24 research outputs found

    Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Metode Discovery Learning pada Materi Konsep Keliling dan Luas Bangun Datar Siswa Kelas V A SD Negeri 009 Pulau Kijang Kecamatan Reteh

    Get PDF
    The background of this research is the poor student learning outcomes and low awareness of teachers to apply an effective and innovative learning. This study aims to determine whether there is improvement of mathematics learning outcomes before and after the discovery learning method is applied on Grade VA SD Negeri 009 Pulau Kijang Kecamatan Reteh. The number of subject of this research was 22 students consisting of 8 male students and 14 female students with heterogeneous ability. The minimum passing grade, hereinafter KKM and Analysis on Average is used to know whether or not there is enhancement of mathematics learning outcomes before and after the discovery model is applied. The research findings reveal that the number of students that achieved the KKM (75) based on the first data obtained from the teacher was 7 (32%). At the first cycle, the number increased to 14 (64%), and at the second cycle, the number increased to 19 (86%). The average score of the student based on the first data obtained from the teacher was 72.7. At the first cycle, the average score increased to 76.3 and at the second cycle, it creased to 82. Referring to the research findings, it can be concluded that the application of the discovery learning method can enhance mathematics learning outcomes of students of Grade VA SD Negeri 009 Pulau Kijang Kecamatan Reteh of 2016

    Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia

    Full text link
    Implementation of the National Health Insurance program causes various effects, including an increased number of visits to primary health facilities, so it takes an adequate distribution of human resources.The aims of this study is to describe the availability of human resources for health in primary health centers in the era of National Health Insurance. Type of research is quantitative-qualitative method withcross sectional approach. Data collecting has done by interviews and round table discussion. Researchlocations were selected purposively in eight districts/cities, namely Bekasi City and Bogor District (WestJava), South Tangerang City and Serang District (Banten), Yogyakarta City and Bantul District (DIY),Surakarta City and Sragen District (Central Java). Informants are leaders/representatives of primaryhealth centers, clinics, physicians and the district/city health office. The quantitative data were analyzed descriptively and qualitative data using content analysis. Health centers in eight districts/cities do notall have the human resources for health in accordance of Permenkes RI No. 75/2014, but general practitioners, midwives and nurses have been available in all health centers though the amount isstill lacking. With the exception of Bogor, the number of medical personnel throughout the clinic is inconformity with Permenkes RI No. 9/2014, but other types of human resources for health is still a lot that has not been available. Meanwhile, throughout the medical practitioners, the most human resources widely available are general practitioners and nurses. There are changes in procurement planning ofhuman resources in the era of National Health Insurance, increased workload and working hours, sothat it is needed planning and procurement of human resources based on needs

    Pengguna Layanan Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (Ppia Di Rumah Sakit Rujukan Hiv-aids Di Provinsi Jawa Barat

    Full text link
    Latar belakang. Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke empat dan ke lima dengan jumlah penderita HIV dan AIDS terbanyak di Indonesia. Jumlah Rumah Sakit dengan layanan Pencegahan Penularan HIV-AIDS dari Ibu ke Anak (PPIA) dan pengguna layanan tersebut masih rendah. Tujuan. Mengetahui karakteristik pengguna layanan PPIA sehingga kebijakan atau program yang dikeluarkan dapat tepat sasaran, sesuai kebutuhan dan kondisi di lapangan. Metode. Penelitian deskriptif kuantitatif, cross sectional. Responden sebanyak 146 ibu positif HIV pengguna layanan PPIA yang dipilih secara systematic random sampling di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), RSUD Kota Bandung, RSUD Kota Bekasi dan RS Marzoeki Mahdi. Instrumen penelitian berupa kuesioner, data dianalisis secara deskriptif. Hasil. Sebagian besar responden berumur 30-39 tahun, tamat SLTA, sebagai ibu rumah tangga, tidak memiliki rumah sendiri, menikah, memiliki anak 1-3, tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan berperilaku berisiko. Sebanyak 85% responden tertular HIV dari suami/mantan suami/pasangannya. Pengetahuan benar tentang HIV-AIDS hanya 79,5% dan persepsi benar mencapai 93,2%. Kesimpulan. Perlu strategi penguatan Prong 2 dan Prong 3 pada program PPIA, penguatan promosi kesehatan dan sosialisasi tentang informasi HIV-AIDS yang benar, dan perlu monitoring dan evaluasi terhadap implementasi program Pemerintah

