114 research outputs found

    Evaluasi Kelayakan Proyek Berdasarkan Analisis Kriteria Investasi

    Full text link
    Perkembangan hunian dari waktu ke waktu semakin meningkat Hal ini seiring dengan perkembangan proyek apartement dengan tujuan guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hunian yang nyaman. Namun dalam pelaksanaaanya investor atau pihak pengembang perlu mengetahui kepastian akan investasi yang ditanamkan menyangkut sejumlah besar dana, dengan demikian dapat memperoleh gambaran sebagai acuan bagi para investor dalam pengembanganya pada tahap berikutnya. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan evaluasi, guna untuk menganalisis terhadap proyek yang akan direncanakan, atau pun yang sedang berjalan sebagai bahan penilaian pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi kelayakan proyek berdasarkan analisis kriteria investasi, dalam penulisan ini ditinjau dari aspek financial, evaluasi proyek hanya menganalisis biaya (cost) dan keuntungan (benefit). Adapun kriteria investasi yang dipakai untuk menilai benefit dan cost yaitu Groos Benefit / Cost Ratio (Groos B/C), Proifatibility Ratio, Nert Present Value, Imternal Rate Of Return and payback periode. Setelah diadakan analisis dengan mengunakan metode tersebut maka diperoleh, GroosBenevit / Cost Ratio >1, Profitability Ratio >1, Net Present Value > 0, Internal Rate Of Return 22,3% Lebih Tinggi dari discount rate yang diambilyaitu 9% - 18%, dan Payback Period untuk investasi yang bernilai Rp. 200.848.061.120,- diproyeksikan dapat kembali pada 3,3 Tahun kedepan, dengan memenuhinya setiap criteria investasi tersebut diatas maka proyek apartement dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan

    Perencanaan Sistem Pengelolaansampah Terpadu Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Rw IV dan Rw V Kelurahan Banyumanik Kecamatan Banyumanik Kota Semarang)

    Full text link
    Sampah merupakan salah satu jenis limbah yang berbentuk padat yang harus dikelola dengan tepat agar tidak mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia. Berdasarkan hasil pengamatan di wilayah Kelurahan Banyumanik, pengelolaan sampah yang dilakukan belum berjalan optimal karena kurangnya jumlah ritasi dan periodisasi pengangkutan sampah yang menyebabkan sampah terus menumpuk di TPS dan tidak pernah habis terangkut ke TPA. Dari hasil pengambilan sampel timbulan sampah menunjukkan timbulan sampah perkapita di Kelurahan Banyumanik adalah sebesar 1,745 liter/orang/hari atau 0,385 kg/orang/hari dengan komposisi sampah terbesar didominasi oleh sampah sisa makanan dan sampah plastik. Perencanaan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian berupa Action Research dengan model Rukun Warga (RW) yang bertempat di RW IV dan RW V Kelurahan Banyumanik. Perencanaan yang dilakukan terdiri dari lima sub sistem pengelolaan sampah. Pada perencanaan sub sistem teknik operasional dimulai dari pewadahan dan pemilahan sampah secara mandiri oleh tiap KK menjadi tiga jenis wadah kantong plastik terpilah. Sampah tersebut setiap harinya dikumpulkan oleh petugas menggunakan armada motor roda tiga menuju TPST Bangunharjo untuk diolah dan disimpan kemudian dijual. Untuk pemanfaatan sampah dilakukan pengomposan dan penyimpanan sampah yang masih bernilai ekonomi untuk kemudian dijual. Pada sub sistem kelembagaan dilakukan penyempurnaan struktur organisasi KSM Bangunharjo. Pembiayaan pengelolaan sampah berasal dari iuran warga dan hasil penjualan sampah. Peraturan yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan sampah berupa SOP Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat RW IV dan RW V Kelurahan Banyumanik. Adapun peran serta masyarakat yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah terpadu ini terutama dengan menerapkan konsep 3R di sumber, melakukan pemilahan sampah sesuai ketentuan, dan membayar iuran sampah wajib setiap bulan

    Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah pada Satuan Wilayah Pembangunan (Swp) II dan III Kabupaten Pati (Kecamatan Trangkil, Tlogowungu, Margoyoso, Gunungwungkal, Tayu, Cluwak, dan Dukuh Seti)

