29 research outputs found
UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS SERUM SAPI DENGAN PENGGUNAAN PENGAWET NaN3 2% YANG DISIMPAN PADA SUHU -20°C SEBAGAI ALTERNATIF SERUM KONTROL TERHADAP KADAR TOTAL PROTEIN
Background: Internal quality assurance of clinical laboratory is done to ensure the quality of laboratory examination. One of the activities of internal quality assurance in clinical chemistry laboratories is quality control that requires control serum. Research says that the use of control materials from serum animals such as cow and horse is more recommended because animal serum is free of infectious diseases such as HIV, HBV, and HCV. One of the quality control parameters in clinical laboratory is total protein examination. Objective: To determine the results of homogeneity and stability tests of cow serum with the use of NaN3 preservatives at 2% stored at -20°C to total protein levels. Methods: This study is a quasi-experimental using Pre and Post Test design. The object of this research is cow blood taken from Segoroyoso Slaughterhouse, Imogiri, Bantul. Data analysis using homogeneity and stability tests were calculated statistically based on ISO 13258:2005. Results: The homogeneity test data obtained a value of 0.3 σ is 0.87876, then the sample is declared homogeneous because it meets the criteria Ss ≤ 0.3 σ which is 0.04784 ≤ 0.87867. Based on homogeneity test data obtained Xr = 7.93000 and stability test data obtained Yr = 7.75 so that |Xr - Yr| = |7.93000 - 7.75| = 0.19, the price of 0.3 σ = 0.87867, then the sample is declared stable because it meets the criteria |Xr - Yr| ≤ 0.3 σ which is 0.19 ≤ 0.87867. Conclusion: Cow serum that have been stored for 10 weeks at -20°C are considered homogeneous and stable to total protein levels by meeting the criteria in ISO 13528:2005.
Keywords: Homogeneity, stability, cow serum, total protein level
UJI EFEKTIVITAS HERBAL SEREH (Cymbopogon citratus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
Latar Belakang : Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik berupa berkurangnya jumlah produksi hormon insulin karena ketidakmampuan organ pankreas memproduksi, atau sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin. Herbal sereh mengandung flavonoid, tanin, saponin, polifenol, alkaloid, vitamin A dan C yang dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas penurunan kadar glukosa darah setelah diberi herbal sereh (Cymbopogon citratus) pada tikus putih galur wistar yang diinduksi streptozotocin dan nicotinamida (NA) dibandingkan dengan glibenklamid
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih jantan galur Wistar, dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, obat standar glibenklamid (0,09mg/ 200gr BB), herbal sereh 1 (0,09gr/200gr BB) dan herbal sereh 2 (0,18gr/200gr BB). Kadar glukosa darah ditetapkan sebelum dan sesudah perlakuan selama 28 hari dengan metode GOD-PAP.
Hasil Penelitian : Rerata kadar glukosa darah sesudah perlakuan pemberian herbal sereh dosis 1 dan 2 berturut-turut sebesar 146,63mg/dl dan 125,67mg/dl. Penurunan Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh dosis herbal (p<0,05). Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan herbal sereh dosis 1 dan 2 masih lebih rendah dibandingkan kelompok yang diberi obat standar glibenklamid (p<0,05).
Kesimpulan : Herbal sereh mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetik.
Kata Kunci : Herbal sereh, kadar glukosa darah, tikus putih jantan
UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS SERUM SAPI DENGAN PENGGUNAAN PENGAWET NaN3 2% YANG DISIMPAN PADA SUHU -20°C SEBAGAI ALTERNATIF SERUM KONTROL TERHADAP KADAR TOTAL PROTEIN
ABSTRAK
Latar Belakang : Pemantapan mutu internal laboratorium klinik dilakukan untuk menjamin kualitas pemeriksaan laboratorium. Kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium kimia klinik salah satunya adalah kontrol kualitas yang membutuhkan serum kontrol. Penelitian mengatakan bahwa penggunaan bahan kontrol dari serum hewan seperti sapi dan kuda lebih direkomendasikan, dengan alasan serum hewan bebas dari penyakit menular seperti HIV, HBV, dan HCV. Parameter kontrol kualitas di laboratorium klinik salah satunya adalah pemeriksaan total protein.
