302 research outputs found

    Penggunaan Metode Bahasa Lisan Yang Dikombinasikan Dengan Metode Bahasa Isyarat Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Anak Usia Dini Tunaganda 7-8 Tahun

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak dengan gangguan perkembangan kendala kecerdasan dan pendengaran melalui bahasa lisan yang dikombinasikan dengan bahasa isyarat. Desain penelitian ini adalah subjek desain eksperimen tunggal (single-subjek desain), khususnya di desain dasar beberapa mata pelajaran. Berdasarkan temuan dan diskusi, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode lisan yang dikombinasikan dengan bahasa isyarat dapat meningkatkan keterampilan komunikasi pada enam anak dengan gangguan perkembangan kecerdasan dan hambatan pendengaran. Kemampuan untuk berkomunikasi cenderung meningkat selama fase intervensi dan akhirnya mencapai 100% seperti yang ditargetkan. Setelah dua minggu kemudian, bahkan tanpa latihan, enam mata pelajaran masih menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi yang telah dilatih. Dengan kata lain, penerapan metode bahasa lisan yang dikombinasikan dengan bahasa isyarat menggunakan desain subjek tunggal dapat berhasil diterapkan pada enam anak dengan gangguan perkembangan kecerdasan dan hambatan pendengaran. This study aims to improve the ability to communicate children with developmental disorders of intelligence and hearing obstacles through the oral language that combined with sign language. The design of this research is single subject experimental design (single-subject design), particularly across subjects multiple baseline design. Based on the findings and discussion, the results showed that the application of spoken method that combined with sign language can improve communication skills on six children with developmental disorders of intelligence and hearing obstacles. The ability to communicate is likely to increase during the intervention phase and eventually reach 100% as it targeted. After two weeks later, even without exercise, the six subjects still showed the ability to communicate that have been trained. In other words, the application of methods of oral language are combined with sign language using a single subject design be successfully applied to the six children with developmental disorders of intelligence and hearing obstacles

    Kesulitan Menulis Permulaan Pada Anak Usia Dini Dengan Kelainan Tunagrahita Ringan

    Full text link
    : Early Writing Difficulties in Early Childhood with Mild Mental Retardation Disorders. This study aims to determine the difficulty in writing of mentally retarded children and to find out the cause of the writing difficulty. This study uses qualitative descriptive case study. The subjects were 6 children at Sekolah Luar Biasa in Manado. The data were collected through observations and interviews.The data were also based on some analyses of relevant documents. The results show that writing difficulties in children with mental retardation include 1) difficulties in writing complete words (without missing letter), 2) diffi­culties in sequencing letters, 3) difficulties in letters without upside-down position, and difficulties in dif­ferentiating letters and numbers with similar shapes. The writing difficulties were due to the low concen­tration ability, auditory-memory capacity, visual-motoric perception, and inteligence

    ANALISIS YURIDIS BATAS USIA MINIMUM PERKAWINAN BAGI WANITA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 30-74/PUU-XII/2014)

