65 research outputs found
Dimensions and Factors of Contemporary Geography Learning Climate at Senior High School
This study develops the dimensions and factors of the learning climate of contemporary geography at the senior high school through the process of Exploratory Factor Analysis (EFA). This research uses Research and Development (R & D). Research respondents involved 595 experts and practitioners of geography learning in Yogyakarta, determined using stratified-purposive sampling. The calculation results give the average value of Aiken logical validity of 0.85, the value of Measure of Sampling Adequacy of 0.789, Bartlett's test of sphericity 0.000 1.96 and with a significance level of 5%. These calculations have been eligible for EFA analyses. The results classify the geography learning climate into four dimensions with 16 factors. The dimensions are: (1) Student-centered learning, (2) positive relationships among students, (3) positive relationships between teachers and students, and (4) developing and strengthening classroom rules. Each dimension consists of 6, 4, 2, and 4 factors.
Analisis Kecukupan Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar di Kabupaten Bantul
This study is aimed at knowing the adequacy of elementary school Islamic education teachers in Bantul regency, in relation with the number of teachers, number of teaching hours, and the distribution by district. A survey of the real condition in the field, the study formulates a map of the religious teachers in the regency. Data of the study are collected by questionnaire and documentation and are analyzed using the quantitative descriptive technique. Research results show: (1) the general condition of the current number of the religious teachers can be considered as sufficient, the number 69 people even has excess; (2) with the assumption of the fixed number of the student groups for the Islamic classes, teacher outside/inside mutations are not likely to occur. Bantul regency projects a surplus of religious teachers to as many as 17 persons until the year 201
Evaluasi Implementasi Ktsp pada Pembelajaran Geografi SMA di Kota YOGYAKARTA
An Evaluation of the Implementation of the SBC in Geography Instruction in SHSs in Yogyakarta City. This study aims to describe the imple- mentation of the School Based Curriculum (SBC) in geography instruction in senior high schools (SHSs) in Yogyakarta City in terms of teachers' dimension, consisting of instructional programs, instructional steps, and learning outcome assessment. It was an evaluation study employing a model by Stake by comparing the instructtional processes conducted by teachers with the appropriate criteria. The population comprised 56 geography teachers in 11 state SHSs and 41 private SHSs in Yogyakarta City. The sample was 30% of the total schools selected by the school category (upper, middle, and lower) based on the results of the national assessment in geography in 2008. The data were collected through a questionnaire, observations, and documents and were analyzed using the qualitative descriptive technique. The findings show that the instructional programs, instructional steps, learning outcome assessment are in the good category
Evaluasi Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Magelang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) Implementasi pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 pada pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Magelang. (2) Pemahaman guru terhadap konsep dari pendekatan saintifik. (3) Kesulitan guru geografi dalam implementasi pendekatan saintifik. (4) Pemilihan metode dalam pembelajaran geografi dengan pendekatan saintifik
Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Penelitian evaluasi dilaksanakan di SMA Kabupaten Magelang yang sudah mengimplementasikan Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik probability sampling. Teknik probability sampling memberikan peluang yang sama bagi setiap sekolah SMA di Kabupaten Magelang untuk menjadi anggota sampel dalam penelitian. Teknik cluster random sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel guru geografi sebanyak tujuh, dan sampel peserta didik sebanyak 94 yang berada di kelas XI IPS. Instrumen penelitian yang digunakan adalah panduan observasi, angket, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.
Hasil evaluasi dalam penelitian ini menujukan bahwa: (1) Implementasi pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 pada pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Magelang sudah konsisten dilaksanakan. Tahapan yang dilaksanakan guru dalam implementasi pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 pada pembelajaran geogarfi yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan informasi geografi. (2) Guru geografi di SMA yang diteliti telah memahami tentang pendekatan saintifik. Pemahaman guru geografi dapat dilihat dari penyusunan perangkat pembelajaran. (3) Guru geografi mengalami kesulitan saat implementasi pendekatan saintifik. Kesulitan tersebut berkaitan dengan proses penilaian dan motivasi peserta didik. (4) Guru geografi sudah baik dalam pemilihan metode. Metode yang digunakan dalam pembelajaran geografi yaitu problem-based learning, inquiri, dan project-based learning. Metode tersebut dapat mendukung proses implementasi pendekatan saintifik yang mana peserta didik memiliki peran lebih banyak dalam proses pembelajaran dan guru bertindak sebagai fasilitator
Pengembangan E-Magazine Biologi Materi Sistem Pernapasan Manusia untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengembangkan multimedia pembelajaran (e-magazine biologi) materi sistem pernapasan manusia untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Dompu, Nusa Tenggara Barat, (2) mengungkapkan kelayakan produk yang dikembangkan, (3) mengungkapkan tanggapan siswa kelas VIII terhadap produk yang dikembangkan tersebut.
