5,606 research outputs found

    A Feasibility Study of Mini-Hydroelectric Power Plant for Seasonal Base Load

    Get PDF
    This paper presents a feasibility study of a mini-hydroelectric power plant for seasonal base load at the main campus of University of Abuja, along Airport Expressway, Abuja, Nigeria. The study was premised on the need to mitigate the insufficient electricity supply being experienced by  the University. The use of backup diesel and petrol generating sets was noted to increased the overall operating costs of the University due to the need to purchase fuel, in addition to the associated maintenance cost. The presence of River Wuye within the University brought to fore the need to explore the establishment of a hydropower plant as an alternative means of mininmizing the energy shortage. The methodology adopted included determination of the University electricity demand using clamp-on meter, determination of the river run-off via data obtained from Nigerian Meteorological Agency (NIMET), flow rate with the use of float and river geometry, while the head was obtained by Global Positioning System (GPS). Furthermore, the hydroelectric power potential, site layout for equipment installation and project cost were determined. The results indicated that the monthly lowest energy consumption (base load) at the University during the period of study was at 667 kW, while the highest (peak) load was 883 kW. River Wuye assessment favoured conventional hydro power plant instead of  hydro power plant technologies with out dam such as paddle wheel system as Giri river flow was low and seasonal. River Giri  has run-off of 1,330 mm with the proposed dam estimated to have height and length of 10 m  and 120 m, respectively. River Wuye has a flow rate of 14.5 m3/s, maximum head of 10 m and hydropower potential of about 855 kW. The cost of the proposed hydro power plant ranged from 80.3-615.6 million Naira (N) (equivalent to N93,960/kW- N720,000/kW or 261/kW261/kW-2000/kW).The range arose due to variation on cost of refurbished or new turbine-generator system and civil works. The electricity generation unit cost from the hydropower plant is expected to be N24.74-50.14/kWh. This feasibility work is significant as it will aid commencement of detailed project report (DPR) that will highlight detailed study of hydrology and geology, environmental impact assessment, flood control and weir structures for a hydropower plant on River Wuye at 885 kW. In addition, when River Wuye has low flow, wind and solar power plants could be deployed to provide the shortfall in electricity supply to the University     &nbsp

    1,3-Bis(1-adamant­yl)imidazolium tetra­chloridoferrate(III)

    Get PDF
    The crystal structure of the title compound, (C23H33N2)[FeCl4], consists of 1,3-bis­(1-adamant­yl)imidazolium (BAIM) cations and tetra­hedral tetra­chloridoferrate(III) (TCF) anions. The BAIM cation possesses m symmetry, with the central imidazole ring and four C atoms of each terminal adamantyl group located on a mirror plane. The Fe and two Cl atoms of the TCF anion are also located on the mirror plane. The cyclo­hexane rings of the adamantyl groups adopt normal chair conformations

    Analisis dan Optimalisasi Jaringan Menggunakan Teknik Load Balancing (Studi Kasus Jaringan UAD Kampus 3)

    Full text link
    Internet saat ini berkembang pesat. Kebutuhan dan perkembangan yang pesat dalam pemakaian jaringan Internet membutuhkan penyeimbang dalam penyediaan sarana Internet.Pelayanan standar Internet adalah kelangsungan koneksifitas dari Internet tersebut. Koneksi dari Internet dituntut untuk selalu terjaga dalam kondisi apapun, tapi tidak selamanya konektifitas akan berjalan secara lancar,banyak kendala atau ganguan yang dihadapi sehingga koneksi tidak berjalan secara lancar. Maka diperlukan manajemen backup dari keterlangsungan koneksi dari Internet, sehingga jika satu koneksi mengalami gangguan maka akan ada backup. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan sistem load balancing.Subyek yang diambil dalam penelitian ini fokus terhadap penerapan backup dari sumber jaringan Internet atau backup dari ketergantungan satu provider jasa penyedia internet. metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan study pustaka dan observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap jaringan di UAD. rancangan dimulai dari pemilihan sumber ISP yang tepat untuk dijadikan backup. Perancangan dianjutkan dengan Instalasi mikrotik dan penerapan load balancing didalam Mikrotik. pengujian sistem load balancing dilakukan dengan uji teknis dari penerapan yang sudah dilakukan. dengan menguji dari kecepatan, fungsi load balancing dan pengujian optimalisasi dari load balancing tersebut.Berdasarkan dari pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan optimalnya penerapan load balancing. Penerapan load balancing dapat berjalan tanpa merubah jaringan yang telah ada, serta menjadikan koneksi dapat berjalan lebih maksimal jika terjadi kenaikan lalulintas jaringan dikarenakan pembagian lajur koneksi yang seimbang

    The Application of the Steepest Gradient Descent for Control Design of Dubins Car for Tracking a Desired Path