    Pelaksanaan Sosialisasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Rumah Sakit St Carolus dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih Jakarta

    Full text link
    Early Breastfeeding Initiation (IMD), followed by exclusive breastfeeding was one of the efforts to improve the health of babies and toddlers. Information about the IMD process has very big influence on the formation of intentions mother who will soon give birth to apply the IMD process postpartum. This type of research was case study. Data collected through in-depth interviews with 30 informants and triangulation of data, as well as the observation of the hospital environment. Hospitals as research areas, namely St. Carolus hospital and Budhi Asih regional general hospital in Jakarta. Analysis of data use content analysis. Socialization in St. Carolus hospital is mandatory activities performed routinely by health personnel, and supported by many media and dissemination of information about the IMD spread in the hospital setting. Media information in the form of posters, banners, banner and photo frame. In the Budhi Asih regional general hospital no socialization of IMD specifically, nor was there any information media because of limited funds. It needs a strong commitment from the hospitals to disseminate IMD so that implementation can be managed optimally.Keywords: socialization, early breastfeeding initation (IMD), hospitalAbstrakInisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dilanjutkan dengan pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan bayi dan Balita. Informasi mengenai proses IMD sangat berpengaruh besar pada pembentukan niat ibu yang akan segera melahirkan untuk mau menerapkan proses IMD pasca melahirkan. Jenis penelitian adalah studi kasus dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada 30 informan dan juga dilakukan triangulasi data, serta observasi terhadap lingkungan RS. RS yang menjadi lokasi penelitian yaitu RS St. Carolus dan RSUD Budhi Asih di Jakarta. Analisis data menggunakan content analysis. Sosialisasi IMD di RS St. Carolus merupakan kegiatan wajib yang dilakukan secara rutin oleh tenaga kesehatan, dan didukung dengan banyaknya media informasi dan sosialisasi tentang IMD yang tersebar di lingkungan RS. Media informasi tersebut dalam bentuk poster, banner, spanduk dan pigura foto. Di RSUD Budhi Asih, tidak ada sosialisasi IMD secara khusus, media informasi juga tidak ada karena keterbatasan dana. Perlu adanya komitmen yang kuat dari pihak RS untuk melakukan sosialisasi IMD agar pelaksanaan IMD dapat berhasil secara optimal.Kata kunci: sosialisasi, IMD, R

    Faktor Pendukung Keberhasilan Praktik Inisiasi Menyusu Dini Di RS Swasta Dan Rumah Sakit Pemerintah Di Jakarta

    Full text link
    Latar Belakang: Salah satu tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar dua pertiga hingga tahun 2015. Program Inisiasi Menyusu Dini merupakan langkah penting untuk mencegah kematian bayi di masa awal kehidupannya melalui pemberian ASI di dua jam pertama kehidupan bayi. Tujuan: Untuk mengkaji faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dan menjadi penghambat pelaksanaan IMD di Rumah Sakit tahun 2014. Metode: Jenis penelitian adalah eksploratif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 30 informan ibu dan 6 informan tenaga kesehatan yang dipilih secara purposive sampling dan juga dilakukan triangulasi data untuk menjaga validitas data serta observasi terhadap lingkungan Rumah Sakit. Rumah Sakit yang dipilih adalah RS Swasta ‘X\u27 mewakili RS Swasta dan RSUD ‘Y\u27 mewakili RS Pemerintah. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi (content analysis). Hasil: Faktor yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan IMD adalah proses persalinan, kondisi ibu dan bayi paska persalinan, pengetahuan ibu mengenai pentingnya IMD, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan dalam pelaksanaan IMD. Kesimpulan: Tingginya tingkat keberhasilan pelaksanaan IMD di RS Swasta ‘X\u27 karena sinergi antar tenaga kesehatan dalam pelaksanaan persalinan yang aman dan nyaman bagi ibu dan bayi, pengetahuan ibu yang baik mengenai manfaat IMD serta dukungan suami dan tenaga kesehatan mulai dari proses persalinan sampai proses IMD selesai dilakukan. Hal sebaliknya terjadi di RS Pemerintah dimana tingkat kegagalan IMD sangat tinggi paska persalinan

