14 research outputs found

    Hubungan antara Asupan Niasin dengan Kadar Small Dense Low Density Lipoprotein pada Pasien Penyakit Jantung Koroner

    Full text link
    Latar Belakang : Small dense Low Density Lipoprotein (sdLDL) merupakan prediktor penting terhadap kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Niasin telah lama digunakan untuk pengobatan dislipidemia, tetapi hubungan niasin dengan kadar sdLDL belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan asupan niasin dengan kadar sdLDL pada pasien PJK..Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional terhadap 30 pasien PJK di RSUP dr. Kariadi Semarang berusia antara 40-60 tahun yang didiagnosis PJK berdasarkan hasil angiografi koroner perkutan. Pengumpulan data asupan makanan dilakukan dengan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Quetionnaire (SQFFQ). Pengambilan darah dan uji laboratorium dilakukan oleh Laboratorium Prodia Semarang untuk mengetahui kadar sdLDL. Hubungan antara asupan niasin dan kadar sdLDL akan dianalisis menggunakan uji korelasi pearson. Uji korelasi pearson juga dilakukan untuk melihat hubungan variabel confounding dengan kadar sdLDL. Selanjutnya dilakukan uji regresi linear bertingkat untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan kadar sdLDL.Hasil : Terdapat hubungan positif antara asupan niasin dengan kadar sdLDL (p=0,005, r=0,498). Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari variabel asupan energi (p=0,013; r=0,450) dan kadar total kolesterol (p=0,000; r=0,747).Kesimpulan : Variabel asupan energi dan kadar total kolesterol merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kadar sdLDL dalam penelitian ini

    Pengaruh Pemberian Formula Enteral Berbahan Dasar Labu Kuning (Curcubita Moschata) Terhadap Albumin Serum Pada Tikus Diabetes Melitus

    Get PDF
    Latar Belakang : Pemberian formula enteral bertujuan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi dan suplemen untuk pasien diabetes malnutrisi. Formula enteral pada penelitian ini terbuat dari labu kuning, tempe, tepung beras, dan minyak kedelai. Labu kuning memiliki efek antidiabetes sedangkan tempe merupakan sumber protein nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian formula enteral berbahan dasar labu kuning terhadap albumin serum pada tikus diabetes melitus.Metode : Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian gizi biomedik dengan rancangan penelitian true experimental, pre-post test group with control group design. Empat belas ekor tikus jantan Sprague Dawley umur 9 minggu dengan berat badan 160-260 gram diinduksi 65 mg/kgBB streptozotocin dan 230 mg/kgBB nicotinamide. Tikus dibagi kedalam dua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Dosis yang diberikan sebanyak 20gr/kgBB/hari selama 14 hari. Pengambilan data albumin serum dilakukan sebanyak 2 kali yakni setelah diinduksi STZ dan setelah perlakuan selesai.Hasil : Rerata kadar albumin serum kelompok perlakuan mengalami peningkatan bermakna sebesar 1,62±0,16 g/dL (p< 0,05), sedangkan pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan bermakna sebesar 1,60±0,19 (p<0,05). Tidak ada perbedaan peningkatan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kontrol setelah perlakuan formula enteral berbahan dasar labu kuning (p> 0.05).Simpulan : Pemberian formula enteral berbahan dasar labu kuning dapat meningkatkan albumin serum pada tikus diabetes

    Asupan Mikronutrien, Kadar Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani Remaja Putri

    Full text link
    Micronutrient intake, hemoglobin levels and physical fitness amongst female adolescentsBackground: Female adolescents is a group that is suspectible to anemia. Iron, zinc, copper, folic acid, vitamin B6 and vitamin B12 intake are factors among others that influence hemoglobin level. People with anemia would have the low physical fitness. The objective of this study was to understand the association between micronutrient intake (iron, zinc, copper, folic acid, vitamin B6, vitamin B12) with hemoglobin level, and hemoglobin level with physical fitness of female adolescents.Method: The design of this study was a cross sectional and the number of subject were 40 chosen by simple random sampling from 10th and 11th grade students that fulfill the inclusion criteria. Data on nutrients intake were obtained using semi quantitative food frequencies. The hemoglobin level was measured by cyanmethaemoglobin method, whereas physical fitness level was measured byharvard step test.Results: There were 32 subjects (80%) categorized as having very low and low from physical fitness. There were 10 subjects (25%) anemic. Eight subjects had low from physical fitness. There were significant associations between iron, zinc, copper, folic acid and vitamin B6 intake with hemoglobin level. There were no significant association between vitamin B12 with hemoglobin level.Regression analysis showed that iron intake contributed 67.7% variant to hemoglobin level. There were no significant association between hemoglobin level with physical fitness after controlled by nutritional status and physical activity.Conclusion: Intake of Fe, Zn, Cu, folic acid and B6 are associated with hemoglobin level, but hemoglobin level is not associated with physical fitness

