3 research outputs found

    REPRESENTASI POLITIK DALAM FENOMENA KONFLIK GOA PINDUL DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL

    Get PDF
    Wisata Goa pindul menawarkan berbagai keindahan alam di sepanjang aliran sungai bawah tanah yang didalamnya terdapat stalaktit dan stalamit yang menjadi panorama menakjubkan bagi para pengunjungnya. Sering waktu, objek wisata Goa Pindul berubah menjadi kawasan wisata yang menjanjikan keuntungan. Namun, tidak semua pihak memiliki peluang yang sama untuk memperoleh pendapatan, sehingga ketidakadilan dalam “bagi-bagi kue†ini lah yang menjadi salah satu penyebab konflik berkepanjangan. Goa Pindul menyingkap banyak  perdebatan terkait siapa pihak yang paling berhak mengelola dan mengapa berhak mengelola. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Melalui teori representasi dari Hannah Pitkins, tulisan ini akan mengkaji mengenai pemetaan representasi politik berdasarkan 4 hal yaitu identifikasi agen, konstituen, kepentingan yang diwakili dan juga responsivitas. Hasilnya diperoleh bahwa fenomena yang terjadi di Goa Pindul yaitu keterlibatan Atik Damayanti justru memperlihatkan hal yang berbeda dari konsep yang ditawarkan oleh Hannah Pitkin. Agen tidak selamanya ditentukan atau ditujukan untuk membela kepentingan konstituen tetapi tindakan agen justru ditentukan atau ditujukan untuk memperjuangkan kepentingan elit itu sendiri dan keluarganya.   &nbsp

    Fighting Over the Bangka Sea: The Tin Mining Conflict in the Marine Area of Bangka Regency

    Get PDF
    Abstract: The tin mining conflict in the marine area of Bangka Regency involves four main actors: the government and PT Timah as the spearhead of the tin exploitation, illegal miners, fishermen, and tourism businessmen. This research uses qualitative methods by collecting data through in-depth interviews and literature studies. This article found that economic factors are accounted for by the node that equalizes the motives of actors to be present in the socio-economic dynamics of the region. However, there are two different patterns of sea utilization, namely tin mining, which causes damage to 57.09% of coral reefs, reduces fishing hauls and threatens 16,000 traditional fishermen who depend on the sea for fishing, and the development of tourism, which requires the maintenance of marine ecosystems, on the other hand, it can cause conflict between actors. The unequal power network between actors causes the distribution of benefits over the sea in Bangka Regency to be unsatisfactory. The operationalization of state power through spatial arrangements in the form of mining business licenses has made the state the actor that receives the most economic benefits. Relations with state actors in the workings of the shadow state allow illegal miners to gain economic benefits because they can be connected to the global tin business chain. On the other hand, the combination of the lack of power, pseudo-participation in policy formation, and the stalemate of alternative participation has resulted in the marginalization of fishermen.

    Strategi Gerakan Pariwisata Mangrove dalam Mewujudkan Perilaku Ekosentrisme

    Get PDF
    The ecological damage to the coast of Bangka has forced the community to carry out environmental conservation movements to improve their marine ecology. The environmental movement carried out by the HKm Gempa 01 Group in Kurau Barat Village is an ecocentrism activity that is the antithesis of anthropocentrism behavior that has damaged the environment in the Bangka Belitung Islands. On that basis, this research was conducted to analyze and know the Ecocentrism-based Mangrove Tourism Movement Strategy. This study uses a qualitative descriptive method with data collection techniques using observation, interviews with purposive sampling techniques, and documents, while the analysis technique uses data triangulation. The results showed that the HKm Gempa 01 Group mobilized three stakeholders, namely the government, the community, and tourists, to manage the Mangrove area based on ecocentrism behavior. The success of the management of the area forms a movement strategy that can pressure three stakeholders to transform anthropocentrism behavior towards ecocentrism behavior in the management of the Munjang Kurau Mangrove area.Kerusakan ekologi pantai Bangka memaksa masyarakat untuk melakukan gerakan pelestarian lingkungan untuk memperbaiki ekologi lautnya. Gerakan lingkungan yang dilakukan oleh Kelompok HKm Gempa 01 di Desa Kurau Barat merupakan kegiatan ekosentrisme yang merupakan antitesis dari perilaku antroposentrisme yang telah merusak lingkungan di Kepulauan Bangka Belitung. Atas dasar itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mengetahui Strategi Gerakan Wisata Mangrove Berbasis Ekosentrisme. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dengan teknik purposive sampling, dan dokumen, sedangkan teknik analisis menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Grup HKm Gempa 01 mengerahkan tiga pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, masyarakat, dan wisatawan, untuk mengelola kawasan Mangrove berdasarkan perilaku ekosentrisme. Keberhasilan pengelolaan kawasan membentuk strategi gerakan yang dapat menekan tiga pemangku kepentingan untuk mengubah perilaku antroposentrisme menuju perilaku ekosentrisme dalam pengelolaan kawasan Mangrove Munjang Kurau
    corecore