12 research outputs found
Parameter Populasi Kerang Lumpur Tropis Anodontia Edentula Di Ekosistem Mangrove
Population Parameters of Tropical Mudflat Clam, (Anodontia edentula) in MangroveEcosystem. Over a 12 months period (Januari 2005 ā Desember 2005), population parameters oftropical mudflat clam, (Anodonta edentula) in mangrove ecosystem were determined. Theobjectives of this research were to study population parameters (growth, recruitment patternand mortality) of this tropical mudflat clam. The results showed that asymtotic length (Linfinity) of males, females, also males and females combined were 65.63 mm, 70.88mm and 70.58mm, and the size of males was less than females; annual growth coefficient (K) of males,females, also males and females combined were 1.3, 1.5 and 1.5 respectively, which indicateda fast growth of the clams in relatively short period, which were 2.3 years for the males, 2 yearsfor the females, and 2.1 year for males and females combined. Subsequently, total mortalityrate (Z) of the males, females, also males and females combined were 4.56 Ā± 0.31, 4.61 Ā± 0.65, and4.95 Ā± 0.43. These high rates were caused by the extreme life condition, also by the thin andfragile shells of the clams. Recruitment occurred every month in the males, females, and alsomales and females combined. Overall, there were two unequal pulses. The peaks of males werein June (12.38%) and October (14.77%), while in the females were in April (16.88%) and August(15.12%), and in the males and females combined were in March (12.67%) and May (20.26%)
PENGGEMUKAN KEPITING BAKAU Scylla serrata BERUKURAN KECIL HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DUSUN WAEL, KECAMATAN PIRU, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Experiment on the enlargement of individual mud crab Scylla serrata which caught by ļ¬sherman in the waters of Wael District still under economy worthy price. The purposes of this study is to see the crab growth rate through one of the crab ļ¬ sheries management strategies, there are maintenance and fattening. The weight size of individual mud crab used in this study between 100 gr to 325 gr ind-1. Male mud crabs was separated from females as a fattening treatment experiment and was placed on the two bamboo cages which each contain of 15 individuals then placed separately. Observation was made along 4 months. The result showed that the growth pattern of male and female mud crabs is still exponential, which male individu reach on average 532.3 gr weight change ind-1 and female with 499 gr ind-1 in 4 months. It concluded that female mud crabs has slower growth rate than males, and the fattening not reached an asymptotic value, which means they still can be fattened again in the cage
ORGANISASI DAN MANAJEMEN ISLAM
Dalam buku ini, tertulls bagaimana prinsip manajemen sebagai pondasi dasar atas keberlangsungan sebuah organisasi, praktik fungsi-fungsi manajemen, perilaku organisasi serta bagaimana potret etika bisnis menurut pandangan Islam. Materi di atas tentunya disajikan yang relevan dengan mata kuliah seputar manajemen yang menjadi alternatif pegangan bagi mahasiswa dan dosen yang menempuh studi tersebut
KONEKTIVITAS GENETIK Cephalopholis sexmaculata ANTARA DAERAH PENANGKAPAN DAN DAERAH KONSERVASI DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN 714
The Fisheries Management Area (FMA 714) has great potential for reef fish with high diversity. However, exploitation of reef fish, especially grouper in FMA 714 is also high to meet national and international market demand. One of the species of grouper is Cephalopholis sexmaculata from the Serranidae family. This research was conducted with the aim to determine genetic distance and phylogenetic relationships as well as genetic diversity, population structure and genetic connectivity of the C. sexmaculata in conservation areas and fishing areas in FMA 714 using DNA barcoding. Samples of C. sexmaculata were collected using a survey method with analyzes carried out including molecular analysis, phylogenetic relationships as well as genetic diversity and connectivity. The results of the research show that the C. sexmaculata population in FMA 714 has a very close relationship with the the values of genetic distance ranging from 0-10.9%. The genetic diversity obtained also shows the value of 1 which is categorized as high in each population. The connectivity formed from the population structure of this species indicates the existence of genetic exchange between the C. sexmaculatapopulation in the conservation area and the fishing area in FMA 714.