Penelitian pengembangan ini mengacu pada langkah-langkah model pengembangan ADDIE yaitu: 1) analisis kebutuhan, 2) desain, 3) pengembangan, 4) implementasi, dan 5) evaluasi. Pengujian produk terdiri atas uji alfa dan uji beta untuk mengetahui tingkat kelayakan produk dan efektivitas produk. Uji alfa produk melibatkan 2 ahli media dan 2 ahli materi. Uji beta produk dalam skala kecil melibatkan 13 siswa kelas VIII B. Uji lapangan melibatkan 26 siswa Kelas VIII B SMP. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan angket. Data dianalisis dengan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian pengembangan ini adalah multimedia pembelajaran berupa compact disc (CD). Hasil pengujian produk pada uji alfa menunjukkan bahwa multimedia yang dikembangkan masuk dalam kategori sangat layak yang diberi rerata skor 3,74 oleh ahli media dan 3,53 oleh ahli materi. Hasil uji beta dalam skala kecil menunjukkan bahwa multimedia yang dikembangkan tersebut masuk dalam kategori sangat layak dengan rerata skor 3,37. Sedangkan uji lapangan menghasilkan rerata skor sebesar 3,61 dengan kategori sangat layak. Multimedia ini juga terbukti layak dan efektif dalam proses pembelajaran siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Dompu
Evaluation of the implementation of professional development efforts in improving the professionalism of Geography teachers
This study aims to determine how the implementation of teacher professional development efforts and the government and/or related agencies' participation in supporting teacher professional improvement can formulate sustainable professional development efforts in improving the professionalism of high school geography teachers in Brebes Regency. This evaluation study used the discrepancy model. The method used was descriptive quantitative and analyzed using percentage descriptive techniques. The data in this evaluation study were collected through questionnaires, interviews, and observations. The sample in this study consisted of 30 high school Geography teachers in Brebes Regency, while the sampling technique used was disproportionate stratified random sampling. Regardless of the results of the study that Geography teachers had a good understanding of the duties and obligations that had to be fulfilled as professional teachers, that efforts for sustainable professional development had not been fully implemented properly. The result shows that the Sustainable Professional Development efforts carried out by Geography teachers are in the criteria of “Good Enough” with an average score of 66.83 (out of a maximum score of 120). From several programs supporting the teachers’ professional development, only a few programs are routinely carried out by Geography teachers, including internal coaching by supervisors, Geography subject forum activities, and workshops. Besides, several professional development programs deserve special attention from the government due to the lack of teacher participation, namely apprenticeships, short courses, distance learning, level training, and further education, given that some of these programs provide opportunities for teachers to update and develop their knowledge
Ilmu pengetahuan sosial SMP/MTs Kelas VIII: buku guru
Pembelajaran IPS kelas VIII bertujuan untuk memberikan wawasan kepada siswa tentang berbagai gejala sosial pada lingkup ASEAN melalui pemahaman konektivitas ruang dan waktu beserta aktivitas dan interaksi sosial yang ada di dalamnya. Keragaman kondisi yang dimiliki negara-negara ASEAN merupakan potensi sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya dalam dimensi ruang dan waktu serta ikatan konektivitas multidimensi sehingga kondisi gejala beserta keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing negara ASEAN akan dapat berfungsi sebagai sumberdaya pembangunan. Buku Panduan Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini mengarahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS, memiliki kemauan serta kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Fokus kajiannya diarahkan pada upaya mendorong siswa memahami serta memiliki pemahan tentang keunggulan wilayah, kekayaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ataupun sumberdaya budaya yang kita miliki, serta pemanfaatannya. Pembelajaran IPS perlu diarahkan sampai membuat siswa terampil dan aktif dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, serta membentuk jaringan pengetahuan yang dikuasainya secara ilmiah (scientific). Sementara itu, proses