diah Tantri pada Raja Patali Nagantun, Prabu Eswaryadala. Cerita
Tantri merupakan cerita berbingkai yang berjalin sebagai dongeng dan juga kaya akan ajaran moral.
Melalui Tantri mengajarkan manusia dengan perumpamaan langsung tentang hubungan sebab akibat sifat-
sifat para binatang dan tokoh dalam cerita. Seperti cerita Pedanda Baka atau burung cangak yang tamak
yang merupakan sumber ide dari penciptaan ini.
Penciptaan Tari Kreasi Cangak Congak menggunakan metode penciptaan seni yang diungkapkan
oleh Alma M. Hawkins pada bukunya “Creating Through Dance”, yang telah diterjemahkan oleh Y.
Sumandiyo Hadi (2003) dalam buku Mencipta Lewat Tari. Menurut Alma M. Hawkins, tahapan-tahapan
penciptaan seni terdiri atas eksplorasi (exploration), improvisasi (improvisation), dan pembentukan
(forming). Tahapan-tahapan penciptaan seni tersebut (khususnya seni tari), digunakan untuk membantu
menjabarkan secara detail tentang proses kreatif pada penciptaan Tari Kreasi Cangak Congak. Terkait
dengan hal tersebut, eksporasi dilakukan melalui perolehan rangsangan kinestetik, audio, visual, raba, dan
lain sebagainya. Eksplorasi juga merupakan proses berpikir, merasakan, berimajinasi dan merespon segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber ide dalam menciptakan karya tari. Dalam tahap eksplorasi
ini penulis beserta dengan anak didik melihat secara langsung bagaimana wujud nyata serta aktifitas yang
dilakukan oleh burung bangau atau cangak tersebut. Menonton berbagai refrensi seni tari yang bertemakan
fauna dan yang kemudian dijadikan sebuah pola berpikir baru untuk menciptakan karya Tari Kreasi
Cangak Congak. Setelah melakukan eksplorasi, maka dilanjutkan dengan proses improvisasi untuk
melakukan gerakan-gerakan spontan yang merespon hasil dari eksplorasi terhadap karakter dan pesan
moral yang terkandung dalam cerita pedanda baka tersebut. Terakhir adalah proses pembentukan, yakni
dengan menggabungkan apa yang telah diperoleh dari eksplorasi dan improvisasi. Proses pembentukan ini
bisa dikatakan sebagai bagian akhir dari suatu metode penciptaan sebuah karya seni tari
PEMBELAJARAN IRINGAN TARI REJANG PAMENDAK PASEPAN DI SANGGAR TARI DAN TABUH DHARMA KUSUMA SANGGALANGIT KABUPATEN BULELENG
Pembelajaran seni adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
sesuatu perubahan sikap dan tingkah laku sebagai hasil pengalaman berkesenian dan berinteraksi
dengan budaya lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk
melaksanakan pembelajaran iringan tari Rejang Pamendak Pasepan di Sanggar Tari dan Tabuh Dharma
Kusuma Sanggalangit Kabupaten Buleleng, dengan fokus penelitian untuk mendeskripsikan karakteristik
iringan tari Rejang Pamendak Pasepan; proses pembelajaran iringan tari Rejang Pamendak Pasepan; serta
faktor pendukung dan penghambat pembelajaran iringan tari Rejang Pamendak Pasepan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan datanya digunakan observasi,wawancara,
dokumentasi, dan studi kepustakaan. Sumber data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Teknik analisis datanya digunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Iringan tari Rejang Pamendak Pasepan terinspirasi dari
sekumpulan wanita yang melaksanakan prosesi mendak (mengundang) menggunakan sarana pasepan. Ciri
khas iringan tari Rejang Pamendak Pasepan menggunakan kendang cedugan (pepanggulan) serta modulasi
nada yang ditonjolkan pada permainan instrumen suling; (2) Proses pembelajaran iringan tari Rejang
Pamendak Pasepan di Sanggar Tari dan Tabuh Dharma Kusuma Sanggalangit Kabupaten Buleleng
dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam seminggu, mulai pukul 19.00 wita dengan peserta didik 31 orang, melalui
tahap persiapan (preparation), tahap penyampaian (presentation), tahap latihan (practice), dan tahap
penampilan (performance); (3) Faktor pendukung dalam pembelajaran iringan tari Rejang Pamendak
Pasepan yaitu faktor internal dari diri peserta didik seperti intelegensi, motivasi, minat dan bakat. Faktor
eksternal, yaitu dukungan dari orang tua dan ketua sanggar serta tersedianya barungan gamelan Gong
Kebyar. Faktor penghambat berupa faktor internal yaitu sikap peserta didik kurang disiplin dan kurang rasa
percaya diri. Sedangkan faktor eksternal yaitu keadaan gedung tempat pembelajaran kurang memadai,
karena gedung dalam proses pembangunan, beberapa instrumen kurang baik (ada rusak).
Kata Kunci: Pembelajaran, iringan tari rejang pamendak pasepa