ABSTRAK
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 714) memiliki potensi ikan karang yang besar dengan keragaman yang tinggi. Walaupun demikian, eksploitasi ikan karang terutama ikan kerapu di WPP 714 juga cukup tinggi untuk memenuhi permintaan pasar nasional dan internasional. Salah satu jenis ikan kerapu adalah Cephalopholis sexmaculata dari famili Serranidae. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jarak genetik dan hubungan filogenetik serta keragaman genetik, struktur populasi dan konektivitas genetik dari spesies C. sexmaculata antara daerah konservasi dan daerah penangkapan di WPP 714 dengan menggunakan DNA barcoding. Sampel ikan C. sexmaculata diperoleh menggunakan metode survei dengan analisis yang dilakukan meliputi analisis molekuler, hubungan kekerabatan atau filogenetik serta keragaman dan konektivitas genetik. Hasil penelitian menunjukan bahwa populasi C. sexmaculata di WPP 714 memiliki hubungan yang sangat dekat dengan jarak genetika yang diperoleh berkisar antara 0-10,9%. Nilai keragaman genetik yang diperoleh juga menunjukan angka 1 yang terkategori tinggi pada setiap populasi. Konektivitas yang terbentuk dari struktur populasi pada spesies ini menunjukan pendugaan terhadap adanya pertukaran genetik antara populasi C. sexmaculata di daerah konservasi dengan daerah penangkapan di WPP 714.
Kata Kunci: WPP 714, Cephalopholis sexmaculata, penanda DNA, konektivitas, filogeneti
Biological aspects of roundscads (Decapterus spp.) inhabiting the waters of Southeast Maluku, Eastern Indonesia
This research was conducted at Langgur City, Southeast Maluku Regency, Maluku Province, Eastern Indonesia from November 2020 to February 2021 to study biological aspects of roundscads (Decapterus spp.) which consist of species composition, sex ratio, gonad maturation level, size distribution, length-weight relationship and condition factor. Samples were collected at traditional fish market in Langgur City. Fish samples collected at the market were put into cool box and then brought to the laboratory for further examination. Fish samples were identified, separated based on species, dissected to determine their sex and gonad maturation stage and then measured. Totally, there were 290 specimen collected which consist of five species namely Decapterus kurroides, D. macarellus, D. macrosoma, D. muroadsi and D. russelli. Sex ratio between male and female for all species showed 1:1. Gonad maturation level showed that stage I and II have higher percentage than stage III and IV indicates immature fish more dominant compare to mature one. Among five species found, D. macarellus has larger size while the smaller belongs to D. muroadsi. Results of length-weight relationship analysis showed that roundscads inhabiting Southeast Maluku waters have isometric and negative allometric growth pattern with relative condition factor around 1.00
Ekstraksi minyak biji intaran menggunakan pelarut etanol
Pohon intaran (neem tree) yang juga dikenal dengan nama nimba atau margosa adalah pohon hijau tropis yang berasal dari negara India yang juga dapat ditemukan di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Hampir seluruh bagian tanaman intaran ini memiliki nilai ekonomis, terutama biji intaran yang memiliki kandungan minyak terbesar. Di dalam minyak tersebut terkandung komponen aktif yang dapat berfungsi sebagai insektisida nabati dan kosmetik. Metode yang dapat digunakan untuk mengekstrak minyak biji intaran adalah ekstraksi pelarut. Karena minyak biji intaran memiliki banyak manfaat, maka
dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi optimum untuk mendapatkan minyak biji intaran. Selain itu, ditentukan juga sifat kimia fisika minyak, kinetika ekstraksi minyak biji intaran dan besaran termodinamika.
Pada penelitian ini, minyak biji intaran didapat melalui proses ekstraksi pelarut menggunakan etanol. Mulanya biji intaran yang memiliki kandungan air sebesar 7,8% diperkecil ukurannya. Serbuk biji intaran ini kemudian diekstrak menggunakan etanol dengan perbandingan serbuk biji intaran dan etanol sebesar 1:5. Proses ekstraksi ini menggunakan labu leher tiga dan jaket peruanas serta diaduk menggunakan pengaduk motor. Setiap interval waktu 20 menit mulai menit ke-20 sampai dengan menit ke-200, diambil sampel sebanyak 15 mL untuk disentrifugasi.