pembelajarannya menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Pembelajaran Inkuiri, dan Pembelajaran Discovery. Dalam pembelajaran IPS, peran guru sangat penting untuk mengarahkan sekaligus menjadi pendorong/ motivator bagi aktivitas siswa dengan berbagai kegiatan yang dicontohkan dalam buku ini. Guru dapat dan bahkan sangat dianjurkan untuk memperkaya materi secara kreatif dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang relevan yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, maupun budaya yang ada di sekitar siswa. Pembahasan buku ini dibagi dalam dua bagian, yaitu Bagian I, yang berisi Petunjuk Umum, dan Bagian II, yang berisi Petunjuk Khusus. Buku Panduan Guru ini sangat terbuka untuk diberi masukkan dan akan terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, pemerintah mengundang para pembaca untuk memberikan kritik, saran dan masukan yang berharga untuk perbaikan dan penyempurnaan buku ini. Atas kontribusinya, diucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan kontribusi yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi “Indonesia Emas” seratus tahun Indonesia Merdeka pada tahun 2045
Pengembangan Media Pembelajaran Boardgame Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dan Sikap Peduli Lingkungan Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kelayakan boardgame Pelajar
Go! dari studi pendahuluan dan pengembangan media, 2) keefektifan media
pembelajaran boardgame Pelajar Go! untuk meningkatkan keterampilan berbicara
dan sikap peduli lingkungan siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
Penelitian pengembangan ini mengacu pada pendapat Borg & Gall
(1983:775) yang terdiri dari 10 langkah yang dikelompokkan menjadi 3 tahapan,
yaitu: (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap pengembangan produk, terdiri atas
perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba terbatas, revisi hasil uji coba
terbatas, uji coba lapangan, dan penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan, uji
coba produk operasional, dan penyempurnaan produk akhir, (3) tahap diseminasi
dan penyebaran produk. Subjek uji coba terbatas terdiri dari 4 siswa kelas IV SD
Negeri Ngentakrejo, subjek uji coba lapangan terdiri dari 8 siswa kelas IV SD
Negeri Ngentakrejo yang belum terlibat dalam uji coba terbatas, dan subjek uji coba
produk operasional terdiri dari 25 siswa kelas IV SD Negeri 2 Wijirejo, dan 20
siswa siswa kelas IV SD Negeri 2 Sanden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) studi pendahuluan yang diperoleh
dari hasil wawancara, observasi pembelajaran, dan studi pustaka mendorong
pengembangan boardgame Pelajar Go. Pengembangan boardgame Pelajar Go!
dirancang bersama praktisi pembelajaran dengan memperhatiakan latar belakang
cerita, penentuan keberhasilan permainan, komponen permainan, pewarnaan, gaya
ilustrasi, dan gaya tulisan. Validasi memperoleh hasil bahwa boardgame Pelajar
Go! dinilai sangat layak untuk digunakan. Persentase kelayakan dari ahli media
sebesar 85,1%, ahli materi sebesar 94,4%, praktisi pembelajaran sebesar 93,1%,
dan siswa sebesar 87%. 2) Berdasarkan uji-t independen didapat nilai probability
for inference (p) pada gain score untuk keterampilan berbicara sebesar 0,000 dan
sikap peduli lingkungan sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan keterampilan berbicara dan sikap peduli lingkungan siswa kelas
kontrol dan eksperimen setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
media boardgame Pelajar Go!. Dengan demikian media ini efektif berpengaruh
terhadap keterampilan berbicara dan sikap peduli lingkungan siswa Kelas IV
Sekolah Dasar.
Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Sikap Peduli Lingkungan, Boardgame
Pelajar Go
MODEL PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA „SEKOLAH PEMBAURAN‟ DI MEDAN, SUMATERA UTARA
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan model pendidikan
mult ikultural di „Sekolah Pembauran‟ Medan, Sumatera Utara. Berpijak dar i
model yang dikembangkan oleh sekolah tempat penelitian, akan dihasilkan model
pendidikan multikultural yang fleksibel diadopsi oleh sekolah-sekolah lainnya.
Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Penelit ian dilaksanakan di “Sekolah Pembauran” Medan. Teknik Pengumpulan
data yakni dengan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.
Instrumen penelitian yakni peneliti sendiri, dengan menggunakan bantuan
pedoman observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis interaktif, Miles dan Huberman.
