3 research outputs found

    Variabilitas Fenotipe beberapa Genotipe Kunyit (Curcuma domestica Val.) Lokal Papua di Kabupaten Manokwari

    Get PDF
    Kunyit merupakan tanaman rempah yang berpotensi sebagai bahan pangan fungsional. Penggunaan kunyit sebagai tanaman rempah menyebabkan tanaman ini banyak dibudidayakan hampir di seluruh indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menduga keragaman fenotipe beberapa jenis kunyit koleksi lokal Papua. Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menggambarkan variasi fenotipe dari data pengamatan morfologi dan hasil tanaman kunyit.Variabel yang diamati dalam penelitian mengikuti Pedoman Penyusunan Deskripsi Varietas Hortikultura yang dikeluarkan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian tahun 2011, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang daun, lebar daun, berat per rimpang pertanaman. Analisis keragaman menunjukkan koefisien keragaman fenotipe (KKF)  berkisar dari rendah sampai dengan tinggi. Karakter yang memiliki KKF rendah adalah lebar daun; karakter yang memiliki KKF sedang adalah tinggi tanaman, panjang daun, panjang rimpang dan diameter rimpang, sedangkan karakter yang memiliki KKF tinggi adalah bobot rimpang per tanaman.  Hasil analis komponen utama (AKU) menunjukan bahwa terdapat dua komponen yang berkontribusi terhadap keragaman fenotipe dari 8 kunyit lokal Papua yang diamati. Karakter yang mampu mampu mempengaruhi keragaman komponen pertama dari 8 genotipe lokal Papua antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang daun, lebar daun, berat per rimpang dengan kontribusi sebesar 63,384% dan nilai Eigenvalue 3,803. Karakter yang mempengaruhi keragaman komponen kedua adalah panjang rimpang dan diameter rimpang dengan total kontribusi sebesar 20,753% dan Eigenvalue 1,245. Terdapat 2 klaster utama yang terbentuk berdasarkan analisis keragaman dari karakter vegetatif dan generatif 8 genotipe kunyit lokal yang diamati pada tingkat ketidakmiripan 0,87, yaitu klaster 1 yang terdiri dari genotipe Amban 2 dan kluster 2 yang terdiri dari genotipe bintuni, SP3, SP6, Jayapura 2, Jayapura, Arfai dan Amban

    Identification of root-associated arbuscular mycorrhizal fungi in cassava (Manihot esculenta Crantz) in Manokwari Regency, West Papua, Indonesia

    No full text
    Arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) are crucial for plants growing on marginal soils, especially those with a very high dependence on AMF; one of them is plants with few roots, such as cassava. This study aimed to identify the AMF associated with cassava in six locations in Manokwari Regency, West Papua, Indonesia. The research was carried out using an observation method and purposive sampling at 6 locations. Soil samples were taken from the rhizosphere of 8-month-old cassava plants, with 2 kg of soil at each site. Furthermore, using the host plant Sorghum bicolor L, AMF was trapped in rhizosphere soil samples for three months. The spore morphology identification showed that cassava in North Manokwari District was associated with 3 genera 7 species, West Manokwari District-Manggoapi obtained 3 genera 7 species, Warmare District obtained 2 genera 7 species, Prafi SP-3 District obtained 3 genera 6 species, Masni SP-5 District obtained 3 genera 7 species, and Masni SP-8 District obtained 2 genera 7 species. The highest AMF colonization rate (94%) was found in the roots of the host plant Sorghum bicolor (L.) originating from Masni SP-5 District with the AMF composition consisting of Acaulospora cf. rehmi, Acaulospora cf. spinosa, Acaulospora cf. gerdemanii, Glomus cf. clarum, Gigaspora cf. margarita, Gigaspora cf. rosea, and Gigaspora cf. gigantea

    Keragaan dan Keragaman Genetik 9 Jenis Sagu (Metroxylon spp) di Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk Menduga keragaan karakter kuantitatif 9 jenis sagu di Kampung Marau, Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Menduga karakter yang dapat menunjukkan variasi antara genotipe, Menduga karater yang menunjukkan variasi terbesar dan memiliki korelasi yang kuat. Penelitian dilaksanakan Kampung Marau, Distrik Oridek Kabupaten Biak Numfor pada Bulan Maret 2020 sampai dengan Mei 2020. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan teknik pengamatan secara langsung terhadap tanaman sagu. Variabel yang diamati terdiri dari jumlah anakan, jumlah daun dewasa, jumlah anak daun, panjang anak daun, lebar anak daun, luas anak daun, panjang tangkai daun/petiol, lebar petiol, lingkar batang, tinggi batang, dan diameter batang. Data yang diperoleh di analisis menggunakan  uji Z untuk, Analisis Komponen Utama (PCA), Analisis Biplot, analisis cluster. Hasil menunjukkan Terdapat tiga karakter yang menunjukan keragaan terbesar pada pada 9 jenis tanaman sagu di Kampung Marau. Terdapat 4 komponen utama yang menyebabkan keragaman pada genotipe sagu yang diamati. Karakter yang menunjukkan keragaman terbesar berdasarkan hasil biplot adalah tinggi batang dan panjang tulang daun. Terdapat tiga kluster utama berdasarkan tingkat kemiripan genotipe sagu asal Kampung MarauPenelitian ini bertujuan untuk Menduga keragaan karakter kuantitatif 9 jenis sagu di Kampung Marau, Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Menduga karakter yang dapat menunjukkan variasi antara genotipe, Menduga karater yang menunjukkan variasi terbesar dan memiliki korelasi yang kuat. Penelitian dilaksanakan Kampung Marau, Distrik Oridek Kabupaten Biak Numfor pada Bulan Maret 2020 sampai dengan Mei 2020. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan teknik pengamatan secara langsung terhadap tanaman sagu. Variabel yang diamati terdiri dari jumlah anakan, jumlah daun dewasa, jumlah anak daun, panjang anak daun, lebar anak daun, luas anak daun, panjang tangkai daun/petiol, lebar petiol, lingkar batang, tinggi batang, dan diameter batang. Data yang diperoleh di analisis menggunakan  uji Z untuk, Analisis Komponen Utama (PCA), Analisis Biplot, analisis cluster. Hasil menunjukkan Terdapat tiga karakter yang menunjukan keragaan terbesar pada pada 9 jenis tanaman sagu di Kampung Marau. Terdapat 4 komponen utama yang menyebabkan keragaman pada genotipe sagu yang diamati. Karakter yang menunjukkan keragaman terbesar berdasarkan hasil biplot adalah tinggi batang dan panjang tulang daun. Terdapat tiga kluster utama berdasarkan tingkat kemiripan genotipe sagu asal Kampung Mara
    corecore