    Get PDF
    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah menentukan batas usia minimum perkawinan pada Pasal 7 ayat 1, jika pria sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita sudah mencapai 16 tahun. Yayasan Kesehatan Perempuan mengajukan permohonan judicial review ke Mahkamah Konstitusi dengan perkara nomor 30/PUU-XII/2014 tentang batas usia minimum perkawinan khususnya bagi wanita. Perkara nomor 30/PUU-XII/2014 telah diputus oleh Hakim Konstitusi dalam Putusan Nomor 30-74/PUU-XII/2014 yang menyatakan menolak permohonan judicial review para Pemohon untuk seluruhnya. Penilaian Hakim Konstitusi adalah pokok permohonan para Pemohon tidak beralasan menurut hukum. Hakim Konstitusi Maria Farida Indrati memiliki pendapat yang berbeda atau dissenting opinion. Tujuan dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui pertimbangan Yayasan Kesehatan Perempuan dalam mengajukan permohonan pengujian materiil Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ke Mahkamah Konstitusi terkait batas usia minimum perkawinan dalam Perkara Nomor 30-74/PUU-XII/2014 dan juga untuk mengetahui pertimbangan Hakim Konstitusi dalam Putusan Nomor 30-74/PUU-XII/2014. Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan berdasarkan norma dan kaidah dari peraturan perundang-undangan. Pendekatan yang digunakan ada dua yaitu pendekatan perundang-undangan yaitu menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan analisis dan pendekatan konsep yaitu pendekatan yang merujuk kepada pandangan-pandangan dan doktrin yang ada. Jenis bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder seperti buku literatur, makalah, jurnal, tesis, atau website. Hasil pembahasan dalam skripsi ini menunjukkan bahwa pertimbangan hukum Yayasan Kesehatan Perempuan tidak beralasan menurut hukum karena Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan merupakan undang-undang yang bersifat khusus untuk mengatur perkawinan sehingga tidak dapat dihubungkan dengan peraturan yang lain sedangkan pertimbangan hukum mahkamah hanya menjaga moral saja karena telah mengabaikan dampak negatif yang dimungkinkan terjadi. Yayasan Kesehatan Perempuan seharusnya mengajukan permohonan legislative review untuk menaikkan batas usia minimum perkawinan khususnya bagi wanita karena ketentuan pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terkait batas usia minimum perkawinan bagi wanita adalah 16 tahun sudah tidak sesuai lagi, melihat adanya perbedaan kondisi antara tahun 1974 dengan sekarang sehingga dikhawatirkan berdampak negatif yang dapat mengurangi hak asasi manusia sesuai dengan pasal 28 UUD 1945. Kata Kunci: Batas Usia Minimum Perkawinan, Usia Perkawinan Wanita, Putusan Mahkamah Konstitusi   Abstract The law Number 1 Year 1974 concerning Marriage has given determination of minimum marriageable age in Article 7 Paragraph 1, age 19 for man and age 16 for woman. Woman Health Foundation proposed a petition for judicial review to Constitutional Court with case number 30/PUU-XII/2014 concerning the minimum marriageable age determination especially for woman. Constitutional Judge has decided the case number 30/PUU-XII/2014 in decision number 30-74/PUU-XII/2014 to refuse Applicants’ judicial review. Assessment is the subject of the Constitutional Court the petition has no legal grounds. Constitutional Judge Maria Farida Indrati have a different opinion or dissenting opinion. The present study aims to find out Woman Health Foundation consideration in proposing a petition for Law material testing Number 1 Year 1974 concerning Marriage to Constitutional Court related to minimum marriageable age determination in  Case Number 30-74/PUU-XII/2014 and find out the Constitutional Judge consideration in Decision Number 30-74/PUU-XII/2014. The research of this thesis is a normative legal research and conducted legal research based on the norms and rules of the legislation. The approach used that approach to legislation that is using legislation as the basis for the initial analysis and concept approach is the approach which refers to the views and doctrines that exist. The type of material used law is the primary legal materials in the form of legislation and secondary legal materials such as literature books, papers, journals, theses, or website. The results of the  discussion in this paper indicate that the legal considerations of Women's Health Foundation has no legal grounds for Law Number 1 Year 1974 concerning Marriage is legislation that is specific to arrange a marriage that cannot be linked with other regulations while the legal considerations court only keep morale because ignores the negative impact that might happen. Women's Health Foundation should apply for a legislative review to raise the minimum age of marriage, especially for women because of the provisions of Article 7, paragraph 1 of Law Number 1 Year 1974 concerning Marriage related to the minimum age of marriage for women is 16 years old is no longer appropriate, notice any difference conditions between 1974 to present so that the feared negative impact that can reduce human rights in accordance with Article 28 of the 1945 Constitution. Keywords: Minimal of Marriageable Age, Age of Woman Marriage, Constitutional Court Decisio

    PERSEPSI PEREMPUAN HIJAB SURABAYA TERHADAP FILM “HIJAB” KARYA HANUNG BRAMANTYO

    Get PDF
    This study aims to determine how perceptions of women’s hijab Surabaya against the film “Hijab” by Hanung Bramantyo, which premiered theaters throughout Indonesia since 15January 2015. The metode used in this study is a qualitative method that aims to explain the phenemenon with the heartiest. Research is going on is done with methods such as interviews and more in the documentation as a technique in getting the data. Results perception shown by women hijab Surabaya against the film “hijab” by Hanung Bramantyo assortment, and measured from the perspective of different. The film, titled hijab is not assessed in accordance with the contents therein story, but the film is quite entertaining hijab because of the comed

    Indeks Kepuasan Ibu Hamil Berdasarkan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kelas Prenatal

    Full text link
    Upaya percepatan penurunan kematian ibu salah satunya melalui peningkatan kualitas pelayanan antenatal dengan pelaksanaan kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi indeks kepuasan ibu hamil terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kelas prenatal. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas fasilitator melalui pelatihan bagi tenaga kesehatan, sehingga fasilitator mempunyai kreatifitas dalam mengelola kelas prenatal. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan analisis regresi ganda. Penelitian dilakukan di Wilayah Puskesmas Tasikmadu Kabupaten Karanganyar dengan sampel ibu hamil peserta kelas prenatal dengan usia kehamilan 4 bulan s/d 36 minggu sejumlah 86 responden.Hasil Penelitian didapatkan variabel Assurance dan Emphaty (X1), Responsiveness dan Reliability (X2), Tangibles (X3) terhadap variabel Indeks Kepuasan (Y) pada nilai p=0.000

    Analisis Penilaian Pasar terhadap Return Saham pada Industri Barang Konsumsi

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel price earning ratio, market to book value, dan market value added terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan populasi Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode observasi 2012 hingga 2013. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 33 sampel dari populasi yang berjumlah 34. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel market to book value yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lainnya (price earning ratio dan market value added) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham pada industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 hingga 2013
    • …
    corecore