Kemudian dari sampel tersebut, diambil 3 sampel masing-masing sebanyak 5 mL untuk diuapkan dan ditimbang berat minyaknya. Proses ini dilakukan untuk variasi ukuran partikel yaitu +14/-20 mesh, +20/-25 mes h d an +25/-40 mesh dan variasi suhu ekstraksi yaitu 30Ā°C, 35Ā°C, 40Ā°C, 45Ā°C dan 50Ā°C. Selain itu, dilakukan juga analisa sifat fisika dan kimia minyak intaran dari proses ekstraksi pada berbagai variasi suhu.
Dari penelitian ini, didapatkan bahwa yield terbesar didapatkan pada suhu 50Ā°C dan ukuran partikel +25/-40 mesh, yaitu 41,0823%. Kinetika ekstraksi minyak biji intaran berorde satu dengan persamaan YA = YA,.(l- exp(-K.t)). Proses ekstraksi ini bersifat endotermis ( ĪĪ( +) ), irreversibel (ĪS(+)) dan spontan ( ĪG(-) ). Kualitas minyak biji intaran juga akan menurun seiring dengan meningkatnya suhu ditandai dengan meningkatnya bilangan asam, penyabunan dan peroksida serta menurunnya bilangan iodine
Prarencana Pabrik Limonene Oksida dari bahan baku kulit jeruk keprok kapasitas : 899,4 ton per tahun
Plastik merupakan bahan yang saat ini banyak digunakan di masyarakat. Hal Ini menyebabkan pemakaian minyak bumi sebagai bahan baku plastik akan meningkat. Oleh karena itu, maka banyak usaha dilakukan untuk dapat memproduksi plastik dengan menggunakan bahan yang dapat diperbaharui. Salah satunya adalah dengan menggunakan jeruk yang merupakan buah yang sangat banyak diproduksi setiap tahunnya. Pada pra rencana pabrik ini, direncanakan untuk mengolah jeruk menjadi senyawa limonene oksida yang merupakan bahan baku untuk membuat polimer plastik yang sejenis dengan polistirena.
Kulit jeruk awalnya dicuci, dipotong dan diseragamkan ukurannya. Kulit jeruk yang sudah di-pretreatment kemudian dilewatkan pada proses destilasi uap untuk mendapatkan kandungan minyaknya. Minyak ini kemudian didinginkan dalam settling tank yang dilengkapi dengan refrigerasi untuk mendapatkan Iimonene. Limonene ini kemudian direaksikan dengan Tersier Butil Hidroperoksida (TBHP) untuk mendapatkan Iimonene oksida. Campuran produk ini kemudian dipisahkan dengan menggunakan proses destilasi. Pabrik mie jagung direncanakan akan beroperasi secara kontinyu dimana dalam 24 jam dibagi menjadi 3 shift. Dalam 1 tahun pabrik akan beroperasi selama 365 hari.