Hasil penelit ian menunjukkan di „Sekolah pembauran‟ Medan merupakan
nama yang digunan untuk menyebut sekolah di bawah Yayasan Perguruan Sultan
Iskandar Muda menggunakan „Whole School Approach‟, yang meliputi: visi dan
kebijakan sekolah; kepemimpinan dan manajemen; kapasitas dan
kultur/kebudayaan; aktivitas peserta didik; kolaborasi dengan masyarakat luas;
serta kurikulum dan pengajaran. YPSIM sudah lama menerapkan pendidikan
multikultural yang pada tahun 2013 sudah 25 tahun usianya. Visi dan kebijakan
sekolah yang menjadi landasan berkembangnya sebuah budaya menghargai dan
menerima perbedaan mengkonfirmasi tujuan dan orientasi pendidikan yang
dijalankan di YPSIM.Fasilitas penunjang kegiatan ekstrakurikuler yang
ditawarkan di sekolah, beserta komitmen dari seluruh pihak yang terkait
merupakan sebuah paket komplit pelaksanaan pendidikan multikultural. Strategi
pendidikan multikultural yang tampak yakni: membentuk kelompok diskusi
multikultural dan pengaturan tempat duduk yang berselang-seling; memberikan
materi atau melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kepedulian para siswa
tentang permasalahan sosial yang ada di masyarakat; menyelenggarakan kegiatankegiatan
ekstra-kurikuler
seperti
klub
olahraga
dan
akademis,
serta
seminar
untuk
memberikan
motivasi dan memperluas wawasan siswa juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip multikulturalisme; mengakomodasi pendidikan agama dari peserta
didiknya. Sekolah SIM mempunyai murid-murid dengan agama yang berbeda
harus memfasilitasi berkembangnya sikap menghargai dan menghormati antar
umat beragama yang berbeda tersebut, yakni dengan menyediakan tempat
peribadatan masing-masing agama; dan malam perayaan Bhinneka Tunggal Ika,
untuk menghormati semua siswa dengan hari raya masing-masing. Salah satu
keistimewaan YPSIM yakni komitmen untuk memperlakukan secara adil dan
setara bagi anak dari keluarga miskin. YPSIM melakukan Program Anak Asuh
dengan maksud walaupun anak dari keluarga miskin namun dapat menikmati
sekolah yang unggul
Analisis Perbandingan Potensi Museum Batik Yogyakarta Dan Museum Batik Surakarta (House of Danar Hadi) Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Serta Upaya Peningkatannya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan potensi daya tarik
daerah tujuan wisata di Museum Batik Yogyakarta dan Museum Batik Surakarta
dikaitkan dengan konsep geografi yaitu Lokasi, Diferensiasi Area, Gerak
(Movement), dan Daya Saing Wilayah.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini bertempat di Museum
Batik Yogyakarta dan Museum Batik Surakarta dengan informan penelitian
adalah Pengelola Museum Batik Yogyakarta dan Pengelola Museum Batik
Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tahap-tahap pengumpulan data,
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data
dilakukan dengan triangulasi data yaitu triangulasi sumber data.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat persamaan yang
muncul dari potensi wisata Museum Batik Yogyakarta dan Museum Batik
Surakarta berdasarkan Konsep Lokasi yaitu kedua Museum tersebut memiliki
lokasi yang sangat strategis. 2) Persamaan dan perbedaan juga terjadi pada
Konsep Diferensiasi Area yaitu Yogyakarta dan Surakarta yang memiliki
persamaan sejarah kedua wilayah pada masa lampau dan perbedaan Yogyakarta
dan Surakarta dengan wilayah lain di Indonesia yang menghasilkan interaksi antar
wilayah berupa potensi wisata di wilayah masing-masing. 3) Persamaan juga
terjadi pada Konsep Gerak (Movement) yaitu potensi transportasi dan aksesibilitas
memudahkan mobilitas yang terjadi di kedua Museum, hal tersebut menjadi
pendorong pergerakan wisatawan menuju ke Museum dan menimbulkan interaksi
yang menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Museum Batik. 4) Konsep
Daya Saing Wilayah menunjukkan bahwa terdapat persamaan potensi wisata
Museum Batik Yogyakarta dan Museum Batik Surakarta yang ditinjau dari harga
yang bersaing, kualitas produk yang ditawarkan, dan keunggulan produk yang
dijual di Museum daripada produk sejenis lainnya
- …