Tujuan Penelitian : Diketahui hasil uji homogenitas dan stabilitas serum sapi dengan penggunaan pengawet NaN3 2% yang disimpan pada suhu -20oC terhadap kadar total protein.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah eksperimen semu menggunakan desain Pre and Post Test. Objek penelitian ini adalah darah sapi yang diambil dari Rumah Potong Hewan Segoroyoso, Imogiri, Bantul. Analisis data menggunakan uji homogenitas dan stabilitas yang dihitung secara statistik berdasarkan ISO 13258:2005.
Hasil Penelitian : Data uji homogenitas didapatkan nilai 0,3 σ adalah 0,87876, maka sampel dinyatakan homogen kerena telah memenuhi kriteria Ss ≤ 0,3 σ yaitu 0,04784 ≤ 0,87867. Berdasarkan data uji homogenitas diperoleh Xr = 7,93000 dan data uji stabilitaaas diperoleh Yr = 7,75 sehingga |Xr – Yr| = |7,93000 - 7,75| = 0,19, harga 0,3 σ = 0,87867, maka sampel dinyatakan stabil karena memenuhi kriteria |Xr – Yr| = ≤ 0,3 σ yaitu 0,19 ≤ 0,87867.
Kesimpulan : Kadar Serum sapi yang sudah disimpan selama 10 minggu pada suhu -20°C dinyatakan homogen dan stabil terhadap kadar total protein dengan memenuhi kriteria dalam ISO 13528:2005.
Kata Kunci : Homogenitas, stabilitas, serum sapi,kadar total protein
Influence of Delay Examination to Glucose Level in Urine
Background : The urine chemistry examination consists of blood tests, bilirubin, urobilinogen, ketone, protein, nitrite, glucose, pH, specific gravity, leukocyte esterase, and ascorbic acid. Glucose tests in urine aim to detect the presence of Glucose in the urine. In the field there are still frequent delays in urine examination. According to the procedure, urine should be checked for a maximum of 1 hour, or no later than 2 hours after urine is urinated. Delays in examinations can affect the results of the examination, including glucose parameters in the urine.
Research Objectives :To determine the effect of delaying examination of glucose levels in urine.
Research Methods : The type of this research is pre-experimental design. This research was conducted on January 7 to March 25, 2019 at the Clinical Laboratory Installation at the Panti Rapih Hospital in Yogyakarta. This research is using 11 remaining samples from outpatients who had known glucose levels in the urine, then examined at a delay of 1 hour, 2 hours, 3 hours, and 4 hours at room temperature (20-25 ° C). Data analysis using the Kruskal-Wallis Test.
Results : Based on the results of statistical tests that have been carried out, it can be seen that there is no effect of delaying the examination of glucose levels in urine that are immediately examined and delayed for 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, at room temperature (20-25 ° C) with a significant level of 0.987 which means (p> 0.05).
Conclusion : There is no effect of delaying the examination of glucose levels in urine that are immediately examined and delayed for 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, at room temperature (20-25 ° C).