Pabrik limonene oksida dari bahan baku kulit jeruk keprok ini memiliki rincian sebagai berikut :
ā¢ Bahan baku utama : Kulit jeruk keprok, Tersier Butil Hidroperoksida, Aseton dan Silika
ā¢ Kapasitas bahan baku utama : Kulit jeruk = 10 ton/jam ā¢Tersier Butil Hidroperoksida = 57,092 kg/jam ā¢Aseton = 2,235 kg/jam ā¢Silika = 0,745 kg/jam
ā¢ Kapasitas produksi : 889,4 ton/tahun
ā¢ Utilitas : Air = 23.103 m3/hari Steam 100ĖC = 1.121.568 kg/hari Steam 200ĖC = 12.404,664 kg/hari Refrigerant: Etana= 4.952.192,952 kg/hari Listrik = 13.804,358 kW Minyak IDO = 2.521,513 mĀ³ / bulan
ā¢ Jumlah tenaga kerja : 200 orang
ā¢ Lokasi pabrik : Pandaan, Pasuruan, Propinsi Jawa Timur
ā¢ Luas Tanah : 34.587,30 m2
ā¢ Analisa ekonomi Metode Discounted Cash Flow
Modal tetap (FCI) : Rp. 719.916.351.415,78
Modal kerja (WCI) : Rp 127.044.062.014,55
Modal total (TCl) : Rp 846.960.413.430,33
ā¢ Biaya Produksi Total (TPC) : Rp. 664.340.695.260,59
ā¢ Penjualan per tahun : Rp 1.684.298.766.684,61 Rate of Return (ROR) sebelum pajak: 69% Rate of Return (ROR) setelah pajak : 48% Rate of Equity (ROE) sebelum pajak: 96% Rate of Equity (ROE) setelah pajak : 70% Pay Out Time (POT) sebelum pajak : 1,52 (1 tahun 6,24 bulan) Pay Out Time (POT) setelah pajak : 1,84 (I tahun 10,08 bulan) Break Even Point (BEP) : 16
Ekstraksi minyak biji intaran menggunakan pelarut etanol
Pohon intaran (neem tree) yang juga dikenal dengan nama nimba atau margosa adalah pohon hijau tropis yang berasal dari negara India yang juga dapat ditemukan di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Hampir seluruh bagian tanaman intaran ini memiliki nilai ekonomis, terutama biji intaran yang memiliki kandungan minyak terbesar. Di dalam minyak tersebut terkandung komponen aktif yang dapat berfungsi sebagai insektisida nabati dan kosmetik. Metode yang dapat digunakan untuk mengekstrak minyak biji intaran adalah ekstraksi pelarut. Karena minyak biji intaran memiliki banyak manfaat, maka
dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi optimum untuk mendapatkan minyak biji intaran. Selain itu, ditentukan juga sifat kimia fisika minyak, kinetika ekstraksi minyak biji intaran dan besaran termodinamika.
Pada penelitian ini, minyak biji intaran didapat melalui proses ekstraksi pelarut menggunakan etanol. Mulanya biji intaran yang memiliki kandungan air sebesar 7,8% diperkecil ukurannya. Serbuk biji intaran ini kemudian diekstrak menggunakan etanol dengan perbandingan serbuk biji intaran dan etanol sebesar 1:5. Proses ekstraksi ini menggunakan labu leher tiga dan jaket peruanas serta diaduk menggunakan pengaduk motor. Setiap interval waktu 20 menit mulai menit ke-20 sampai dengan menit ke-200, diambil sampel sebanyak 15 mL untuk disentrifugasi.
Kemudian dari sampel tersebut, diambil 3 sampel masing-masing sebanyak 5 mL untuk diuapkan dan ditimbang berat minyaknya. Proses ini dilakukan untuk variasi ukuran partikel yaitu +14/-20 mesh, +20/-25 mes h d an +25/-40 mesh dan variasi suhu ekstraksi yaitu 30Ā°C, 35Ā°C, 40Ā°C, 45Ā°C dan 50Ā°C. Selain itu, dilakukan juga analisa sifat fisika dan kimia minyak intaran dari proses ekstraksi pada berbagai variasi suhu.
Dari penelitian ini, didapatkan bahwa yield terbesar didapatkan pada suhu 50Ā°C dan ukuran partikel +25/-40 mesh, yaitu 41,0823%. Kinetika ekstraksi minyak biji intaran berorde satu dengan persamaan YA = YA,.(l- exp(-K.t)). Proses ekstraksi ini bersifat endotermis ( ĪĪ( +) ), irreversibel (ĪS(+)) dan spontan ( ĪG(-) ). Kualitas minyak biji intaran juga akan menurun seiring dengan meningkatnya suhu ditandai dengan meningkatnya bilangan asam, penyabunan dan peroksida serta menurunnya bilangan iodine
Prarencana Pabrik Limonene Oksida dari bahan baku kulit jeruk keprok kapasitas : 899,4 ton per tahun
Plastik merupakan bahan yang saat ini banyak digunakan di masyarakat. Hal Ini menyebabkan pemakaian minyak bumi sebagai bahan baku plastik akan meningkat. Oleh karena itu, maka banyak usaha dilakukan untuk dapat memproduksi plastik dengan menggunakan bahan yang dapat diperbaharui. Salah satunya adalah dengan menggunakan jeruk yang merupakan buah yang sangat banyak diproduksi setiap tahunnya. Pada pra rencana pabrik ini, direncanakan untuk mengolah jeruk menjadi senyawa limonene oksida yang merupakan bahan baku untuk membuat polimer plastik yang sejenis dengan polistirena.