    Full text link
    In this paper, we consider the control design of the Dubins car system to track a desired path. We design the control of the Dubins car system using optimal control approach. The control of the Dubins car system is designed for tracking the desired path. Instead of the usual quadratic cost function, a special type of cost functional which includes a tracking error term will be considered. By this special cost functional, the minimum tracking error of path of the Dubins car toward a desired path using Pontryagin Maximum Principle is obtained. The analytical solution of the Hamiltonian system is di±cult to obtain. So, a numerical solution with the steepest gradient descent method is proposed. The numerical results are given at the last section of this paper

    Prospek dan Tantangan Padi Hibrida di Indonesia

    Get PDF
    With a large population size that rapidly continues to grow, Indonesia needs to satisfy a growing demand for rice if it wants to prevent further rice price increases. Indonesian rice prices are already twice as high as on international markets and imports, while unpopular, are still necessary to cover shortages. Hybrid rice has the powerful potential to increase productivity. It has an average annual productivity of 7 tonnes/ha, compared to 5.15 tonnes/ha produced by inbred rice. However, hybrid rice only amounts to less than one percent of the rice planting area in Indonesia, and has stagnated for several years. Farmers generally find planting hybrid rice valuable. Farmers in Lombok experienced yields of 10.4 tonnes/ha compared to max. 8 tonnes/ha by inbred rice varieties. The additional yield brings about Rp 10 million additional annual net revenues per hectare. A lack of proper extension services, some problems of hybrid rice varieties, and unmet customer preferences have prevented the sustained adoption of hybrid rice by Indonesian farmers. Moreover, import restrictions limit farmers’ access to a continuous supply of seeds, which makes it less attractive for them to invest time and effort into the transition to hybrid rice. If hybrid rice is to reach levels like in China (51 percent of total rice acreage) and Pakistan (25-30 percent), it is important for the private sector to cooperate with the Indonesian government in developing and commercializing appropriate seed varieties. For the time being, imports remain important; not only to create sufficient supplies of seeds, but also to test whether certain hybrid rice varieties are suitable to local conditions in Indonesia. Once there are sufficient capacities to develop these varieties in Indonesia, the reliance on imports will naturally diminish. This depends to a significant extent on the available technical expertise in Indonesia. Hybrid rice development in Indonesia is currently constrained by the low number of experts who are able to develop new varieties. To sustainably replace seed imports, human development programs need to be done in cooperation with local universities. The establishment of research centers in different parts of the country allows for the development of varieties that suit particular consumer preferences as well as climate and soil conditions in different parts of the country.Dengan jumlah penduduk yang besar dan terus bertumbuh pesat, Indonesia perlu memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat untuk mencegah semakin membumbungnya harga beras. Harga beras di Indonesia kini sudah dua kali lebih mahal daripada harga di pasaran internasional, dan impor beras, yang tidak populer, masih diperlukan untuk menutupi kekurangan ini. Padi hibrida memiliki potensial besar untuk meningkatkan produktivitas. Padi hibrida memiliki produktivitas musiman rata-rata 7 ton/ha, dibandingkan dengan padi inbrida yang hanya mencapai 5,15 ton/ha. Namun, luas tanam padi hibrida hanya kurang dari satu persen dari total luas tanam padi di Indonesia, dan telah mengalami stagnasi selama beberapa tahun. Para petani pada umumnya menganggap menanam padi hibrida ini menguntungkan. Petani di Lombok mengalami mendapatkan hasil 10,4 ton/ha dibandingkan padi inbrida yang hanya menghasilkan 8 ton/ha. Selisih hasil ini memberikan pendapatan tambahan sekitar Rp 10 juta per musim per hektar. Kurangnya layanan penyuluhan yang tepat, beberapa varietas padi hibrida yang bermasalah, dan preferensi konsumen yang tidak terpenuhi adalah faktor yang menghalangi adopsi berkelanjutan padi hibrida oleh petani Indonesia. Selain itu, pembatasan impor membatasi akses petani ke pasokan benih berkelanjutan, yang membuat kurang menarik bagi mereka untuk menginvestasikan waktu dan upaya untuk beralih ke padi hibrida. Jika padi hibrida diharapkan untuk mencapai tingkat luasan seperti di Cina (51 persen dari total luas tanam padi) dan Pakistan (25-30 persen), penting bagi sektor swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan dan mengkomersilkan varietas benih yang tepat. Untuk saat ini, impor masih tetap penting; bukan hanya untuk menyediakan benih dalam jumlah cukup, tetapi juga untuk menguji apakah varietas padi hibrida tertentu sesuai dengan kondisi lokal di Indonesia. Begitu ada kapasitas yang cukup untuk mengembangkan varietas-varietas ini di Indonesia, ketergantungan pada impor akan berkurang secara alamiah. Hal ini sangat bergantung pada keahlian teknis yang tersedia di Indonesia. Pengembangan padi hibrida di Indonesia saat ini terkendala oleh rendahnya jumlah pakar yang mampu mengembangkan varietas baru. Agar impor benih dapat digantikan secara berkelanjutan, program pembangunan manusia perlu dilakukan secara bekerjasama dengan berbagai universitas. Pendirian pusat penelitian di berbagai daerah di Indonesia akan memungkinkan pengembangan varietas yang sesuai dengan preferensi konsumen tertentu serta iklim dan kondisi tanah di daerah-daerah yang berbeda