Keywords : Examination of glucose level in urine, delay
PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DALAM SERUM LIPEMIK SEBELUM DAN SETELAH DIOLAH MENGGUNAKAN Polyethylene Glycol 6000 8% DAN High Speed SENTRIFUGASI
Serum lipemik yang ditemukan di laboratorium dapat menyebabkan gangguan pada hasil analisis. Serum lipemik dapat meningkatkan penyerapan cahaya dan menurunkan transmisi cahaya yang digunakan pada analisis spektrofotometri. WHO menetapkan beberapa metode untuk menghilangkan lipemik pada serum. Metode alternatif yang dapat digunakan diantaranya adalah pengolahan dengan PEG 6000 8% high speed sentrifugasi. Mengetahui Polyethylene Glycol 6000 8% dapat dijadikan alternatif pengganti High Speed Sentrifugasi dalam pengolahan serum lipemik pada pemeriksaan kadar kolesterol total. Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan rancangan Static Group Comparison. Sampel yang digunakan berjumlah 20 sisa serum lipemik. Serum lipemik diperiksa kadar kolesterol totalnya sebanyak 3 kali, yaitu sebelum diolah, setelah diolah dengan PEG 6000 8% dan setelah high speed sentrifugasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif dalam bentul tabel dan grafik dan analisis statistik menggunakan One sample Saphiro-wilk dan Paired T-Tes Sample. Rerata kadar kolesterol total dalam serum lipemik sebelum diolah, setelah diolah dengan PEG 6000 8% dan setelah High Speed sentrifugasi adalah adalah 218,45 mg/dL, 137,65 mg/dL, 192,95 mg/dL. Selisih penurunan kadar kolesterol total setelah diolah dengan PEG 6000 8% dan High Speed sentrifugasi adalah 55,30 mg/dL (22,66%). PEG 6000 8% dapat dijadikan alternatif pengganti High Speed sentrifugasi dalam penanganan serum lipemik pada pemeriksaan kadar kolesterol total
UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS SERUM SAPI DENGAN PENGGUNAAN PENGAWET NaN3 2% YANG DISIMPAN PADA SUHU -20°C SEBAGAI ALTERNATIF SERUM KONTROL TERHADAP KADAR TOTAL PROTEIN
Latar Belakang : Pemantapan mutu internal laboratorium klinik dilakukan untuk menjamin kualitas pemeriksaan laboratorium. Kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium kimia klinik salah satunya adalah kontrol kualitas yang membutuhkan serum kontrol. Penelitian mengatakan bahwa penggunaan bahan kontrol dari serum hewan seperti sapi dan kuda lebih direkomendasikan, dengan alasan serum hewan bebas dari penyakit menular seperti HIV, HBV, dan HCV. Parameter kontrol kualitas di laboratorium klinik salah satunya adalah pemeriksaan total protein.
Tujuan Penelitian : Diketahui hasil uji homogenitas dan stabilitas serum sapi dengan penggunaan pengawet NaN3 2% yang disimpan pada suhu -20oC terhadap kadar total protein.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah eksperimen semu menggunakan desain Pre and Post Test. Objek penelitian ini adalah darah sapi yang diambil dari Rumah Potong Hewan Segoroyoso, Imogiri, Bantul. Analisis data menggunakan uji homogenitas dan stabilitas yang dihitung secara statistik berdasarkan ISO 13258:2005.
Hasil Penelitian : Data uji homogenitas didapatkan nilai 0,3 σ adalah 0,87876, maka sampel dinyatakan homogen kerena telah memenuhi kriteria Ss ≤ 0,3 σ yaitu 0,04784 ≤ 0,87867. Berdasarkan data uji homogenitas diperoleh Xr = 7,93000 dan data uji stabilitaaas diperoleh Yr = 7,75 sehingga |Xr – Yr| = |7,93000 - 7,75| = 0,19, harga 0,3 σ = 0,87867, maka sampel dinyatakan stabil karena memenuhi kriteria |Xr – Yr| = ≤ 0,3 σ yaitu 0,19 ≤ 0,87867.
Kesimpulan : Kadar Serum sapi yang sudah disimpan selama 10 minggu pada suhu -20°C dinyatakan homogen dan stabil terhadap kadar total protein dengan memenuhi kriteria dalam ISO 13528:2005.