    Full text link
    Perencanaan Sistem Pengolahan Sampah SWP II dan III Kabupaten Pati ialah perencanaan pengolahan sampah yang terintegrasi antara pewaadahan, pengumpulan, pemilahan, dan pengangkutan dengan mempertimbangkan aspek pengurangan sampah atau 3R. Perencanaan Sistem Pengolahan Sampah SWP II dan III terbagi 2 bagian yaitu perencanaan pasar dan perencanaan non pasar. Perencanaan non pasar merupakan gabungan dari pelayanan domestik dan non domestik. Besar timbulan sampah domestik di daerah perencanaan ialah sebesar 1,93 liter/orang/hari dan 0,46 liter/orang/hari untuk timbulan non domestik sehingga total timbulan ialah sebesar 2,39 liter/orang/hari. Berdasarkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Republik Indonesia tahun 2015-2019 menetapkan bahwa pelayanan perkotaan untuk air bersih, Perumahan kumuh dan sanitasi untuk masing-masing ialah sebesar 100%, 0%, dan 100%. Karena pelayanan persampahan merupakan bagian dari sanitasi maka ditetapkan target pelayanan persampahan pada 2019 untuk wilayah perkotaan Kabupaten Pati ialah sebesar 100%. Sedangkan untuk 2020 hingga 2036, tingkat pelayanan persampahan berfokus kepada wilayah non perkotaan sebesar 15% di tahun akhir perencanaan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Untuk tingkat pelayanan pengurangan sampah atau 3R berdasarkan Peraturan Menteri nomor 1 tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 3 tahun 2013 menetapkan tingkat pelayanan 3R sebesar 20% hingga 40%. Jumlah TPS di SWP II dan III Kabupaten Pati berjumlah 5 buah terdiri dari 2 TPS non pasar dan 3 TPS pasar. Secara total tingkat pelayanan persampahan eksisting di SWP II dan III Kabupaten Pati sebesar 0,69% sehingga perlu diadakan sistem pengolahan sampah untuk meningkatkan sanitasi di SWP II dan III Kabupaten Pati untuk memenuhi target RPJMN

    Solidifikasi Lumpur Lapindo Dalam Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Sebagai Bahan Campuran Paving Block

    Full text link
    Sidoarjo mud, or commonly known as the lapindo mud, which occurred in May 2006, make activities of the community in 3 districts around the mudflow became paralyzed. Lapindo mud actually contains the silicates (SiO2) and lime (CaO) that quite high and classified of pozzolanic. Beside that, lapindo mud classified to hazard waste too because it contains heavy metals such as timbale (Pb) 35,41 ppm and copper (Cu) 21,9 ppm. Solidification technique is a technique to changes physical and chemical character of hazard wastes within addition fastener compounds, so can inhibited the movement of hazard wastes and form a bond with a monolithic mass of muscular structure. In this research, using 10 variations of addition lapindo mud to be used as a mixtureof paving blocks, which is 5 variations (10%, 20%, 30%, 40%, 50%) is the substitution of cement, and 5 variations (10%, 20%, 30%, 40%, 50%) is the substitution of sand. After the solidification process, variation of 30% lapindo mud substitution cement, obtained quality of compressive strength 408 kg/cm2, water absorbtion of paving block 10,17% and the leachate of Pb and Cu parameters below 0,03 ppm and cost for making paving block decreased from Rp 1.302,86 per each become Rp 1.059,40 per each

    Pengaruh Konsentrasi Aktivator H2so4 Dan Ukuran Media Arang Sekam Padi Sebagai Adsorben Terhadap Efektivitas Penurunan Logam Berat Fe, Zn, Dan Warna Limbah Cair Industri Galvanis (Studi Kasus PT. Cerah Sempurna – Semarang)

    Full text link
    An industry that is growing rapidly and produces heavy metal waste water is called an industrial metal plating with zinc or also often called galvanic industry. Based on the test results in the laboratory, characteristics of industrial wastewater galvanized contains Fe of 140.84 mg/l, Zn of 66.42 mg/l and colors 10,000 mg/l PtCo (BPIK, 2014). This research aims to determine the ability of rice husk charcoal adsorbent in lowering the concentration of Fe, Zn, and color on galvanized industrial waste water is done by batch and continuous processes. Batch experiments using a variation of the activator concentration of 0.5 M sulfuric acid and 1 M for each variation of medium size of 20-35 mesh and 35-60 mesh. Fe removal efficiency of the most high at 63.02% found in variation rice husk size 20-35 mesh with H2SO4 activator concentration of 1 M. The removal efficiency were highest Zn is equal to 31.97% occurred on the variation of the size of the rice husk 35-60 mesh with H2SO4 activator concentration of 1 M. and color removal efficiency is equal to 98.76% occurred in two variations in the size of the activator concentration of H2SO4 1 M. While the continuous experiment, carried out at 1 inch diameter column with a variation of discharge 25 ml/min and 50 ml/min. Results in metal removal efficiency get total Fe, Zn and color ≥ 90% in the first 30 minutes. Rate constants k1 value of 0.03164 ml/mg.s for Fe with q0 0.661 mg/g ; then k1 0.05245 ml/mg.s for Zn with q0 of 0.35 mg/g ; and k1 0.00059 ml/mg.s for color with a capacity q0 of 10,823 mg/g at discharge of 25 ml/min. To discharge 50 ml/min rate constants k1 value 0.02985 ml/mg.s for Fe with a capacity of q0 0,964 mg/g; then k1 0.04598 ml/mg.s for Zn with q0 0.513 mg/g; and k1 0.00081 ml/mg.s for color with a capacity of q0 15,691 mg/g

