12 research outputs found

    Current Account and Real Exchange Rate Dynamics in Indonesia

    Get PDF
    AbstractWe analyze the role of both permanent and temporary factors in affecting the Indonesian current account and real exchange dynamics before and after 2000. Adopting Lee and Chinn (1998, 2006) approach as well as Chinn et al (2007), two results stand out. First, we confirm that the behavior of the real exchange rate has altered since 2000. Identifications show that permanent shocks are the primary causes for the movement of the real exchange rate after 2000, while in the period before 2000, the Indonesian real exchange rate changes are characterized by greater dominance of temporary shocks. The apparent change in the real exchange rate behavior may be strongly justified by the implementation of free-floating exchange rate system since August 1997. Second, the shift of the real exchange rate behavior after 2000 does not necessarily affect the current account dynamics. Empirical evidence confirms that the variance of current account post 2000 remains largely due to temporary shocks. Albeit having increasing influence, permanent shocks have insignificant effect in explaining fluctuations of the current account. In this sense, the current account surplus after 2000 is attributed largely to nominal variables such as price increase, while the impact of productivity improvement is still limited

    IMPROVING READING COMPREHENSION OF GRADE XI STUDENTS OF POST HARVEST DEPARTMENT AT SMK NEGERI 1 KAROSSATHROUGH PQRST METHOD

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini ialah membuktikan bahwa penggunaan metode PQRST dapat meningkatkan pemahaman membaca siswa kelas XIJurusan TPHP SMK Negeri 1 Karossa. Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar pengamatan dan tes. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan metode PQRST untuk meningkatkan pemahaman membaca pada teks prosedur.  Peneliti menggunakan metode PQRST dengan melakukan beberapa langkah yaitu siswa melakukan pra-membaca, membuat beberapa pertanyaan, membaca teks bacaan secara keseluruhan, meringkas teks, dan melakukan tes. Peneliti juga membagi mereka dalam beberapa pasangan agar mereka bisa berbagi dan saling menolong satu sama lain. Ini sangat berguna untuk meningkatkan pemahaman membaca siswa. Pada siklus pertama siswa yang mendapatkan nilai sesuai standar ketuntasan minimal adalah sejumlah 10 siswa atau 62.5% dari total siswa yang diteliti. Jumlah ini belum mencapai kriteria sukses penelitian, dimana nilai yang ditetapkan adalah 70%. Penelitian dilanjutkan ketahapan selanjutnya dan pada siklus kedua. Jumlah siswa yang memperolehnilai kriteria sukses adalah sebesar 81.25%. Pada siklus dua, kriteria sukses penelitian telah didapatkan dan penelitian dihentikan setelah siklus dua

    Menerawang Kebijakan Moneter yang ‘Forward Looking’

    Get PDF
    Dengan mempertimbangkan kemungkinan dampak interaksi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta turut memperhatikan sumber pembiayaan bagi penerapan satu kebijakan, tulisan ini berusaha menelaah dampak penerapan kebijakan moneter yang ‘forward looking’. Hasil menerawang mengindikasikan bahwa upaya menerapkan kebijakan moneter yang ‘forward looking’ dalam periode SBI sebagai piranti moneter relatif terbatas. Sempitnya ruang gerak kebijakan moneter yang ‘forward looking’ pada periode SBI ini tersirat dari kemungkinan munculnya fenomena ‘tight monetary paradox’ saat kebijakan moneter ketat diterapkan. Gambaran berbeda bilamana kebijakan moneter yang ‘forward looking’ tersebut diterapkan pada saat piranti yang digunakan adalah surat utang negara (SUN, misalnya T-Bills). Kebijakan moneter yang ‘forward looking’ dalam periode T-Bills ini terindikasi lebih leluasa bergerak untuk mengendalikan inflasi ke depan. Indikasi lain yang juga terlihat dari tulisan ini adalah sulitnya bagi kebijakan moneter yang ‘forward looking’ untuk dapat berdiri sendiri dalam formulasi kebijakan moneter. Meski dengan bobot yang lebih kecil dibandingkan bobot yang diberikan kepada proyeksi inflasi, formulasi kebijakan moneter masih tetap perlu mempertimbangkan kondisi inflasi yang sedang terjadi untuk melengkapi kebijakan moneter yang forward looking tersebut

