14 research outputs found

    The Effects of Finish Type on Permeability and Organoleptic Properties of Python (Python Reticulatus) Skin Finished Leather

    Get PDF
    In the leather industry, there are many different types of finish, i.e. two-tone, transparent, semi aniline and opaque/solid color. The composition formulation of each finish type is different so each will impact not only on the performance but also on the properties of the finished leather. The objective of this research was to investigate the effects of finish type (natural, aniline, semi-aniline, and two-tone) on permeability and organoleptic properties of python skin finished leather. This research focused on the finishing process with various finish types. The results showed that the effect of semi-aniline (I,II) finish type on water vapor permeability reduction is the highest when compared with natural (I, II); aniline (I,II) and two-tone finish types. Otherwise, the effect of semi-aniline (I,II) finish type on organoleptic properties is the lowest compared with natural (I, II); aniline (I,II) and two-tone finish types. The aniline I finish type has better organoleptic properties

    Optimasi Waktu Reaksi Pembentukan Kompleks Indofenol Biru Stabil Pada Uji N-amonia Air Limbah Industri Penyamakan Kulit Dengan Metode Fenat

    Full text link
    Optimization of the reaction time on the formation of indofenol blue complex for N-Ammonia analysis in the tannery wastewater using phenate method has been carried out. The aim of the study was to determine the optimum time for complex formation of indophenol blue. Variations of reaction time were 1; 2; 2,5; 3; and 21 hours. Accuracy and precision were evaluated to determine the feasibility of developing the method. Analysis of N-Ammonia was done by using a spectrophotometry at a wavelength of 630 nm. Optimum reaction time on the formation of indofenol blue complex for ammonia analysis in the tannery wastewater was achieved at a minimum time of 2 hours at the temperature test of 25oC. The accuracy and relative percent different were 90-97% and <5% respectively, met the SNI-6989.30-2005 so that the method was feasible to be developed and used in the laboratory

    Prototipe Sistem Peringatan Dini Berbasis SMS Untuk Mendeteksi Kenaikan Kadar Gas Amoniak Di Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit

    Get PDF
    The objective of this research was to produce prototype of an early warning system basedon SMS for detection the rising level of ammonia gas in wastewater treatment of leather tanningindustry. The systems consist of three parts, those were data input, data processing, and output.Ammonia gas sensor as a detector that produces an analog Direct Current (DC) voltage. Analogto Digital Converter (ADC) pin on the microcontroller received an analog DC voltage to beprocessed. ADC readings done through the Liquid Crystal Display (LCD) while the GlobalSystem for Mobile Communications (GSM) modem was used to send Short Massage Service(SMS). This early warning system worked by determining a threshold value. SMS would be sent tohand phone number of job holder, if the ADC value exceeded the specified threshold value. Resultobtained was the ammonia gas sensor model are MQ137 based on SnO , Arduino Uno as 2microcontroller module based on Atmega 328P microcontroller, and General Packet RadioService (GPRS) Shield as GSM modem that compatible with the Arduino Uno R3 pin

    Adsorpsi Amonia Dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Abu Terbang Bagas

    Full text link
    The aim of this study is to reduce ammonia concentration in tannery wastewater using bagasse fly ash in a batch adsorption system. Experiments were conducted to study the effect of various parameters such as adsorbent dose and contact time. Data analysis was performed by calculating the efficiency of adsorption and fitting the data into Freundlich and Langmuir isotherm models. Correlation coefficient and mean squared error were used to evaluate the performance of the models. From the results, it was found that the operating conditions to achieve an optimum removal efficiency of 45.72% are 1 hour contact time and 2 grams of bagasse fly ash. The results also indicate that the data fits Langmuir model well where Langmuir constant Qo, b, and correlation coefficient were found to be 0.706 mg/g, 0.209 L/mg, and 0.9424, respectively

    Bahaya Kromium Hexavalen (Cr VI) pada Kulit dan Produk Kulit Samak Krom Serta Upaya Pencegahannya

    Full text link
    Garam kromium merupakan bahan penyamak yang paling banyak digunakan oleh industri penyamakan kulit di dunia. Keberadaan dan jumlah Cr (VI) pada kulit samak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada saat pengerjaan dan penggunaan bahan penyamak kulit dan bukan merupakan faktor intrinsik kulit samak krom. Ambang batas Cr (VI) pada kulit samak krom maksimum 3 mg/kg kulit. Kromium heksavalen bersifat toksik, karsinogenik, mutagenik, nekrosis hati dan ginjal, serta merupakan penginduksi dermatitis kontak alergi. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bahaya krom heksavalen pada kulit samak krom dan cara-cara pencegahannya. Pencegahan timbulnya kromium pada kulit samak dapat dilakukan melalui penggunaan kromium trivalen yang terbebas dari Cr (VI), dan bahan lainnya serta pengendalian pada proses penyamakan dan proses finishing

    Adsorpsi Limbah Krom Tanning dengan Adsorben Karbon Aktif dari Palm Kernel Cake (PKC)

