2,112 research outputs found

    Our Invisible Enemy

    Get PDF
    The novel coronavirus is invisible to the eye because it is microscopic measuring 80-160 nanometers in size; a nanometer is one billionth of a meter. While we cannot see it in the air or on a surface, millions of us have seen the virus in full color when we discuss it on the local and national TV news, in articles and stories online, and in print media. This is because the virus is routinely pictured and used to attract us to the information being presented. The paradox is that millions of people can now recognize this invisible enemy. Repeatedly presenting this image is a good idea. When we have a prototype design in mind, we more readily believe and act as if it is physically present. This means that we are more likely to believe and act in ways that can prevent, contain and protect ourselves and others

    Instruments of Commerce and Knowledge: Probe Microscopy, 1980-2000

    Get PDF
    Longstanding debates about the role of the university in national culture and the global economy have entered a new phase in the past decade in most industrialized, and several industrializing, countries. One important focus of this debate is corporate involvement in academic scientific research. Proponents of the academic capitalism say that corporate involvement makes the university leaner, more agile, better able to respond to the needs of the day. Critics say that corporate involvement leaves society without the independent, critical voices traditionally lodged in universities. I argue that a science and technology studies perspective, using case studies of research communities, can push this debate in directions envisioned by neither proponents nor critics. I use the development and commercialization of the scanning tunneling microscope and the atomic force microscope as an example of how research communities continually redraw the line between corporate and academic institutions.

    Rendemen dan Kandungan Nutrisi Nata Pinnata yang Diolah dari Nira Aren

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur nira dan penambahan pupuk ZA pada nira aren yang diolah untuk menghasilkan nata pinnata. Nata adalah sejenis makanan ringan yang menyerupai jelly yang biasanya diolah dari air kelapa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nira aren yang diolah untuk memproduksi nata pinnata menghasilkan rendemen antara 23,83% sampai 82,42% atau rata-rata-rata 55,64%. Umur nira dan penggunaan bahan suplemen pupuk ZA berpengaruh nyata terhadap rendemen produksi nata pinnata, semakin panjang umur nira semakin rendah produksi nata, sementara semakin tinggi dosis penggunaan pupuk ZA semakin tinggi rendemen nata. Rendemen produksi nata pinnata yang tinggi (94,22 %) diperoleh dari pengolahan yang menggunakan nira aren umur 6 jam dengan penambahan suplemen pupuk ZA sebanyak 2,5 gram per liter nira. Kandungan nutrisi nata pinnata yang diolah dari nira aren (kadar air, protein, vitamin, serat kasar, lemak, abu, kalsium dan posfor ) berbeda dengan kandungan nutrisi nata de coco yang diolah dari air kelapa , nira kelapa maupun kolang-kaling

    Produksi Nata Fruticans Dari Nira Nipah

    Full text link
    Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) menghasilkan nira yang dapat diperoleh melalui penyadapan tandan buah. Dalam keadaan segar nira nipah memiliki rasa manis karena mengandung gula yang cukup tinggi. Cairan ini merupakan media yang subur bagi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga nira nipah berpotensi digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk melalui proses fermentasi seperti nata. Nata merupakan jenis pangan yang dikelompokkan sebagai makanan penyegar atau pencuci mulut. Percobaan produksi nata fruticans dilakukan melalui proses fermentasi nira nipah yang masih segar dengan perlakuan penambahan gula 0, 50, 75 dan 100 g per liter nira nipah. Produksi nata fruticans dari nira nipah segar yang ditambahkan gula pada berbagai kadar diperoleh rendemen antara 76,52%-90,97% atau rata-rata 86,05%. Penambahan gula pada nira nipah segar berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen produksi nata fruticans. Penggunaan nira nipah segar dengantanpa penambahan gula menghasilkan nata fruticans dengan rendemen rata-rata 83,74%

    Exchange Rate Regime Durability and Performance in Developing Countries Versus Advanced Economies

    Get PDF
    Drawing on new data and advances in exchange rate regimes' classification, we find that countries appear to benefit by having increasingly flexible exchange rate systems as they become richer and more financially developed. For developing countries with little exposure to international capital markets, pegs are notable for their durability and relatively low inflation. In contrast, for advanced economies, floats are distinctly more durable and also appear to be associated with higher growth. For emerging markets, our results parallel the Baxter and Stockman classic exchange regime neutrality result, though pegs are the least durable and expose countries to higher risk of crisis.

    The Squares

    Get PDF
    When ungroovy scientists did groovy science: how non-activist scientists and engineers adapted their work to a rapidly changing social and political landscape. In The Squares, Cyrus Mody shows how, between the late 1960s and the early 1980s, some scientists and engineers who did not consider themselves activists, New Leftists, or members of the counterculture accommodated their work to the rapidly changing social and political landscape of the time. These “square scientists,” Mody shows, began to do many of the things that the counterculture urged: turn away from military-industrial funding, become more interdisciplinary, and focus their research on solving problems of civil society. During the period Mody calls “the long 1970s,” ungroovy scientists were doing groovy science. Mody offers a series of case studies of some of these collective efforts by non-activist scientists to use their technical knowledge for the good of society. He considers the region around Santa Barbara and the interplay of public universities, think tanks, established firms, new companies, philanthropies, and social movement organizations. He looks at Stanford University's transition from Cold War science to commercialized technoscience; NASA's search for a post-Apollo mission; the unsuccessful foray into solar energy by Nobel laureate Jack Kilby; the “civilianization” of the US semiconductor industry; and systems engineer Arthur D. Hall's ill-fated promotion of automated agriculture

    Struktur Anatomi, Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Palado (Aglaia SP.)

