4 research outputs found

    Kandungan Asam Sianida, Bahan Kering Dan Bahan Organik Tepung Biji Karet Hasil Pengukusan

    Get PDF
    Biji karet merupakan salah satu bahan pakan hasil samping berkualitas dari perkebunan karet yang dapat dijadikan pakan ternak unggas maupun ruminansia. Salah satu kelemahan dari bahan pakan tersebut adalah tingginya kandungan asam sianida (HCN) yang dapat menyebabkan keracunan bila dikonsumsi oleh ternak. Salah satu cara untuk mengeliminasi bahkan menghilangkan kandungan antinutrisi tersebut yaitu dengan proses pengukusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama waktu pengukusan terhadap penurunan asam sianida maupun Perubahan zat makanan lainnya seperti bahan kering dan bahan organik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dilakukan Analisis Ragam, sedangkan uji jarak berganda Duncan digunakan sebagai uji lanjut. Perlakuan yang terapkan adalah; P0 (tepung biji karet tanpa pengukusan sebagai kontrol), P1 (pengukusan tepung biji karet selama 10 menit), P2 (pengukusan tepung biji karet selama 20 menit) dan P3 (pengukusan tepung biji karet selama 30 menit). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama waktu pengukusan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap HCN tepung biji karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengukusan semakin signifikan menurunkan kandungan HCN, bahan kering maupun bahan organik tepung biji karet. Dapat disimpulkan bahwa pengukusan tepung biji karet selama 30 menit mampu menurunkan asam sianida 13 kali lebih rendah (9.542 - 0.712%) dibandingkan kontro

    Pemanfaatan Kulit Buah Kakao yang Difermentasi dengan Kapang Phanerochaete Chrysosporium sebagai Pengganti Hijauan dalam Ransum Ternak Kambing

    Full text link
    Purpose of this study was to examine the use of fermented cocoa pods with Phanerochaete chrysosporium fungi of dry matter intake, organic matter intake and body weight gain of goats. Six male goats, 4 – 8 months of ages with experimental body weights of ±12 kg were randomly allocated to each of the three treatment diets: 25% elephant grass + 75% concentrate (R1), 25% cocoa pods without fermentation + 75% concentrate (R2) and 25% fermented of cocoa pods + 75% concentrate (R3). The research method was completely randomized block design (CRBD) with three treatments and three blocks of body weight as replications. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan multiple range test was further used to test the significant differences. The result show that R1, R2 and R3 were not significantly differences in dry matter intake, organic matter intake and body weight gain

    Pengaruh Penggunaan Berbagai Level Onggok sebagai Perekat terhadap Karakteristik Fisik Wafer Ransum Komplit Berbasis Jerami Jagung

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level terbaik penggunaan onggok dalam pembuatan wafer ransum komplit berbasis jerami jagung (WRKJJ) dinilai dari kualitas fisik wafer. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu: WRKJJ-3 (Ransum komplit menggunakan 3% onggok), WRKJJ-6 (Ransum komplit menggunakan 6% onggok), WRKJJ-9 (Ransum komplit menggunakan 9% onggok), dan WRKJJ-12 (Ransum komplit menggunakan 12% onggok) masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Peubah yang diamati yaitu kadar air, berat jenis, kerapatan bahan, wafer durability indeks, dan daya serap air. Data dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) dan diuji Polinomial Orthogonal (PO) untuk mengetahui level optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai level onggok sebagai perekat tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air (38,14%-40,36%), berat jenis (0,75 g/ml-0,77 g/ml), kerapatan wafer (0,22 g/cm3-0,24 g/cm3), dan  daya serap air (182%-195%) namun berpengaruh nyata (P<0,005) terhadap wafer durability indeks (38,61%-92,99%) dengan persamaan y = -0.5869x2 + 14.694x + 0.489. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan level onggok 9% merupakan level terbaik untuk berat jenis dan kadar air wafer, penggunaan level onggok 12% merupakan level terbaik untuk daya serap air wafer dan penggunaan level ongok 12,5% merupakan level terbaik untuk wafer durability indeks.   Kata kunci: Jerami Jagung, Level Onggok, Wafer Ransum Komplit, Sifat Fisi

    Kualitas Wafer Ransum Komplit Berbasis Pelepah Sawit yang Disimpan dengan Kemasan Berbeda

    Full text link
    This experiment was conducted to determine the effect of type of packaging materials on quality of wafer complete ration based on palm fronds (WRKPS) after being stored for four weeks. The research used Completely Randomized Design with 5 treatments and each having 2 replications. Treatments applied is T0 = WRKPS without packaging (as a control), T1-KB = WRKPS with packaging bags of rice, T2-KP = WRKPS with packaging plastic bags, T3-KT = WRKPS with packaging paper bags and T4-KG = WRKPS with packaging jute sacks. The parameters measured were changes the dry matter contents, organic matter, crude protein, crude fat and crude fiber of WRKPS. Results showed that the type of packaging significantly affect the dry matter content and crude fat. However the treatment did not affect the content of organic matter, crude protein and crude fiber of WRKPS. In conclusion, the plastic bag and a paper sack is the best packaging in maintaining quality of WRKPS during storage for 4 weeks
    corecore