6 research outputs found

    Lansia : Studi Eksplanatif Terhadap Panti Wredha yang Berbudaya Indonesia. (Kasus di Kecamatan Sukolilo Surabaya)

    Get PDF
    Dengan meningkatnya perkembangan pembangunan kependudukan dan kesehatan, menyebabkan umur harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat. Meningkatnya umur harapan hidup, menyebabkan orang-orang yang berusia lanjut juga meningkat. Persoalannya akan muncul karena dari beberapa bagian dari Lansia tersebut tidak punya keluarga lagi untuk mengurusnya. Salah satu altematifnya adalah melalui Panti Wredha. Namun panti seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia? Persoalan itulah yang dicoba untuk dilihat dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pelayanan Lansia yang sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Terliput di dalamnya yakni tempat tinggal yang sesuai bagi Lansla. Pola pelayanan yang dikehendaki, harapan pengembangan kegiatan Lansia. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yang berusaha mcmperoleh penjelasan tentang persoalan di seputar pandangan masyarakat tentang pelayanan Lansia. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukolilo dan sampel diambil secara purposive sebanyak 100 orang dengan mempertimbangkan Lansia yang masih dapat berkomunikasi dengan baik. Data dianalisis dengan menampilkan tabel-tabel frekuensi yang selanjutnya dibahas dengan teori-teori yang relevan. Hasil yang didapat adelah sebagian besar responden berusia 60-65 tahun (43,0%) dan hanya 5,0% saja yang berusia 81 tahun atau Iebih. Jenis kelamin sebagian besar perempuan (57,0%), tingkat pendidikannya sebagian besar tidak tamat SD (68,0%), dan hanya 2,0% saja yang tamat akademi dan sarjana. Status perkawinannya sebagian besar kawin (53,0%) dan ada 2,0% yang tidak kawin. Sebagian besar dari responden tersebut memang hanya 1 kali saja kawin, namun ada juga yang pemah kawin sampai 3 kali (14,0%), 4 kali (4,0%) dan 5 kali (1,0%). Lapangan pekerjaan yang pemah digelutinya sebagian besar (51,0%) pertanian, dan kalau dilihat dari penghasilannya (54,0%) responden, berpenghasilan 50.000 rupiah ke bawah. Dalam hal tempat tinggal, sebagian besar responden tinggal sendiri (67,0%) dan 32,0% tinggal di rumah anaknya. Bila dilihat dari kemampuannya membaca dan menulis, sebesar 58,0% responden tidak dapat membaca dan menulis dan hanya 9,0% saja yang sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, meskipun 43,0% responden mengaku bisa berbahasa indonesia. Dalam hal aktivitas yeag menghasilkan pendapatan, hanya 18,0% saja yang mempunyai keterampilan dan selebihnya (82,0%) tidak memiliki keterampilan yang dapat menghasilkan pendapatan. Aktivitas keagamaan secara aktif dilakukan oleh 66,0% responden, dan 59,0% responden menyatakan bahwa peran agama sarna pentingnya dahulu maupun sekarang. Sebagian besar (90,0%) responden dilahirkan di propinsi Jawa Timur, dan sebagaian besar responden (95,0%) memilih Jawa timur sebagai tempat tinggalnya dalam lima tahun terakhir. Dalam hal pendapat responden tentang tempat tinggal yang sebaiknya ditempati lansia, sebagian besar (56,0%) responden menyatakan di rumah sendiri dan tidak satu pun (0,0%) responden menyatakan di Panti Wredha. 36,0% Lansia menyatakan biaya hidup untuk Lansia mahal dan 30,0% menyatakan sangat mahal. Sedang cara untuk mengatasi biaya hidup yang sangat mahal sebagian besar responden (42,0%) menyatakan urunan bersama anggota keluarga. Tinggal di rumah sendiri menurut sebagian besar responden (63,0%) sesuai dengan nilai budaya, serta 92,0% responden menyatakan sangat setuju dengan pendapat tentang kewajiban menghormati orang tua. Dalam hal perawatan yang dilakukan oleh Lansia sitter, 87,0% responden menyatakan tidak setuju. Bila dilihat dari pola-pola pelayanan Lansia di Panti Wredha yang diharapkan oleh responden, sebagian besar setuju dengan adanya pelayanan administrasi yang baik, sebagian besar mermginginkan pelayanan kesehatan yang diLakukan pada Lansia dilakukan di rumah sakit. Dalam hal pemeliharaan kebersihan, sebagian besar (38,0%) Lansia menyatakan dibersihkan sendiri, sedang untuk kebersihan kamar mandinya, sebagian besar responden (48,0%) menyatakan sebaiknya dilakukan oleh pengelola panti. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pandangan responden tentang kehidupan yang tepat bagi Lansia adalah tinggal dalam lingkungan atau lembaga ke1uarga. Namun demikian terdapat beberapa aspirasi bagi Lansia karena sesuatu dan lain hal harus tinggal di Panti Wredha agar melengkapi dengan persyaratan administratif berupa surat-surat agar dijadikan pegangan untuk.memperoleh ketenangan. Terdapat seperangkat harapan yang dapat dikembangkan agar dapat hidup di PW secara kerasan dan mempertahankan kesehatan rohani dan jasmani. Akhirnya disarankan agar temuan penelitian ini dapat disebarluaskan ke masyarakat, utamanya keinginan responden yang ingin terus mengembangkan keluarga besar (extendedfamily). Meskipun responden sendiri tidak ingin tinggal di PW, sebaiknya Laasia yang karena sesuatu sebab harus tinggal di PW, hendaknya memperoleh informasi yang eukup dan membawa perlengkapan administratif untuk kemudahan Lansia sendiri. Diperlukan penelitian yang memadai dalam upaya untuk mengembangkan pola-pola pengelolaan Lansia di daiam lembaga keluarga dan masyarakat, agar hasil penelitian tersebut dapat dijadikan dasar bagi peogembangan pengelolaan Lansia di masa-masa yang akan datang