    Analisis Koefisien Harga Satuan Tenaga Kerja Di Lapangan Dengan Membandingkan Analisis Sni Dan Analisis Bow Pada Pembesian Dan Bekisting Kolom

    Get PDF
    Pekerjaan sekecil apapun apabila tidak didukung oleh tenaga kerja dengan kemampuan kerja yang baik dan bahan yang bermutu baik, tidak akan memberikan hasil yang maksimal dan memuaskan dalam sebuah proyek. Bahkan akibat penggunaan sumber daya manusia yang kurang tepat bisa mengakibatkan kerugian yang besar pada proyek konstruksi. Masalah utama penelitian ini adalah berapa besar koefisien analisis harga satuan tenaga kerja yang sebenarnya di lapangan pada pekerjaan kolom beton bertulang. Salah satu cara mendapatkan koefisien analisis harga satuan adalah dengan cara pengamatan secara langsung menggunakan metode work sampling (teknik uji petik). Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan terhadap 14 tenaga kerja yang terbagi atas 3 kelompok kerja, yaitu 5 orang pada pekerjaan bekisting, 4 orang pada pekerjaan sengkang, dan 5 orang pada pekerjaan tulangan. Setelah menganalisis data, didapat nilai koefisien analisis harga satuan tenaga kerja sebagai berikut: 0,162 OH tukang dan 0,108 OH pekerja, pada pekerjaan bekisting: 0,036 OH tukang dan 0,038 OH pekerja, pada pekerjaan pembesian

    Internal Genital Organ-preserving Radical Cystectomy: a Case Report

    Full text link
    Adenocarcinoma of the bladder is usually managed by radical cystectomy. However, recent literature shows that internal genital organ-preserving radical cystectomy is feasible in selected cases in order to get a better impact on patient's psychology, sexuality and potential fertility. Here, we report a 32-year-old woman with adenocarcinoma of the bladder who was managed with internal genital organ-preserving radical cystectomy. The patient was never had any child and the radiologic examination (MRI) showed no involvement of internal genitalia organ. This procedure aims to maintain fertility potential of the patient. Intraoperatively, no adhesion was found between the tumor and internal genitalia organ. The internal genitalia organ was successfully preserved during the radical cystectomy

    ANALSIS EFISIENSI BIAYA BAHAN BANGUNAN ANTAR SUPPLIER DENGAN METODE DEMAND-SUPPLY

    Get PDF
    Pelaksanaan proyek konstruksi seringkali didapati temuan dimana fakta biaya lebih besar dari rencana biaya. Pelaksana proyek harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, apakah pekerjaan bisa mencapai target atau malah mengalami penyimpangan. Cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menghitung efisiensi biaya pelaksanaan proyek tersebut. Efisiensi biaya merupakan salah satu unsur utama dalam menentukan penghematan pelaksanaan suatu proyek. Material konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi. Bahan/material bangunan biasanya disediakan oleh usaha-usaha penyedia bahan bangunan, baik usaha perorangan maupun badan usaha. Metode demand-supply digunakan pada setiap transaksi yang pasti terdapat suatu demand (kebutuhan), supply (ketersediaan), harga dan kuantitas  akan suatu barang/jasa yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. demand dan supply akan saling bertemu dan akan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas. Metode Demand-Supply dilakukan terhadap kebutuhan bahan/material pasir, kerikil, semen dan besi (ϕ8, ϕ10, ϕ16) di proyek tiga lantai Ruko Kawan Baru Bethesda di jalan bethesda No.20 Manado. sedangkan harga satuan dan stok bahan diambil data terhadap masing-masing supplier material di kota Manado & sekitarnya. Untuk menunjukan penggunaan metode ini perencanaan biaya efektif pada proses pendistribusian bahan diaplikasikan pada perbandingan harga supplier material. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu dari hasil 3 perbandingan data harga dari tiap-tiap bahan sehingga supplier yang bisa dapat mengefisiensikan harga bahan dengan pengaplikasian metode ini adalah sebagai berikut : Pasir oleh Material Stadion sebesar Rp. 61.686.850, Kerikil oleh PT. Cahya Gelora sebesar Rp. 62.722.800, Semen PT. Duta Logam Jaya sebesar Rp. 219.952.150, Besi oleh PT. Awijaya Kombos Indah sebesar  Rp. 1.714.500 untuk  besi ϕ8 mm, Rp. 111.191.250 untuk besi ϕ10 mm, & Rp. 91.292.500 untuk besi ϕ16 mm. Kata Kunci : Efisiensi, Supplier, Material, Demand, Supply
    • …
    corecore