2 research outputs found
Efek Infiltrasi Lokal Ketamin Terhadap Skala Nyeri Pascatonsilektomi
Latar belakang : Nyeri pascatonsilektomi adalah salah satu komplikasi operasi yang sangat mengganggu kenyamanan pasien dan akan menyebabkan gangguan menelan, kurangnya intake pasien sehingga menyebabkan dehidrasi, infeksi sekunder dan perdarahan. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi nyeri pascatonsilektomi, mulai dari pemilihan teknik dan pemberian obat-obatan pascatonsilektomi. Pemberian infiltrasi ketamin merupakan salah satu teknik yang bisa dilakukan untuk mengurangi skala nyeri pascatonsilektomi. Ketamin merupakan obat anestesi yang memiliki efek analgetik yang kuat. Ketamin mudah didapatkan di semua tipe rumah sakit dengan harga yang relatif murah. Tujuan: Mengetahui efek pemberian infiltrasi lokal ketamin terhadap skala nyeri pascatonsilektomi. Metode: Penelitian eksperimental dengan desain Post Test Control Group Design pada 12 pasien tanpa pemberian infiltrasi lokal ketamin dan 12 sampel dengan pemberian infiltrasi lokal ketamin di peritonsil. Sampel diambil saat dilakukan tonsilektomi dan skala nyeri visual analog scale (VAS) dinilai 2 jam dan 24 jam pascaekstubasi Hasil: Hasil nilai VAS pasien yang diberi infiltrasi lokal ketamin di peritonsil lebih rendah (5.83±0.72 pada 2 jam dan 2.83 ± 0.58 pada 24 jam pascaekstubasi) dibanding tanpa diberi infiltrasi lokal ketamin(7.83 ± 0.58 pada 2 jam dan 3.58± 0.51 pada 24 jam pascaekstubasi) . Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna skala nyeri yang diberi infiltrasi ketamin dan tanpa infiltrasi ketamin (p< 0,05) pada 2 jam dan 24 jam pascatonsilektomi. Kesimpulan: Terdapat efek infiltrasi lokal ketamin terhadap skala nyeri pascatonsilektomi dimana nilai VAS kelompok yang diberi infiltrasi ketamin lebih rendah, baik pada 2 jam ataupun 24 jam pascaekstubasi dibanding kelompok yang tidak diberi infiltrasi ketamin
Kata kunci : nyeri pascatonsilektomi, ketamin, infiltrasi lokal, visual analog scale, diseks
Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Retrofaring pada Dewasa
Pendahuluan: Abses retrofaring pada dewasa jarang ditemukan, biasanya sering pada anak-anak karena terdapat kelenjar limfe retrofaring. Penyebab abses retrofaring pada dewasa diantaranya trauma, penetrasi benda asing, tuberkulosis dan faktor predisposisi seperti diabetes dan imunodefisiensi. Komplikasi bisa terjadi ruptur, obstruksi jalan nafas atas, perluasan abses ke mediastinum dan perluasan ke ruang leher dalam lainnya. Penatalaksanaan dengan cara insisi dan ekplorasi abses dan pemberian antibiotik yang adekuat. Laporan Kasus: Telah dilaporkan satu kasus abses retrofaring pada dewasa. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, radiologi dan aspirasi abses. Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan insisi dan ekspolorasi abses dan pemberian antibiotik untuk kuman aerob dan anaerob. Kesimpulan : Abses retrofaring pada dewasa bisa disebabkan oleh trauma tanpa adanya penetrasi benda asing di tenggorok, sehingga pasien sering mengabaikannya