    Islamism & Democracy: A Gender Analysis on PKS’s Application of Democratic Principles and Values

    Get PDF
    The increasing popular support for Islamist parties in democratic countries incites public suspicion concerning whether the Islamists’ participation in procedural democracy guarantees their commitment for substantial democracy, which in principle requires equality of rights among citizens regardless of their religion and gender. Indeed, gender politics often appears at the centre of the lslamist agenda, as they seek to construct a new moral order based on a conservative gender perspective. A greater concern arises on whether the Islamists will eventually lead society towards democracy or, conversely, towards theocracy. In Indonesia, the Prosperous Justice Party (Partai Keadilan Sejahtera/PKS) shows a remarkable development and significant electoral achievement. Some observers viewed that PKS is opportunistically using democratic means to “hijack” it for their Islamist agenda waiting for when political power is in their hands. Others believe PKS’s involvement in real politics will, in the end, lead to a “gradual secularisation” of their Islamist agenda. Based on a gender analysis, this paper examines whether PKS’s fulfillment of the formalist criteria of democracy is compatible with their application of democratic principles and values.[Semakin menguatnya dukungan terhadap partai Islam memincu kecurigaan publik yang mempertanyakan apakah partisipasi kalangan islamis dalam demokrasi prosedural menjamin komitmen mereka bagi tegaknya demokrasi substansial, demokrasi yang mensyaratkan kesetaraan bagi semua orang tanpa terkecuali. Sebenarnya, agenda politik gender yang didengungkan oleh kalangan islamis tidak bisa dilepaskan dari perspektif konservatif mereka mengenai relasi gender. Pertanyaannya kemudian, apakah yang mereka agendakan akan berlabuh pada pemantapan demokrasi atau --sebaliknya‍‑­‑ menuju teokrasi. Di Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah satu-satunya partai Islam di Indonesia yang berhasil berkembang pesat dan mampu mendulang suara secara signifikan. Bagi beberapa pengamat, PKS merepresentasikan partai Islamis yang berhasil “menunggangi” demokrasi untuk memperjuangkan agenda islamis mereka. Ini akan tampak jelas jika PKS berhasil menjadi partai penguasa. Kendati demikian, beberapa kalangan lainnya berkeyakinan bahwa keterlibatan PKS dalam politik demokratis akan “mensekulerkan” agenda islamis mereka. Dengan analisis gender, tulisan ini hendak menjawab apakah kriteria formal mengenai nilai dan prinsip demokrasi yang melekat pada PKS sejalan dengan apa yang mereka praktekkan.