Kata Kunci : Homogenitas, stabilitas, serum sapi,kadar total protein
Perbedaan Jumlah Trombosit Pada Darah EDTA Yang Segera Diperiksa dan Penundaan Selama 1 Jam di Laboratorium RSJ Grhasia Yogyakarta
Pre-analytical phases is a very important stage and need to be considered properly. Pre-analytical phases of which is the process of blood sampling, sample delivery, the inclusion of the type of inspection, sample preparation and selection tools. A fact which still often the case that their neglect by nurses or laboratory personnel in taking and processing the blood samples. Blood samples for examination platelet counts as much as possible is done properly and the sample must be examined in less than 1 hour after taking blood. Delays checks can cause a decrease in platelet count. Delays often occur for over an hour due to the shipment of samples from wards that are not immediately performed or work shift lab personnel. The aim of research to determine the difference in the number of platelets in the blood EDTA is immediately checked and a delay of 1 hour by using KX-21 Hematology analyzer. Experimental study design with pre- and post-test study without control. The study was conducted at the Laboratory of RSJ Grhasia Yogyakarta, with the object of research is venous blood from patients RSJ Grhasia between the ages of 20-50 years of both men - men and women. Data were analyzed parametric statistical tests Paired samples t-test. The results of significant research value of the results of parametric statistical tests Paired samples t-test was 0,000 (si
PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA 8 JAM DAN 10 JAM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN METODE ENZIMATIK
Latar Belakang : Diabetes Melitus telah menjadi masalah kesehatan utama di dunia dengan angka kejadian dan kematian yang masih sangat tinggi. Pemeriksaan kadar glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan di instalasi laboratorium klinik. Pemeriksaan glukosa darah umumnya dilakukan bagi penderita Diabetes Mellitus (DM) untuk menegakkan diagnosis serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi. Oleh karena itu diperlukan ketepatan pemeriksaan baik pre analitik, analitik dan post analitik. Untuk mendapatkan hasil yang optimum diperlukan pre analitik yang tepat. Diantaranya persiapan puasa yang dilakukan oleh penderita. Dikarenakan terjadi perbedaan prosedur lama puasa pada pemeriksaan glukosa maka diperlukan pengetahuan tentang perbedaan kadar glukosa darah puasa 8 jam dan 10 jam.
Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya perbedaan kadar glukosa darah puasa 8 jam dan 10 jam pada penderita diabetes mellitus.
Metode Penelitian : penelitian ini adalah eksperimen semu dengan pengumpulan data primer. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober- November 2018. Populasi pada penelitian ini seluruh anggota prolanis di kecamatan Semin yang menderita Diabetes Melitus. Sampel dengan jumlah 20 responden. Analisis data menggunakan Paired T-Test.
Hasil Penelitian : Kadar rata-rata glukosa darah puasa 8 jam adalah 230,95 mg/dl dan kadar rata-rata glukosa darah puasa 10 jam adalah 203,55 mg/dl dengan selisih rata-rata 27,4 mg/dl. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kadar glukosa darah puasa 8 jam dan 10 jam pada penderita diabetes mellitus (p=0,00).
Kesimpulan : Ada perbedaan bermakna antara kadar glukosa darah puasa 8 jam dan 10 jam pada penderita Diabetes Mellitus.
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, kadar glukosa dara
PERBEDAAN JUMLAH SEDIMEN SEL EPITEL PADA URINE BERAT JENIS TINGGI YANG DISENTRIFUGASI DAN DIDIAMKAN
Latar Belakang: Urine harus disentrifugasi dengan kecepatan dan waktu yang tepat untuk mendapatkan sedimen yang optimal dengan sedikit kerusakan sebelum dilakukan proses dekantasi dalam pemeriksaan sedimen urine. Beberapa laboratorium klinis di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak melakukan tahapan sentrifugasi dan hanya mendiamkan urine beberapa saat sebelum dilakukan pemeriksaan. Urine yang tidak disentrifugasi dapat menyebabkan kesalahan hasil yang dapat merugikan pasien maupun instansi terkait.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan dan jumlah sedimen sel epitel pada urine berat jenis tinggi yang disentrifugasi dan didiamkan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Pre experimental designs dengan desain penelitian Static Group Comparison. Sampel penelitian ini adalah sampel urine sewaktu sisa pemeriksaan dari beberapa laboratorium di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kriteria berat jenis ≥ 1.025 sebanyak 50 sampel. Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu sampel disentrifugasi 2.000 rpm selama 5 menit dan sampel yang didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Sampel diperiksa jumlah sedimen sel epitel dibawah mikroskop medan terang dengan penambahan pewarna Sternheimer-Malbin. Hasil diklasifikasikan menjadi +1, +2, +3, +4, dan +5 berdasarkan rentang jumlah sedimen dalam 10 lapang pandang besar.