    Faktor Persepsi Dan Sikap Dalam Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (Vct) Oleh Kelompok Berisiko Hiv/aids Di Kota Bandung Tahun 2013

    Full text link
    Latar belakang: Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang dinilai cukup efektif. Tujuan: Mengetahui hubungan antara persepsi dan sikap dengan pemanfaatan Klinik VCT oleh kelompok berisiko HIV/AIDS di Kota Bandung tahun 2013. Metode: Jenis penelitian explanatory research, desain potong lintang. Data kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner. Responden berjumlah 126 orang dari kelompok berisiko HIV/AIDS yang berkunjung ke Klinik VCT RSUD Kota Bandung, RS Al Islam Bandung, Puskesmas Kopo, Puskesmas Ujungberung Indah, Klinik Mawar PKBI dan LSM Abiasa. Keenam instansi tersebut dipilih secara purposive sampling. Analisis data secara deskriptif dan analitik. Hasil: Sebanyak 69,0 persen responden memiliki persepsi yang baik tentang Klinik VCT dan 54,0 persen petugas kesehatan memiliki sikap yang baik terhadap Klinik VCT. Pemanfaatan berada dalam tingkat sedang. Kesimpulan: Faktor persepsi dan faktor sikap tidak berhubungan dengan pemanfaatan Klinik VCT. Diperlukan KIE dan sosialisasi VCT serta evaluasi, peningkatan ketrampilan, dan personal approach terhadap petugas VCT

    Kompetensi Tenaga Tata Usaha dalam Meningkatkan Kualitas Administrasi Pendidikan

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi tenaga tata usaha dalam meningkatkan kualitas administrasi pendidikan Di SMK Negeri 1 Samaturu Kec. Samaturu Kab. Kolaka. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan dan mengkaji kondisi nyata objek penelitian berdasarkan data – data otentik yang dikumpulkan. Adapun subjek penelitian terdiri dari kepala sekolah, 2 orang staf tata usaha, 5 orang guru dan 3 orang siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: kompetensi tenaga tata usaha di SMK Negeri 1 Samaturu Kec. Samaturu Kab. Kolaka  dalam melaksanakan tugasnya sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Baik itu kompetensi kepibadian, kompetensi sosial, dan  kompetensi manajerial. Namun masih perlu diperbaiki lagi  mengenai  kompetensi teknis terutama yang berkenaan dengan efisiensi waktu kerja hal ini  dikarenakan kuantitas tenaga tata usaha yang masih kurang. Selain itu, mereka juga merangkap menjadi seorang tenaga pendidik (guru) hal inilah yang menyebabkan kualitas kinerja belum dilaksanakan dengan maksimal. Adapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas administrasi pendidikan adalah mereka berusaha melakukan pelayanan prima dengan melakukan pekerjaan  diluar jam kerja (lembur) untuk menyelesaikan tugas. Selain itu, mereka juga mengedepankan dan menjalin kerjasama yang baik dengan saling mengisi kekurangan antar rekan kerja (staf tata usaha)

    Model Konkordansi : Alternatif Model Peningkatan Kepatuhan Minum Obat Arv Pada Odha Di Kota Bandung Tahun 2012

    Full text link
    Latar Belakang. Kasus HIV-AIDS telah menjadi pandemi.Secara kumulatif, jumlah kasus Acquired Immune Deficiency Syndromes(AIDS) yang dilaporkan sejak 1 April 1987 sampai dengan 31 Maret 2013 sebanyak 103.759 kasus Human Immunodeficiency Virus(HIV), 43.347 kasus AIDS, dan dengan 8.288 kematian. Kualitas hidup Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) dapat meningkat apabila mereka rutin meminum obat Anti Retroviral (ARV). Tujuan. Riset operasional ini bertujuan untuk mendapatkan model intervensi dalam meningkatkan kepatuhan minum obat ARV bagi ODHA di Kota Bandung. Metode. Digunakan metode penelitian kualitatif, dan dinilai kepatuhan berobat ODHA sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian ini melibatkan 20 ODHA dalam proses intervensi selama tiga bulan dan didampingi oleh keluarga para ODHA sebagai pendamping minum obat, dua orang manajer kasus sebagai agent of change, serta dukungan rumah sakit, puskesmas, dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD). Hasil. Intervensi menggunakan Model Konkordansi secara terintegerasi terbukti secara optimal dapat efektif meningkatkan kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi obat ARV. Intervensi Model Konkordansi dijalankan melalui 5 moda intervensi, yaitu intervensi terhadap Pemerintah Kota, Dinas Kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS, Rumah Sakit, serta Agent of Change, ODHA, keluarga, dan Kelompok Dukungan Sebaya. Kesimpulan. Perlu dilakukan sosialisasi model konkordansi kepatuhan ODHA minum obat ARV di berbagai daerah untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan ARV, dan memperoleh masukan demi perbaikan model intervensi yang sudah dibuat

