2 research outputs found

    The Potential of Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Flour and Porang Flour Formulation as an Anti-Diabetes Type-2 Agent

    Get PDF
    Porang (Amorphophallus muelleri Blume) is a source of glucomannan in Indonesia, and a potential agent for diabetes mellitus treatment, apart from konjac. This study aims to determine the potential of porang flour formulation as a therapeutic agent for diabetes mellitus, especially type-2 diabetes mellitus. Soluble fiber, water absorption capacity(WAC), disintegration time, and viscosity of porang flour (PF) and porang flour formulation (PFF: consist of 85% porang flour, 1.03% k-carrageenan flour, 12% inulin flour, and 1.97% modified cassava flour (MOCAF)) were scrutinized. Twenty-eight male albino Wistar rats were randomly split into seven experimental groups. Five groups consisting of diabetic rats were treated using porang flour (300 mg/kg bw); low, middle, and high doses of porang flour formulation (100, 300, 500 mg/kg bw, respectively); and metformin (51.38 mg/kg bw). The rest were normal, and the diabetic (DM) control group. PF, PFF, and metformin were orally administered to the streptozotocin-induced diabetic rats per day for four weeks of the experiment. Fasting plasma glucose (FPG), Malondialdehyde (MDA) level, lipid profile, aspartate aminotransferase (AST), and alanine transaminase (ALT) levels of the blood plasma were measured, while the pancreas was used for immunohistochemical study and β-cells quantification. ANOVA was employed to analyze the data, followed by Honestly Significance Difference using Minitab version 17.0. The result indicated a significant effect of  PF, PFF,  and metformin on decreasing FPG and MDA and increasing the number of pancreatic β- cells in DM rats. Porang flour (300 mg/kg bw) and middle-dose PFF are potential therapeutic agents for type-2 DM

    Optimasi pengeringan chips porang (amorphophallus muelleri blume) skala pilot plant menggunakan rotary oven tray.

    Get PDF
    Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan salah satu sumber umbi-umbian khas Indonesia. Amorphophallus adalah tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae), umbi mengandung glukomanan dan kristal oksalat. Pengolahan porang secara sederhana umum dilakukan masyarakat Indonesia dengan cara pengeringan. Pengeringan dengan sinar matahari dan dilahan terbuka mengakibatkan chip porang yang dihasilkan menjadi kotor dan berwarna gelap. Pengeringan menggunakan rotary oven tray belum pernah dilakukan sebelumnya untuk komoditas ini, namun prinsip pengeringan menggunakan udara panas merupakan salah satu pilihan yang tepat. Pada penelitian ini menggunakan metode optimasi yang dengan rancangan Central Composit Design (CCD) dengan metode Response Surface Methodology (RSM) dengan dua variabel yaitu berat chip yang dikeringkan dan waktu pengeringan, hasil yang diamati adalah rendemen (%), kadar air (%), derajat putih, kadar glukomanan (%) dan kadar kalsium oksalat (%). Analisis data dilakukan dengan program Design Expert yang merupakan respon dari hasil penelitian, kemudian dilakukan tahap verifikasi terhadap produk dengan perlakuan paling optimum. Verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai respon hasil penelitian yang sebenarnya dengan nilai hasil perhitungan program dengan nilai validasi dibawah 5%. Setelah tahap verifikasi optimasi, dilakukan analisa residu sulfit untuk mengetahui batas keamanannya. Hasil optimasi yang diprediksikan oleh program menunjukkan bahwa kondisi optimum pengeringan chips porang dengan kajian lama pengeringan dan berat chips yaitu lama pengeringan selama 12.00 jam dan berat chips basah 9.00 Kg dengan respon rendemen 19.71 ± 0.303 %, kadar air 9.25 ± 0.336 %, derajat putih 51.12 ± 1.315, kadar glukomanan 46.94 ± 2.08 %, kadar kalsium oksalat 8.20 ± 0.906 %. Hasil verifikasi respon rendemen 19.28%, respon kadar air 8.8% respon derajat putih 45.17%, respon kadar glukomanan 49.43% dan respon kadar oksalat 7.67%. Hasil verifikasi menunjukkan optimasi yang kurang akurat untuk respon rendemen, kadar air dan kadar glukomanan namun akurat untuk respon derajat putih dan kadar kalsium oksalat. Residu sulfit pada chips porang terverifikasi yaitu 437,46 ppm. Hasil uji T (T-test) menunjukkan bahwa residu SO2 antara rerata chips teroptimasi dan terverifikasi tidak berbeda secara signifikan dengan selisih 13.9 dan p-value 0.595 (59.5%. Chips terverifikasi dinyatakan tidak aman dikonsumsi dengan dosis 160,18 mg/Kg Berat Badan
    corecore