Kulit jeruk awalnya dicuci, dipotong dan diseragamkan ukurannya. Kulit jeruk yang sudah di-pretreatment kemudian dilewatkan pada proses destilasi uap untuk mendapatkan kandungan minyaknya. Minyak ini kemudian didinginkan dalam settling tank yang dilengkapi dengan refrigerasi untuk mendapatkan Iimonene. Limonene ini kemudian direaksikan dengan Tersier Butil Hidroperoksida (TBHP) untuk mendapatkan Iimonene oksida. Campuran produk ini kemudian dipisahkan dengan menggunakan proses destilasi. Pabrik mie jagung direncanakan akan beroperasi secara kontinyu dimana dalam 24 jam dibagi menjadi 3 shift. Dalam 1 tahun pabrik akan beroperasi selama 365 hari.
Pabrik limonene oksida dari bahan baku kulit jeruk keprok ini memiliki rincian sebagai berikut :
ā¢ Bahan baku utama : Kulit jeruk keprok, Tersier Butil Hidroperoksida, Aseton dan Silika
ā¢ Kapasitas bahan baku utama : Kulit jeruk = 10 ton/jam ā¢Tersier Butil Hidroperoksida = 57,092 kg/jam ā¢Aseton = 2,235 kg/jam ā¢Silika = 0,745 kg/jam
ā¢ Kapasitas produksi : 889,4 ton/tahun
ā¢ Utilitas : Air = 23.103 m3/hari Steam 100ĖC = 1.121.568 kg/hari Steam 200ĖC = 12.404,664 kg/hari Refrigerant: Etana= 4.952.192,952 kg/hari Listrik = 13.804,358 kW Minyak IDO = 2.521,513 mĀ³ / bulan
ā¢ Jumlah tenaga kerja : 200 orang
ā¢ Lokasi pabrik : Pandaan, Pasuruan, Propinsi Jawa Timur
ā¢ Luas Tanah : 34.587,30 m2
ā¢ Analisa ekonomi Metode Discounted Cash Flow
Modal tetap (FCI) : Rp. 719.916.351.415,78
Modal kerja (WCI) : Rp 127.044.062.014,55
Modal total (TCl) : Rp 846.960.413.430,33
ā¢ Biaya Produksi Total (TPC) : Rp. 664.340.695.260,59
ā¢ Penjualan per tahun : Rp 1.684.298.766.684,61 Rate of Return (ROR) sebelum pajak: 69% Rate of Return (ROR) setelah pajak : 48% Rate of Equity (ROE) sebelum pajak: 96% Rate of Equity (ROE) setelah pajak : 70% Pay Out Time (POT) sebelum pajak : 1,52 (1 tahun 6,24 bulan) Pay Out Time (POT) setelah pajak : 1,84 (I tahun 10,08 bulan) Break Even Point (BEP) : 16
Implementation Of Performance Assessment To Determine Employee Performance
This study has a purpose to determine the implementation of performance appraisal to assess employee performance conducted at PT. XYZ Sampling is done by using the census technique, namely taking samples from the total population. The research instrument used a questionnaire. Then test the validity and reliability to test the data requirements. The weighting of the questionnaire uses a Likert scale. The data analysis technique used a correlation test and t-test (hypothesis test).From the research results, the implementation of work performance to assess employee performance is carried out based on the work performance form with an assessment based on a rating scale. Employee performance has been included in the "good" category. This is known from the majority of employees who have assessment results with scores that fall into the good category. Employee performance has also produced good results. It was concluded that there is a strong and positive relationship between work performance and employee performance. It is known from the acquisition of the value of r = 0.722. A positive and strong relationship means that if the work performance variable increases, it will be followed by an increase in employee performance. Vice versa, if there is a decrease in the work performance variable, it will be followed by a decrease in the performance variable