    Kesiapan Puskesmas Poned (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) di Lima Regional Indonesia

    Full text link
    Kesiapan peran Puskesmas sangat penting dalam mencapai target Angka Kematian Ibu di Indonesia. Oleh karena itu,Kementerian Kesehatan RI menyediakan Puskesmas PONED, yang mampu memberikan pelayanan obstetrik neonatalemergensi dasar 24 jam, dengan tenaga terlatih, peralatan dan perbekalan yang memadai (termasuk di dalamnyaadalah alat kesehatan, obat, dan alat transportasi). Sumber data dari hasil Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011.Variabel tenaga kesehatan terlatih, pelayanan 24 jam, alat kesehatan dan obat serta alat transportasi dikelompokkanberdasarkan 5 regional (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Bagian Timur). Dari 1.446Puskesmas PONED, sebanyak 88,7% Puskesmas memberikan pelayanan 24 jam, melibatkan dokter 79,9%, bidan96,1%, dan perawat 32,8%. Dari 17 jenis obat dan 26 alat kesehatan (alkes) standar pelayanan PONED, rata-rata angkaketersediaan di Puskesmas PONED hanya 6,06 jenis obat dan 14,12 alkes PONED, sedangkan untuk angkakecukupan, rata-ratanya adalah 5,54 jenis obat dan 12,43 alkes PONED. Sebanyak 53,3% Puskesmas PONED memilikiPuskesmas Keliling, 43,0% memiliki ambulans, dan hanya 3,7% yang memiliki perahu bermotor. Berdasarkan limaregional di Indonesia, terdapat perbedaan kesiapan Puskesmas PONED dalam hal pelayanan 24 jam, tenaga kesehatanterlatih, obat dan alkes, serta alat transportasi. Namun secara keseluruhan, regional Jawa-Bali lebih siap dibandingkandengan regional lain. Perlu perhatian dan intervensi untuk meningkatkan kesiapan puskesmas PONED, terutamameningkatkan ketersediaan dan kecukupan alat dan obat PONED, melibatkan tenaga bidan dan perawat dalampelayanan PONED, serta menyediakan dan memfungsikan pusling dan ambulans untuk pelayanan PONED.Kata Kunci: PONED, pelayanan, tenaga kesehatan, alat, obat, transportasiAbstractRoles of primary health care center (HC) are very important to achieve Maternal Mortality Rate (MMR) target inIndonesia. The Ministry of Health Indonesia provides Basic Emergency Obstetric Care (BEmOC), in which the HC iscapable with appropriate facilities (trained personnel, equipment, logistics, drugs, and transportation) to carry out basicemergency maternity and 24-hours neonatal services. The data obtained from The Indonesian Health Facility Survey2011 (Rifaskes 2011). All variables were grouped based on 5 regions in Indonesia (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan,Sulawesi, and Eastern Region). There are 1,446 Basic Emergency Obstetrict Care (BEmOCs). As much as 1,283(88.7%) BEmOCs have been carrying out 24-hours service. Service in BEmOC has involved the doctors (79.9%), themidwives (96.1%), and the nurses (32.8%). As much as 53.3% of BEmOC have mobile health care, 43.0% haveambulance, and only 3.7% have motor boat. There are variations of 24-hours service, trained personnel, drugs,equipment, and transportation in BEmOC based on five regions in Indonesia. Java-Bali region is more preparedcompared to others. Attention and intervention are needed to improve availability and adequacy of equipment and drugs,involvement of nurse and midwife in BEmOC services, as well as providing of well functioned mobile health care andambulance.Keywords: BEmOC, trained personnel, service, drugs, equipment, transportatio
    corecore