    POLA PERILAKU KEJAHATAN WANITA Analisis Terhadap Isi Media Massa di Jawa Timur

    Get PDF
    Masalah yang ditentukan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola-pola perilaku kejahatan wanita di Jawa Timur; dan Apa saja janis-jenis kejahatannya. Tujuan Penelitian : Tujuan Yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah berusaha mengungkapkan gambaran tentang pola perilaku kejahatan wanita di Jawa Timur yang dimuat di media Massa. Hasil penelitian in1 diharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk mengatasi atau mengendalikan adanya kecenderungan terjadinya kejahatan wanita Yang semakin sadistik. Di samping itu agar dimungkinkan dapat dijadikan masukan bagi media massa khususnya wartawan dalam menayangkan berita-berita kejahatan, utamanya tentang kejahatan wanita. Metodologi Penelitian : Metodologi penelitian dijabarkan sebagai berikut. Variabel terdiri dari: a. pelaku (kejahatan); b. korban; c. jenis-jenis kejahatan; d. waktu dan tempat kejadian. Dari variabel tersebut kemudian disusun konsep-konsep operasional yang terdiri dari tiga sampai 5 konsep. Media massa ditentukan secara purposif Yaitu Surabaya Post. Penentuan ini berdasarkan penilaian, bahwa koran tersebut dalam memberitakan dinilai tidak terlalu ·bombastis·. Di samping itu, dipandang memenuhi syarat untuk meliput kasus-kasus di Jawa Timur. Operasionalisasi konsep yang telah disusun, kemudian dipakai sebagai unit analisis untuk membaca berita tentang kejahatan wanita. Pointers yang menunjuk pada konsep dioperasional kemudian diberikan skor. Jumlah skor itu diprosentasekan. Dari prosentase tersebutlah diketahui general designe penelitian yang di maksud

    PERILAKU KEJAHATAN WANITA Analisis Terhadap lsi Media Massa di Jawa Timur

    Get PDF
    Hasalah yang ditentukan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola-pola perilaku kejahatan wanita di Jawa Timur; dan Apaaaja janis-jenis kejahatannya. Tujuan Penelitian : Tujuan Yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah berusaha mengungkapkan gambaran tentang pola perilaku kejahatan wanita di Jawa Timur yang dimuat di media Massa. Hasil penelitian in1 diharapkan dapat dipakai sebagai aeuan untuk mengatasi atau mengendalikan adanya keeenderungan terjadinYa kejahatan wanita Yang semakin sadistik. Di samping itu agar dimungkinkan dapat dijadikan masukan bagi media massa khususnya wartawan dalam menayangkan berita-berita kejahatan, utamanya tentang kejahatan wanita. Hetodologi Penelitian : Hetodologi penelitian dijabarkan sebagai berikut. Variabel terdiri dari: a. pelaku (kejahatan); b. korban; c. jenis-jenis kejahatan; d. waktu dan tempat kejadian. Dari veriabel tersebut kemudian disusun konsep-konsep opelasional yang terdiri dari tiga sampai 5 konsep. Media massa ditentukan seeala purposif Yaitu Surabaya Post. Penentuan ini beldasarkan penilaian, bahwa koran tersebut delam memberitakan dinilai tidak tellalu ·bombastis·. Oi samping itu, dipandang memenuhi syarat untuk meliput kasus-kasus di Jawa Timur. Opelasionalisasi konsep yang telah disusun, kemudian dipakai sebagai unit anal isis untuk membaea berita tentang kejahatan wanita. Pointers yang menunjuk pada konsep dioperasional kemudian diberikan skor. Jumlah skol itu diprosentasekan. Dari prosentase tersebutlah diketahui general designe penelitian yang di maksu

    Lansia : Studi Eksplanatif Terhadap Panti Wredha yang Berbudaya Indonesia. (Kasus di Kecamatan Sukolilo Surabaya)