    Konsep Ruang dalam Bahasa Sumbawa dan Kaitannya dengan Cara Pandang Penuturnya (Sebuah Tinjauan Linguistik Antropologis)

    Get PDF
    Sebagai salah satu kebudayaan nasional, bahasa Sumbawa memiliki nuansa tersendiri dalam memandang konsep nomina-ruang berdasarkan cara pandang penuturnya. Sehingga penutur Sumbawa mengklasifikasi nomina-ruang dengan berbagai leksikon, seperti ano siup, ano rawi, atas, bawa?, bao, atas, kiri, dan kanan. Melalui konsep itu, penutur setempat memiliki pola pikir yang sesuai dengan fenomena alam yang terdapat di komunitas Sumbawa, seperti terlihat pada konsep atas dan bawa’ yang syarat dengan fenomena alam sekitar, yaitu mengalirnya air dari atas ke bawa’ (dari selatan ke utara).            Kemampuan menguasai segala penjuru arah dapat memberikan pengalaman tersendiri bagi keberadaan penduduk setempat. Hadirnya terminologi yang ada keterkaitan dengan dimensi ruang yang sangat komprehensif  dalam bahasa Sumbawa dan penggunaan nomina-ruang dalam mempersepsikan keberadaannya dalam dimensi ruang. Cara penuturnya mempersepsikan diri dalam dimensi ruang tersebut telah berimplikasi pada munculnya perilaku budaya, seperti adanya kerapan kerbau dan pacuan kuda yang berimplikasi adanya pengklasipikasian munculnya konsep ruang ano siup dan ano rawi. Demikian selanjutnya.            Ada hal yang menarik untuk direnungkan yaitu tentang konsep arah mata angin di Sumbawa dapat menjadi larangan dan anjuran kepada masyarakatnya, seperti larangan tidak boleh tidur menghadapkan kepala ke arah utara atau bawa’ karena ada kesamaan dengan orang yang mati dan anjuran membangun rumah agar dihadapkan ke arah timur atau ano siup dipersepsikan akan mendatangkan rezeki dan terbebasnya dari wabah penyakit

    Analisis Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Program Tunda Jual Gabah di Dusun Krajan, Desa Selodakon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember

    Full text link
    Tunda jual merupakan suatu tindakan melakukan stabilisasi harga komoditas pertanian dengan cara tidak langsung menjual komoditas tersebut pada saat panen (harga rendah) melainkan menyimpan terlebih dahulu dan menjual pada saat harga dirasa stabil. Petani dalam memasarkan hasil USAhatani memiliki pertimbangan dalam memutuskan untuk menjual langsung atau tunda jual setelah panen. Keputusan petani dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem resi gudang di tingkat petani dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya transaksi di tingkat petani. Persepsi petani padi di Dusun Krajan Desa Selodakon mengenai indikator input termasuk kategori sangat baik, sedangkan persepsi petani padi mengenai indikator ouput, hasil, dampak, dan manfaat termasuk kategori baik. Variabel yang berpengaruh terhadap keputusan petani menerapkan sistem tunda jual adalah variabel jumlah kehadiran sosialisasi mengenai sistem tunda jual dan jarak lahan ke gapoktan. Semakin sering petani padi di Dusun Krajan Desa Selodakon meghadiri sosialisasi penyuluhan tunda jual maka petani akan berpeluang untuk memutuskan melakukan sistem tunda jual sebesar 3,244 kali. Sedangkan semakin jauh jarak lahan ke gapoktan maka petani akan berpeluang untuk memutuskan tidak melakukan sistem tunda jual sebesar 0,135 kali

    Analisis Faktor Produksi Tangkapan Ikan dengan Jaring Rampus di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Bondet Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring. Faktor produksi meliputi ABK (X1), Setting(penurunan jaring) (X2), jumlah bahan bakar (X3), waktu perendaman (X4), dan total panjang rampus (X5) dan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2019, lokasi pengumpulan data lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai Bondet (PPP) Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis Regresi Linier Berganda (RLB) menggunakan aplikasi SPSS. Berdasarkan analisis RLB dihasilkan persamaan Y = -17,622 (C) + 2,422 (X1) + 11,628 (X2) + -911 (X3) + 103 (X4) + 049 (X5). Hasil data uji SPSS RLB menunjukkan jika kenaikan (X1) ABK nilai sebesar 1 (orang)maka akan menambah produksi sebesar 2,422, (X2) Settingnilai sebesar 1(penurunan jaring) maka akan menambah produksi sebesar 11,628, (X3) Jumlah Bahan Bakar nilai sebesar 1(liter) maka akan mengurangi produksi sebesar -911, (X4) Lama Perendaman nilai sebesar 1 maka akan menambah produksi sebesar 103, dan (X5) Total Panjang Jaring Rampus nilai sebesar 1 (meter)maka akan menambah produksi sebesar 049
    corecore