    SBI, T-BILLS DAN PENGENDALIAN INFLASI

    Get PDF
    Kajian sederhana ini bertujuan untuk membandingkan dampak penggunaan SBI dan rencana penggunaan T-Bills sebagai piranti operasi pasar terbuka dalam kaitannya dengan pengendalian inflasi. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa kebijakan moneter dalam periode penggunaan SBI sebagai piranti OPT tidak sepenuhnya sesuai dengan pendapat para kaum monetaris yang meyakini bahwa kebijakan moneter ketat akan dengan berkelanjutan mampu mengendalikan inflasi. Studi ini memperlihatkan bahwa kebijakan moneter ketat yang diterapkan Bank Indonesia dalam periode SBI ini ternyata dalam proses dinamisnya dapat memberikan tekanan kembali bagi meningkatnya inflasi di periode-periode selanjutnya. Hasil berbeda didapat bilamana TBills sebagai piranti OPT telah diterapkan. Keyakinan kaum monetaris akan mampu dicapai bilamana T-Bills telah diterapkan secara penuh sebagai piranti operasi pasar terbuka. Melalui kebijakan moneter yang credible (permanent and unanticipated) serta dibarengi oleh kebijakan fiskal yang memberikan komitmen terhadap TBills yang diterbitkan, hasil simulasi memperlihatkan bahwa pengendalian inflasi akan dapat secara permanen diperoleh

    Fiscal and Monetary Policy Interaction : Evidences and Implication for Inflation Targeting in Indonesia

    Get PDF
    Paper ini menganalisa interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia pada masa sebelum dan sesudah krisis, dengan melakukan estimasi atas quasy fiscal activity (QFA) Bank Indonesia dan mengurai interaksi antara kebijakan fiskal dan moneter. Penulis menemukan bahwa selama masa krisis, aktifitas ini (QFA) ada dan dilakukan oleh bank sentral Indonesia. Hal ini berbeda dengan masa sebelum krisis dimana QFA memiliki besaran yang netral. Dalam kaitan interaksi kebijakan fiskalmoneter, fakta ini menunjukkan dominasi kebijakan fiskal pada masa setelah krisis. Analisa interaksi antara kebijakan fiskal dan moneter ini membawa implikasi kebijakan di Indonesia yakni perlunya disiplin dalam kebijakan fiskal dan perlunya komitmen untuk mempertahankan sustainability kebijakan tersebut. Kegagalan mencapai kebijakan fiskal yang optimal akan mengurangi efektifitas kebijakan moneter dalam rangka mengontrol inflasi meski dalam kerangka inflation targeting yang secara parsial sudah diimplementasikan oleh Bank Indonesia. Keyword: Quasi Fiscal Activities, Fiscal Policy, Monetary Policy, Inflation Targeting JEL: E11, E31, E52, E6

    Current Account and Real Exchange Rate Dynamics in Indonesia

    Full text link

    KONDISI DAN RESPON KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO SELAMA KRISIS EKONOMI TAHUN 1997-98

    Get PDF
    Merosot tajamnya kondisi perekonomian nasional sejak terjadinya gejolak nilai tukar pertengahan 1997, diyakini sebagai dampak kombinasi antara besarnya aliran modal asing, lemahnya sektor keuangan,  serta lemahnya penilaian kegiatan usaha. Tulisan ini ditujukan untuk melihat pengaruh aliran modal keluar terhadap perekonomian nasional serta efektifitas respon kebijakan yang ditempuh. Dengan menggunakan model sederhana perekonomian terbuka, hasil pengujian membuktikan bahwa aliran modal keluar secara mendadak dan dalam jumlah yang sangat besar telah mengakibatkan kinerja perekonomian dengan cepat merosot serta dengan dampak yang cukup lama. Berbagai permasalahan yang timbul selama krisis seperti perekonomian yang terkontraksi, inflasi yang melambung dan nilai tukar yang melemah secara empiris dapat dibuktikan pada studi ini. Dari hasil studi ini juga terlihat bahwa respon kebijakan ekonomi yang ditempuh dengan titik berat pada stabilisasi jangka pendek terbukti cukup berhasil meskipun dengan pengorbanan semakin terkontraksinya perekonomian. Pengujian counterfactual memperkuat hasil ini yaitu bilamana kebijakan suku bunga tinggi segera diterapkan pada saal awal terjadinya krisis dan secara konsisten dipertahankan maka hasil yang terjadi adalah inflasi yang lebih rendah dan nilai tukar yang lebih kuat, meskipun di sisi lain kebijakan ini berdampak pada semakin merosotnya aktifitas perekonomian. Sedangkan apabila kebijakan fiscal dilakukan lebih ekspansif maka kontraksi perekonomian dapat lebih tertahan, kendati menciptakan trade off pada melemahnya nilai tukar dan melonjaknya inflasi.Dengan demikian, kombinasi kebijakan yang sebaiknya diterapkan dalam kaitannya dengan upaya mempercepat pemulihan perekonomian adalah kombinasi kontraksi di sisi moneter sejak terjadi tekanan aliran modal keluar dan ekspansif dari sisi fiskal yang dilakukan secara bertahap. Hal ini didukung dari hasil pengujian yang memperlihatkan bilamana kombinasi kebijakan tersebut diterapkan, laju inflasi yang dicapai relatif lebih rendah dengan nilai tukar yang lebih kuat. Namun demikian, kebijakan yang ditempuh tersebut dalam kaitannya dengan upaya stabilisasi nilai tukar tetaplah harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakannya.Akhirnya implikasi lebih jauh dari tulisan ini adalah pentingnya upaya mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan ekonomi yang bersumber dari dana asing, dengan belajar pada pengalaman yang dialami saat ini, maka dapat diyakini bahwa pembangunan yang lebih bersifat ‘indigenous process’ akan lebih tahan terhadap gangguan