    Full text link
    Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi struktur anatomi, sifat fisik dan sifat mekanik kayu palado (Aglaia sp.) yang diambil dari hutan produksi alam di Kalukku Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Selatan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa palado memiliki kayu gubal berwarna putih sampai krem dan teras berwarna coklat muda sampai coklat kelabu; serat lurus, tekstur agak halus, pori sedikit (3 per.mm²) berbentuk lonjong dan tersebar tata baur; perforasi tipe sederhana; jari-jari luar biasa pendek, sempit dan jarang (tinggi 327 mm; lebar 25,52 mm dan frekuensi 5 per mm², parenkim tersebar atau baur. Panjang serat 1.132 mm dan diameter serat 25,61 mm; diameter lumen 17,39 mm; dan tebal dinding 1,64 mm. Kadar air kering udara 15,85%; berat jenis kering udara 0,48 dan berat jenis kering tanur (kerapatan) 0,53; penyusutan kering udara ke kering tanur 2,71% (radial) dan 4,67% (tangensial); keteguhan lentur pada batas patah 612,72 kg/cm2 dan keteguhan tekan sejajar serat 402,28 kg/cm2

    Beberapa Sifat Dasar Dan Kegunaan Tiga Jenis Kayu Kurang Dikenal Asal Hutan Alam Sulawesi

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan mempelajari sifat dasar (struktur anatomi, sifat fisis dan mekanis, dan sifatpemesinan) tiga jenis kayu kurang dikenal asal hutan alam di Sulawesi, yaitu sama-sama (Pouteria firmaBaehni), palado (Aglaia sp.)dan kumea batu (Manilkara merrilliana H.J.L). Sifat dasar jenis kayu tersebut dan pemanfaatannya yang telah dilakukan secara lokal oleh masyarakat merupakan petunjuk berguna menetapkan kegunaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sama-sama memiliki kayu teras berwarna coklat tua sampai hitam dengan garis-garis hitam yang tidak beraturan; tekstur agak halus dan permukaan mengkilap; agak berat; penyusutan sedang; kelas kuat IV-III;mutu pemesinan baik;mutu serat baik untuk pulp dan kertas; kemungkinan pemanfaatan antara lain bahan konstruksi ringan untuk Perumahan dan komponen tertentu pada perahu, venir kupas, glulam, pallet, pulp dan kertas. Palado memiliki kayu teras berwarna coklat muda sampai coklat kelabu; serat lurus, tekstur agak halus; ringan; penyusutan sedang; kelas kuat III;mutu pemesinan baik;mutu serat baik untuk pulp dan kertas; kemungkinan pemanfaatan antara lain bahan konstruksi ringan untuk Perumahan dan komponen tertentu pada perahu, mebel murah, moulding, glulam, venir kupas, kerajinan, pulp dan kertas. Kumea batu memiliki kayu teras berwarna coklat kemerahan; lingkar tumbuh samar-samar dan terkadang jelas serta menampakkan corak yang indah berupa garis-garis sejajar pada potongan radial; serat lurus; tekstur halus dan permukaan kayu mengkilap; sangat berat, keras; penyusutan tinggi; kelas kuat II; mutu pemesinan sangat baik; mutu serat rendah untuk pulp dan kertas; kemungkinan kegunaan antara lain bahan bangunan dengan beban berat untuk Perumahan dan perahu; karoseri truk, tiang listrik, mebel, moulding, venir sayatan, gagang peralatan, kerajinan dan arang

    Struktur Anatomi, Sifat Fisis Dan Mekanis Kaylj Kumea Batu

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengamati suuktur/karakteristik anatomi, clansifat fisis mekanis kayu kurang dikenal jenis kumea batu (ManilkaramerrillianaH.J.L.). Sampel kayu dari jenis ini diambil dari hutan alam produksi di Kecamatan Lampia Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kumea batu memiliki kayu gubal berwarna coklat muda kemerahan dan teras berwarna coklat kemerahan. Lingkar tumbuh samar-samar dan terkadang jelas serta menampakkan corak yang indah berupa garis-garis sejajar pada potongan radial, serat lurus, tekstur halus dan permukaan kayu mengkilap. Panjang serat 677,55 µm, diameter serat 22,15 µm, diameter lumen 1,94 µm, tebal dinding 10,10 µm dan semua nilai turunan serat tergolong dalam kelas IV untuk bahan baku pulp/kertas. Kayu kumea batu sangat berat (berat jenis 1.07) dengan penyusutan sangat tinggi, keteguhan lentur pada batas patah 1,557.68 kg/cm2, keteguhan tekan sejajar serat 491.35 kg/ cm2 dan tergolong kayu kelas kuat II
    corecore