    Pengaruh Pemberian Bubuk Cengkih (Syzigium Aromaticum) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Dan 2 Jam Postprandial Pada Wanita Prediabetes

    Full text link
    Latar Belakang: Prediabetes merupakan kondisi transisi antara kadar glukosa darah normal dan diabetes. Kondisi tersebut dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang berolahraga, kelebihan asupan energi, karbohidrat, lemak, kurang asupan serat serta antioksidan. Cengkih merupakan bumbu yang kaya akan antioksidan yang diketahui memiliki berbagai bahan aktif yaitu eugenol, trans-cariofilen, alfa humulene, dan triterpenoid yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mencegah diabetes.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bubuk cengkih terhadap kadar glukosa darah puasa (GDP) dan 2 jam postprandial (GD2JPP) sehingga dapat digunakan sebagai pencegahan Diabetes mellitus tipe 2.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan pre-post test group design. Penelitian ini dilakukan di wilayah Tlogosari, Kota Semarang. Metode samping menggunakan consecutive sampling sehingga diperoleh 47 sampel yang terbagi dalam tiga kelompok, dengan dosis bubuk cengkih 1, 2, 3 gram/ hari selama 2 minggu. Asupan energi dan aktivitas fisik diperoleh dengan recall 3x24 jam dan kuesioner aktivitas fisik. Pengujian secara statistik dilakukan dengan uji Wilcoxon, paired t-test, Kruskall-Wallis, dan regresi linear.Hasil: Terdapat penurunan kadar glukosa darah dengan dosis 1, 2, 3 gram/hari yaitu 0,52 + 24,4; 2,46 + 18,7; dan 13,3 + 16,3 mg/dl pada GDP dan 31,7+14,7; 38,32+27,2; 31,11+32,5 mg/dl pada parameter GD2JPP. Kemudian, terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,001) antarkelompok pada kadar GDP. Tingkat kecukupan serat merupakan variabel yang mempengaruhi kadar GDP sedangkan kadar GD2JPP dipengaruhi oleh asupan serat, energi, dan lemak.Simpulan: Bubuk cengkih dapat menurunkan kadar GDP dan GD2JPP serta dapat digunakan sebagai alternatif untuk mencegah Diabetes melitus tipe 2

    Pengaruh Pemberian Kapsul Cengkih (Syzygium Aromaticum) Terhadap Tekanan Darah Wanita Prediabetes

    Full text link
    Latar Belakang :Salah satu dampak yang muncul akibat keadaan prediabetes adalah meningkatnya risiko hipertensi. Cengkih diketahui bermanfaat dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian bubuk cengkih berbagai dosis terhadap tekanan darah pada wanita prediabetes.Metode :Penelitian inimenggunakan desain quasi experimental dengan pre and post test groupterhadap wanita prediabetes dengan prehipertensi usia 25-45 tahun di Tlogosari, Semarang. Subjek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pemberian 1 kapsul (n=15), 2 kapsul (n=15), dan 3 kapsul cengkih(n=15). Satu kapsul berisi 1 gram bubuk cengkih yang dibuat dengan menumbuk cengkih kering. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan setelah 14 hari perlakuan. Uji paired t test dilakukanuntuk menganalisis perbedaan tekanan darah antara pre dengan postperlakuan. Uji One Way ANOVA dan Kruskall Wallis untuk menganalisis perbedaan tekanan darah post dan variabel perancu antara ketiga kelompok. Uji regresi linear ganda untuk menganalisis variabel perancu yang paling berpengaruh terhadap tekanan darah. Uji ANCOVA untuk menganalisis pengaruh kapsul cengkih setelah dikendalikan dengan variabel perancu.Hasil :: Terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 19 mmHg dan 8 mmHg pada pemberian 1 dan 2 kapsul cengkih (p<0,05). Variabel yang ikut berperan terhadap penurunan tekanan darah sistolik adalah asupan natrium. Setelah dikontrol dengan variabel perancu, tidak ada pengaruh signifikan asupan natrium terhadap penurunan tekanan darah sistolik (p>0,05).Kesimpulan :Konsumsi 1 dan 2 kapsul cengkihselama 14 hari dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada wanita prediabetes

    Tinggi Badan yang Diukur dan Berdasarkan Tinggi Lutut Menggunakan Rumus Chumlea pada Lansia

