16 research outputs found

    EXPLORATION OF BATIK JAMBI ON LEARNING TRANSFORMATION GEOMETRY

    Get PDF
    Geometry Ability is one of the mathematical abilities that must be mastered by students, this is because geometry ability is one part of learning mathematics. However, the reality in the field in junior high school students, students have difficulty in learning transformation geometry, namely in the material of reflection, rotation, translation and dilatation. This difficulty of students is caused by students not understanding the coordinate points on the cartesian plane. The difficulty of students in determining cartesian coordinates has the effect that students cannot determine straight-line drawings based on straight-line equations. Another thing that causes students difficulty in understanding the geometry of transformation is that students' ability to think abstractly is still very low, students cannot describe concepts from mirroring, turnover, shifting and dilatation. The purpose of this study is to understand the geometry of trasnsformas through the exploration of Jambi batik. The research method used is descriptive qualitative, the result of the research obtained is that there is a concept of transformation geometry in Batik Motik Jambi so that it can be applied in mathematics learnin

    ANALISIS LEARNING TRAJECTORY MATEMATIS DALAM KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS RENDAH SEKOLAH DASAR

    Get PDF
    Strategi atau cara siswa kelas rendah sekolah dasar dalam melakukan perkalian cukup variatif. Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji lebih jauh tentang Learning Trajectory perkalian siswa kelas rendah sekolah dasar melalui penelitian. Fokus penelitian ini adalah berusaha mengungkap: (1) Pola empirical learning trajectory perkalian; (2) Hypothetical learning trajectory perkalian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dimana subjeknya adalah siswa kelas rendah sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan (1) Secara umum terdapat lima pola empirical learning trajectory perkalian bilangan cacah di kelas rendah sekolah dasar yaitu: pemodelan dengan benda konkret, pemodelan dengan gambar, penjumlahan, raraban, dan pola buku teks BSE. (2) Hypothetical learning trajectory perkalian dapat disusun berdasarkan pola empirical learning trajectory sehingga dapat digunakan guru sebagai petunjuk dalam membagi tahapan pembelajaran dan dapat memberikan berbagai alternatif strategi ataupun scaffolding untuk membantu dan mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah di kelas rendah sekolah dasar. Kata Kunci: Learning Tarajectory, Perkalian Bilangan Cacah, Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar. The strategies or ways of students at the low-grade of elementary school in doing multiplication are various enough. These various ways motivate the researcher to investigate the learning trajectory of whole number multiplication at the low- grade students at elementary school through the research. The focus of this research is trying to reveal : (1) the pattern of empirical learning trajectory of multiplication; (2) hypothetical learning trajectory of multiplication the research uses the qualitative approach with case study method and the low-grade students of elementary school as the subject. Base on the research result, the researcher conclude: 1) In general, there are five patterns of empirical learning trajectory whole numbers multiplication at the low-grade of elementary school. They are modeling with concrete thing, modeling with pictures, modeling addition, “raraban” and BSE textual book pattern. 2) Hypothetical learning trajectory of multiplication can be arranged based on the empirical learning trajectory pattern which can be used by the teacher as their ways to divide the learning phases. It also give the various strategies alternatively or scaffolding to help the students or solve their problems (difficulties) in comprehending the concept of whole number multiplication at the lower grade of elementary school. Key words: Learning Trajectory, the whole number multiplication, and the lower grade students of the elementary school

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS III SDN KARANGMULYA 02 KECAMATAN MALANGBONG KABUPATEN GARUT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

    Get PDF
    Berdasarkan analisis evaluasi pembelajaran pada pokok bahasan pecahan, siswa kelas 3 SDN Karangmulya 02 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan. Hal ini ditunjukkan dari 32 siswa yang mendapat nilai 60 ke atas (memenuhi KKM) hanya 8 orang, sedangkan 24 orang lainnya mendapat nilai di bawah 60 (belum memenuhi KKM). Hal ini disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya cara guru mengajar yang hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam gelas, siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimilikinya. Padahal dari soal cerita itu dapat melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut peneliti mencoba untuk mengadakan perbaikan dengan merubah cara pembelajaran yang lalu dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada model pembelajaran ini adalah: (1) Orientasi siswa pada masalah, (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) Guru memantau kegiatan siswa. (3) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yang dikembangkan dalam penelitian ini memberikan dampak yang cukup baik bagi siswa, yaitu terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 3 sekolah dasar dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan sederhana dan partisipasi siswa terhadap pembelajaran tergolong positif. Hasil tes siklus 1 telah menunjukkan bahwa ketuntasan belajar dan daya serap ideal telah tercapai, namun prestasi belajar siswa belum dapat dikatakan tinggi dan belum mencapai peningkatan yang diinginkan karena nilai rata-rata kelas baru mencapai angka 72,344 dan ketuntasan belajar baru mencapai 84,375%. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada siklus 1, nilai rata-rata kelas pada siklus 2 mengalami peningkatan, yang cukup baik hingga mencapai 85,625 dan ketuntasan belajar sudah mencapai 100%. Hasil ini masih dapat ditingkatkan lagi karena secara individu masih ada siswa yang nilanya pas-pasan dengan kriteria ketuntasan minimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran pokok bahasan pecahan, siswa kelas 3 SDN Karangmulya 02 telah berhasil dalam belajar dan ketuntasan kelas telah tercapai
    corecore