4 research outputs found

    DOUBLE AXIS MODE OF BATAN’S TRIPLE AXIS SPECTROMETER

    Get PDF
    DOUBLE AXIS MODE OF BATAN’S TRIPLE AXIS SPECTROMETER. Triple Axis Spectrometer (TAS), which is an indispensible tool to microscopically probe inelastic scattering processes in condensed matter, has been installed at the Neutron scattering Laboratory of the R & D Center for Materials Science & Technology, BATAN, since 1992. However, the control and data acquisition system have been nonfunctional since 1996. Following an in-house development of the alternative control and data acquisition hardware last year, TAS started to show the capability and reliability of handling the measurement in the double axis mode. This paper reports a double axis mode control and data acquisition software development which benefits from the hardware development

    ANALISIS STRUKTUR KRISTAL HASIL LAS FRICTION-STIR WELDING PADA RETREATING SIDE BIMETAL DISIMILAR AA6061-Cu DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

    Get PDF
    ANALISIS STRUKTUR KRISTAL HASIL LAS FRICTION-STIR WELDING PADA RETREATING SIDE BIMETAL DISIMILAR AA6061-Cu DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Telah dilakukan analisis struktur kristal pada paduan bimetal disimilar Al-Cu. Dari analisis difraksi neutron telah terjadi penurunan parameter kisi Al dari 4,09 Ã… menjadi 4,05 Ã… sedangkan parameter kisi Cu relatif konstan. Hal ini disebabkan titik lelehAl jauh lebih rendah dari titik leleh Cu. Secara fisis hal ini terjadi karena selama proses Friction Stir Welding (FSW) pada daerah Stir Zone (SZ) or Nuget Welded Zone (NWZ) terjadi deformasi yang kuat pada suhu sekitar 500 oC. Hal ini menyebabkan rekristalisasi secara dinamis, dimana butir menjadi lebih halus. Pada daerah Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ), terjadi difusi atomik yang disebabkan oleh kombinasi antara deformasi plastik yang kuat dengan suhu tinggi. Untuk daerah Heat Affected Zone (HAZ) masih terdapat aluminium dengan prosentase berat yang sangat kecil, hal ini disebabkan adanya paparan (exposure) pada suhu tinggi selama proses pemanasan FSW, mirip dengan proses annealing (annnealing-like proCess), yang menyebabkan dislokasi lenyap, presipitat melarut dan butir menjadi kasar apabila suhu melebihi 250 oC

    Kuantifikasi Besaran dan Distribusi Tegangan Sisa Daerah Pertemuan Pengaku-Badan-Sayap pada Elemen Link Struktur Rangka Baja Berpengaku Eksentrik (SRBE) dengan Metode Difraksi Neutron

    Get PDF
    Abstrak. Penelitian ini menfokuskan kajian secara eksperimental terhadap besaran dan distribusi tegangan sisa yang dihasilkan dari proses pengelasan di dan sekitar daerah k dari elemen link. Pengukuran dilakukan dengan Metode Difraksi Neutron menggunakan alat Difraktometer Neutron DN1-M PSTBM BATAN. Sebanyak 15 titik dengan 45 arah pengukuran dilakukan di daerah k dalam arah normal, transversal maupun longitudinal. Hasil eksperimen menunjukkan besaran tegangan sisa tarik sebesar 185 Mpa dan 160 Mpa dalam arah longitudinal dan transversal searah weld toe pengelasan antara badan dan sayap dengan luasan daerah tarik 8 kali dari tebal flange. Untuk pengelasan tegak lurus weld toe diperoleh tegangan sisa tarik sebesar 162 Mpa dan 145 Mpa dalam arah longitudinal dan transversal dengan luas daerah tarik 4 kali dari tebal flange. Besarnya tegangan sisa tarik dan lebarnya daerah tarik mengindikasi daerah k merupakan daerah rawan terjadinya awal dari crack yang dapat menurunkan kinerja dari link. Membuat gap pengelasan antara pengaku dengan flange selebar 4 s/d 5 kali tebal flange dapat meningkatkan kinerja dari link karena dapat meminimalkan besaran dan distribusi tegangan sisa tarik. Abstract. This research focused on the experimental study on the residual stress magnitude and distribution resulted from the welding process in and around the k area of the link element. The measurement was done with the Neutron Diffraction Method using the Neutron Diffractometer DN1-M PSTBM BATAN. A number of 15 points with 45 measurement directions were conducted on the k area in normal, transversal and longitudinal directions. The result of the experiment showed 185 Mpa and 160 Mpa residual stress magnitude in longitudinal and transversal directions in the same directions with the weld toe welding between the web and flange with the extent of the stress area 8 times of the flange thickness. The perpendicular welding of the weld toe resulted in 162 Mpa and 145 Mpa residual stresses in longitudinal and transversal directions with 4 times stress area extent from the flange thickness. The residual stress magnitude and the width of stress area indicated the k area as a vulnerable area to the initial crack occurrence, which may decrease the link performance. Making a welding gap 4 to 5 times of the flange thickness between the stiffeners and the flange may increase the link performance because it may minimize the residual stress magnitude and distribution

    PEMBENTUKAN FASA DAN PENGARUHNYA PADA SIFAT MAGNETIK KOMPOSIT MAGNET BERBASIS SERBUK MAGNET Nd2Fe14B HASIL MELTSPINNING.

    No full text
    PEMBENTUKAN FASA DAN PENGARUHNYA PADA SIFAT MAGNETIK KOMPOSIT MAGNET BERBASIS SERBUK MAGNET Nd2Fe14B HASIL MELTSPINNING. Telah dilakukan studi pembentukan fasa dan sifat magnetik pada komposit magnet berbasis serbuk magnet Nd2Fe14B dengan poliester. Studi dilakukan dengan menganalisis fasa dan kurva histeresis komposit magnet dengan komposisi 75% v/v MQP-0/25% v/v poliester sebagai fungsi berbagai kondisi serbuk. Hasil studi menunjukkan bahwa serbuk MQP-0 mempunyai komposisi dengan tingkat Fe berlebih yang mengakibatkan terbentuknya fasa magnet lunak α-Fe disamping fasa magnet keras Nd2Fe14B pada serbuk. Proses penghalusan awal akan memisahkan fasa—fasa ini dan memberikan fraksi α-Fe dominan pada serbuk dengan ukuran halus dan fraksi magnet keras dominan pada serbuk kasar. Proses penghalusan lanjut akan menurunkan fasa α-Fe dan menumbuhkan fasa kristalin Nd2Fe14B. Kehadiran fasa magnet lunak α-Fe pada matriks fasa magnet keras Nd2Fe14B menyebabkan peningkatan pada harga magnetisasi saturasi dan remanensi bahan namun menurunkan tingkat medan koersivitas bahan. Secara umum kondisi ini mempengaruhi harga produk energi magnetik bahan
    corecore