    Full text link
    Measured height and calculated height based on knee height using chumlea formula in elderlyBackground: Height is an important anthropometric measurement. Height calculation equation for elderly with dorsal deformity using knee height was developed by Chumlea. However, the equation is not appropriate for elderly in Asian population. The aim of this study was to compare measured height with calculated height based on knee height using Chumlea formula for elderly in Indonesia.Method: A cross sectional study was conducted in 86 elderly in geriatric outpatient clinic in Kariadi hospital, nursing home, and eldery integrated health service (posyandu lansia) in Semarang which were randomly selected in July-September 2009. The inclusion criteria were elderly without deformities and able to stand up straightly. Data collected were demography characteristics, height and knee height. Height was measured using microtoise, knee height was measured using knee calliper. Both microtoise and knee calliper had 0.1 cm accuracy. Data were analysed using Wilcoxon signed rank test.Result: Most samples were female, aged 59-88 years. The average age was 71±8.7 years. The average measured height in female and male subjects were 146.8±5.6 cm and 160.8±6.2 cm respectively. The average calculated height in female and male subjects were 154.3±7.03 cm and and 159.1±6.78 cm respectively. There was no different (p=0.077) in measured height and calculated height using Chumlea formula.Conclusion: There was no different in measured height and calculated height using Chumlea formula

    Perbedaan Profil Lipid Pada Peserta Senam Jantung Sehat

    Full text link
    Background: Sports or regular physical activities have roles in preventing coronary cardiac disease. Healthy cardiac exercise is one of an aerobic exercises which has complete composition, which are warming up, main exercise , and cooling down. Sports can give best result if it is done at least three times a week. Objective of this study was to determine blood lipid profile differences in healthy cardiac exercise which had been done three times a week and once a week. Covariate factors are sex, fat, carbohydrate, calcium, and fiber intake, other physical activities, BMI, life style, and sport obedience. Methods: This study was observational design. Samples in this study are members of healthy cardiac club in Mugas, Paraga Wonodri, and Kini Jaya, Semarang. Samples were selected with Consecutive Sampling technique and data was analyzed by t test. GLM (General Linear Multivariate ) was used to find out lipid profile difference between two groups with covariate factors. Data were Analyzed by data procesing software. Result: There is no significant difference between two groups in mean energy intake (ρ=0,74), protein (ρ=0,06), fat (ρ=0,43), calcium (ρ=0,39), fiber (ρ=0,09) and cholesterol (ρ=0,24). And there is no significant difference in total cholesterol level (ρ=0,54), HDL (ρ=0,05), LDL (ρ=0,32) and triglyceride (ρ=0,77) either after including covariate factors. Conclusion: There is no difference of blood lipid level between three times a week exercise group and once a week exercise group with considering some influenced factors

    Korelasi Lingkar Leher dengan Persentase Lemak Tubuh pada Obesitas

    Full text link
    Latar belakang : lingkar leher merupakan pengukuran antropometri yang relatif baru yang menggambarkan lemak subkutaneus tubuh bagian atas serta berkorelasi dengan obesitas dan sindrom metabolik. Lemak tubuh total pada obese memiliki hubungan dengan kelainan metabolik. Pengukuran lemak tubuh total pada obese secara sederhana belum banyak diteliti terutama korelasinya dengan lingkar leher.Tujuan : menentukan korelasi lingkar leher dengan persentase lemak tubuh total pada obesitas.Metode penelitian : penelitian korelasional ini melibatkan subyek obese dan normoweight sebanyak 186 perawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari bulan Juni-Juli 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan pengukuran lingkar leher dan pengukuran lemak tubuh total, lemak viseral dan lemak subkutaneus whole body menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). uji hipotesis menggunakan korelasi sederhana.Hasil : Rerata lingkar leher subyek obese dan normoweight adalah 36±1,8 cm dan 31,9±2,1 cm. Terdapat korelasi bermakna antara lingkar leher dengan lemak total tubuh (r=0,310; p=0,002), lemak viseral (r=0,543; p=0,000) dan lemak subkutaneus whole body (r=0,492; p=0,000) pada sampel obese..Simpulan : terdapat korelasi bermakna antara besarnya lingkar leher dengan lemak tubuh total, lemak viseral dan lemak subkutaneus whole body

    Gambaran Sisa Makanan Dan Mutu Makanan Yang Disediakan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

    Full text link
    Background: The therapeutic outcome strongly depends on the nutrition care. Nutrition department is responsible on in-patient's nutrients fulfillment. A comprehensive nutrition care comprised of planning, providing the diet, food processing and serving must be conducted by this department. Previous study shows 50% in-patient did not complete the meal and 75% complained the meal served. This condition leads to nutrients inadequacy and hence the malnutrition in hospital. No similar study is being conducted in dr. Kariadi Hospital Semarang. Method: A cross sectional descriptive study were being conducted for 11 days. The responden size is 30 from several wards in Dr.Kariadi Hospital who received a normal meal. The datas collected was a primary data trough direct oservation and interview using a questionairre. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan selama 11 hari dengan pendekatan Result: Food residues ≥ 75% for animal-based was 9%, plant-based 3% dand vegetables 18% according to the Comstock method. From one single menu cycle, most of all considered to be good in taste and look. But there were still a few serves, animal-based (7 serves), plant-based 94 serves), and vegetables (6 serves) cosidered to be bad in taste and look for ≥ 50% respondent. Conclusion: Most food residue derives from vegetables and animal-based so it needs a better and more variation in its processing
    corecore