Hasil Penelitian : Dari 50 total sampel, terdapat 40 (80%) sampel urine memiliki perbedaan tingkat kepositifan hasil dan 10 (20%) sampel memiliki persamaan. Analisis statistik menggunakan Uji Beda Non-parametrik Mann-Whitney U didapatkan nilai signifikasi 0,000 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan jumlah sedimen sel epitel pada urine berat jenis tinggi yang disentrifugasi dan didiamkan.
Kesimpulan : Ada perbedaan jumlah sedimen sel epitel pada urine berat jenis tinggi yang disentrifugasi dan didiamkan.
Kata Kunci : jumlah sedimen sel epitel, sentrifugasi, pendiama
UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS SERUM SAPI DENGAN PENGAWET NaN3 2 % SEBAGAI SYARAT SERUM KONTROL TERHADAP PEMERIKSAAN ALANINE AMINOTRANSFERASE (ALT)
Latar Belakang: Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral pelayanan kesehatan dalam menegakkan diagnosis, pemberian pengobatan, dan pematauan hasil pengobatan sehingga perlu adanya jaminan mutu pemeriksaan laboratorium. Kegiatan jaminan mutu antara lain dengan pelaksanaan Quality Control menggunakan bahan kontrol. Bahan kontrol buatan pabrik relatif mahal. WHO merekomendasikan serum hewan seperti sapi dan kuda untuk pembuatan bahan kontrol. NaN3 biasa digunakan sebagai pengawet untuk penelitian laboratorium dengan konsentrasi 0,1 - 2%.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hasil uji homogenitas dan stabilitas serum sapi dengan pengawet NaN3 2% sebagai syarat serum kontrol terhadap pemeriksaan alanine aminotransferase (ALT).
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah true experiment menggunakan desain penelitian pre test and post test with control. Objek penelitian ini adalah serum sapi yang diberi pengawet NaN3 2%. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2018 sampai Desember 2018. Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Analisis data menggunakan perhitungan uji homogenitas dan uji stabilitas sesuai ISO 13528. Serum sapi homogen bila Ss ≤ 0,3σ dan stabil bila nilai │Xr-Yr│≤ 0,3σ. Nilai σ adalah CVHorwitz = 2 1-0,5logC.
Hasil Penelitian : Pada uji homogenitas serum sapi dengan pengawet NaN3 2% nilai rata-rata umum (Xr) 23,00, standar devisiasi between sample (Ss) 0,10541, nilai 0,3σ adalah 0,74855. Pada uji stabilitas serum sapi diperoleh nilai rata-rata hasil pemeriksaan pada uji stabilitas (Yr) 3,17, nilai │Xr-Yr│19,83. Hasil penelitian adalah serum sapi dengan pengawet NaN3 2% homogen dan tidak stabil terhadap pemeriksaan alanine aminotransferase (ALT).
Kesimpulan: Serum sapi dengan pengawet NaN3 2% homogen dan tidak stabil terhadap pemeriksaan alanine aminotransferase sehingga tidak dapat digunakan sebagai serum kontrol.
Kata Kunci: serum sapi, stabilitas, homogenitas, serum kontrol