    Full text link
    Proses penyamakan kulit sangat kompleks dan melalui banyak tahapan, dimana setiap tahapan diperlukan air serta bahan-bahan kimia dalam jumlah besar yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Penggunaan karbon aktif berbahan baku Palm Kernel Cake (PKC) diharapkan mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa yang menjadi sumber pencemar seperti menurunkan kadar krom total dan BOD serta meningkatkan nilai pH dan warna dari limbah penyamakan kulit khususnya krom tanning. Adsoprsi dilakukan pada suhu 40 °C, 50 °C, dan 60 °C selama 30 menit dengan berat karbon aktif masing-masing 1 g, 2 g, 3 g, 4 g, dan 5 g. Limbah tanning yang telah diadsoprsi kemudian didiamkan selama 24 jam dan selanjutnya disaring. Pada filtrat yang diperoleh kemudian dilakukan pengamatan terhadap warna, pH, BOD serta kadar krom total. Kesimpulan diperoleh bahwa karbon aktif mampu menaikkan pH menjadi 6,6, menurunkan kandungan BOD menjadi 50,7 mg/L dengan efisiensi sebesar 87,03%, kadar krom total menjadi 1,03 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 99,87% serta warna limbah yang semula berwarna biru tua menjadi tidak berwarna. Kondisi optimal untuk adsoprsi limbah krom tanning adalah suhu 50 °C dan karbon aktif seberat 4 gram

    Adsorpsi Limbah Krom Tanning dengan Adsorben Karbon Aktif dari Palm Kernel Cake (PKC)

    Full text link
    Proses penyamakan kulit sangat kompleks dan melalui banyak tahapan, dimana setiap tahapan diperlukan air serta bahan-bahan kimia dalam jumlah besar yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Penggunaan karbon aktif berbahan baku Palm Kernel Cake (PKC) diharapkan mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa yang menjadi sumber pencemar seperti menurunkan kadar krom total dan BOD serta meningkatkan nilai pH dan warna dari limbah penyamakan kulit khususnya krom tanning. Adsoprsi dilakukan pada suhu 40 °C, 50 °C, dan 60 °C selama 30 menit dengan berat karbon aktif masing-masing 1 g, 2 g, 3 g, 4 g, dan 5 g. Limbah tanning yang telah diadsoprsi kemudian didiamkan selama 24 jam dan selanjutnya disaring. Pada filtrat yang diperoleh kemudian dilakukan pengamatan terhadap warna, pH, BOD serta kadar krom total. Kesimpulan diperoleh bahwa karbon aktif mampu menaikkan pH menjadi 6,6, menurunkan kandungan BOD menjadi 50,7 mg/L dengan efisiensi sebesar 87,03%, kadar krom total menjadi 1,03 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 99,87% serta warna limbah yang semula berwarna biru tua menjadi tidak berwarna. Kondisi optimal untuk adsoprsi limbah krom tanning adalah suhu 50 °C dan karbon aktif seberat 4 gram

    Aplikasi Minyak Sulfat dari Minyak Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis JACQ) sebagai Fatliquoring

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah H2SO4 dan waktu sulfatasi terhadap kualitas kulit tersamak. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit curah (tidak bermerek) dan bahan lain seperti H2SO4, NaCl, dan NaOH. Variabel yang diamati meliputi variasi jumlah H2SO4 dan waktu sulfatasi pada pembuatan minyak sulfat. Pengujian dilakukan terhadap minyak sulfat yang dihasilkan dan kulit jadi hasil aplikasi minyak sulfat pada kulit. Pengujian minyak sulfat meliputi uji kimia: kadar air, pH, kadar minyak, total alkalinitas, angka penyabunan, kadar abu, angka Iodine dan kadar SO3 terikat. Pengujian kulit meliputi pengamatan kulit hasil aplikasi minyak secara visual, uji fisis dan kimia (meliputi ketebalan, kekuatan sobek, kekuatan tarik, kemuluran, dan kadar minyak) dan uji SEM-EDX. Semua minyak sulfat hasil penelitian dapat diaplikasikan pada kulit dengan jumlah minyak 8% dan tidak timbul bercak-bercak lemak (fatty spew) pada permukaan kulit. Minyak sulfat yang optimal adalah minyak sulfat dengan jumlah H2SO4 sebesar 12,5% dan waktu sulfatasi 4 jam. Secara kimia minyak sulfat (12,5 – 4) memenuhi persyaratan IS: 6357-1971, spesifikasi minyak sulfat untuk kulit dengan nilai kadar air 5,16%; kadar abu 2,17%; total alkalinitas 0,79%; kadar lemak 88,42 %; pH 6,60; kadar SO3 terikat 6,49%. Jumlah H2SO4 (10 dan 12,5%) dan waktu sulfatasi (0, 1, 2, 3, dan 4 jam) berpengaruh terhadap kualitas kulit tersamak. Aplikasi 8% minyak sulfat (12,5 – 4) pada kulit merupakan perlakuan yang optimal dan memenuhi persyaratan SNI 0253:2009 Kulit bagian atas alas kaki – kulit kambing (BSN, 2009). Kualitas kulit tersamak yang dihasilkan yaitu dengan nilai kekuatan sobek 15,60 N/cm ; kekuatan tarik 16,77 N/mm2; kemuluran 48,36% dan kadar minyak 7,57% dan secara visual kulit hasil aplikasi minyak sulfat (12,5 – 4) tidak nampak adanya fatty spew
    corecore