    Get PDF
    Dengan meningkatnya perkembangan pembangunan kependudukan dan kesehatan, menyebabkan umur harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat. Meningkatnya umur harapan hidup, menyebabkan orang-orang yang berusia lanjut juga meningkat. Persoalannya akan muncul karena dari beberapa bagian dari Lansia tersebut tidak punya keluarga lagi untuk mengurusnya. Salah satu altematifnya adalah melalui Panti Wredha. Namun panti seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia? Persoalan itulah yang dicoba untuk dilihat dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pelayanan Lansia yang sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Terliput di dalamnya yakni tempat tinggal yang sesuai bagi Lansla. Pola pelayanan yang dikehendaki, harapan pengembangan kegiatan Lansia. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yang berusaha mcmperoleh penjelasan tentang persoalan di seputar pandangan masyarakat tentang pelayanan Lansia. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukolilo dan sampel diambil secara purposive sebanyak 100 orang dengan mempertimbangkan Lansia yang masih dapat berkomunikasi dengan baik. Data dianalisis dengan menampilkan tabel-tabel frekuensi yang selanjutnya dibahas dengan teori-teori yang relevan. Hasil yang didapat adelah sebagian besar responden berusia 60-65 tahun (43,0%) dan hanya 5,0% saja yang berusia 81 tahun atau Iebih. Jenis kelamin sebagian besar perempuan (57,0%), tingkat pendidikannya sebagian besar tidak tamat SD (68,0%), dan hanya 2,0% saja yang tamat akademi dan sarjana. Status perkawinannya sebagian besar kawin (53,0%) dan ada 2,0% yang tidak kawin. Sebagian besar dari responden tersebut memang hanya 1 kali saja kawin, namun ada juga yang pemah kawin sampai 3 kali (14,0%), 4 kali (4,0%) dan 5 kali (1,0%). Lapangan pekerjaan yang pemah digelutinya sebagian besar (51,0%) pertanian, dan kalau dilihat dari penghasilannya (54,0%) responden, berpenghasilan 50.000 rupiah ke bawah. Dalam hal tempat tinggal, sebagian besar responden tinggal sendiri (67,0%) dan 32,0% tinggal di rumah anaknya. Bila dilihat dari kemampuannya membaca dan menulis, sebesar 58,0% responden tidak dapat membaca dan menulis dan hanya 9,0% saja yang sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, meskipun 43,0% responden mengaku bisa berbahasa indonesia. Dalam hal aktivitas yeag menghasilkan pendapatan, hanya 18,0% saja yang mempunyai keterampilan dan selebihnya (82,0%) tidak memiliki keterampilan yang dapat menghasilkan pendapatan. Aktivitas keagamaan secara aktif dilakukan oleh 66,0% responden, dan 59,0% responden menyatakan bahwa peran agama sarna pentingnya dahulu maupun sekarang. Sebagian besar (90,0%) responden dilahirkan di propinsi Jawa Timur, dan sebagaian besar responden (95,0%) memilih Jawa timur sebagai tempat tinggalnya dalam lima tahun terakhir. Dalam hal pendapat responden tentang tempat tinggal yang sebaiknya ditempati lansia, sebagian besar (56,0%) responden menyatakan di rumah sendiri dan tidak satu pun (0,0%) responden menyatakan di Panti Wredha. 36,0% Lansia menyatakan biaya hidup untuk Lansia mahal dan 30,0% menyatakan sangat mahal. Sedang cara untuk mengatasi biaya hidup yang sangat mahal sebagian besar responden (42,0%) menyatakan urunan bersama anggota keluarga. Tinggal di rumah sendiri menurut sebagian besar responden (63,0%) sesuai dengan nilai budaya, serta 92,0% responden menyatakan sangat setuju dengan pendapat tentang kewajiban menghormati orang tua. Dalam hal perawatan yang dilakukan oleh Lansia sitter, 87,0% responden menyatakan tidak setuju. Bila dilihat dari pola-pola pelayanan Lansia di Panti Wredha yang diharapkan oleh responden, sebagian besar setuju dengan adanya pelayanan administrasi yang baik, sebagian besar mermginginkan pelayanan kesehatan yang diLakukan pada Lansia dilakukan di rumah sakit. Dalam hal pemeliharaan kebersihan, sebagian besar (38,0%) Lansia menyatakan dibersihkan sendiri, sedang untuk kebersihan kamar mandinya, sebagian besar responden (48,0%) menyatakan sebaiknya dilakukan oleh pengelola panti. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pandangan responden tentang kehidupan yang tepat bagi Lansia adalah tinggal dalam lingkungan atau lembaga ke1uarga. Namun demikian terdapat beberapa aspirasi bagi Lansia karena sesuatu dan lain hal harus tinggal di Panti Wredha agar melengkapi dengan persyaratan administratif berupa surat-surat agar dijadikan pegangan untuk.memperoleh ketenangan. Terdapat seperangkat harapan yang dapat dikembangkan agar dapat hidup di PW secara kerasan dan mempertahankan kesehatan rohani dan jasmani. Akhirnya disarankan agar temuan penelitian ini dapat disebarluaskan ke masyarakat, utamanya keinginan responden yang ingin terus mengembangkan keluarga besar (extendedfamily). Meskipun responden sendiri tidak ingin tinggal di PW, sebaiknya Laasia yang karena sesuatu sebab harus tinggal di PW, hendaknya memperoleh informasi yang eukup dan membawa perlengkapan administratif untuk kemudahan Lansia sendiri. Diperlukan penelitian yang memadai dalam upaya untuk mengembangkan pola-pola pengelolaan Lansia di daiam lembaga keluarga dan masyarakat, agar hasil penelitian tersebut dapat dijadikan dasar bagi peogembangan pengelolaan Lansia di masa-masa yang akan datang
    corecore