    KAJIAN PEMILIHAN SISTEM NILAI TUKAR DI INDONESIA

    Get PDF
    Besarnya pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap ekonomi nasional terutama sejak krisis ekonomi terjadi pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan pelbagai silang pendapat tentang penerapan sistem nilai tukar yang tepat bagi perekonomian nasional. Dari perkembangan tersebut serta mengacu pada berbagai pengalaman sebelumnya -- termasuk pengalaman Negara lain--, tulisan ini akan mengkaji sistem nilai tukar yang mampu meredam berbagai gejolak dalam perekonomian. Secara teoritis serta telah banyak dibuktikan dalam berbagai studi empiris, penerapan sistem nilai tukar yang optimal pada suatu negara antara lain tergantung pada karakteristik gejolak (disturbance) yang paling dominan dalam perekonomian yang bersangkutan. Dengan menggunakan model Mundell Fleming melalui analisa dekomposisi varians pada model Vector Autoregressive (VAR) yang direstriksi sebagaimana dikemukakan oleh Blanchard Quah (1994) --yang secara struktural akan mampu menangkap dan memisahkan pengaruh jangka panjang dan jangka pendek berbagai shock dalam model terhadap variabel endogen--, menunjukkan bahwa sistem nilai tukar fleksibel masih relevan untuk digunakan. Kesimpulan ini diperoleh mengingat shock yang berasal dari sektor riil terlihat lebih dominan dalam mempengaruhi perkembangan nilai tukar ketimbang shock dari sektor moneter. Kesimpulan ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya mengenai stabilitas permintaan uang yang menunjukkan permintaan uang masih cukup stabil baik sebelum maupun setelah terjadinya krisis. Untuk melengkapi pendekatan dekomposisi varians maka digunakan pula alat analisa yang lebih struktural yaitu metode probit dan neural network. Meski model Mundell Fleming yang mendasari penggunaan analisa dekomposisi varians merupakan landasan teori ekonomi yang cukup kuat dan telah banyak digunakan pengambil kebijakan di negara lain namun dirasakan bahwa pendekatan tersebut belum sepenuhnya dapat menjawab kritik yang dikemukakan oleh Lucas (1976) atas penerapan model ekonomi empiris. Dalam metode probit didapat hasil bahwa derajat fleksibilitas nilai tukar cenderung masih meningkat. Berbagai variabel fundamental ekonomi seperti konsentrasi mitra dagang, daya dukung devisa, perbedaan inflasi serta mobilitas modal, mendukung untuk tetap diterapkannya sistem nilai tukar fleksibel. Sementara itu, dari metode neural network --dimana pengujian dilakukan secara cross section untuk 94 negara pada dua tahun yang berbeda -- juga diperoleh kesimpulan bahwa penerapan sistem nilai tukar mengambang masih relevan untuk dilanjutkan. Bertolak dari kesimpulan pada tiga metode analisa yang berbeda –yang secara umum menyimpulkan bahwa sistem nilai tukar fleksibel masih relevan untuk digunakan--, maka dengan memperhatikan karakteristik struktural perekonomian serta gejolak yang mempengaruhinya, penerapan sistem nilai tukar tetap pada saat ini akan lebih berisiko tinggi terhadap terjadinya speculative attack dan secara politis akan lebih mahal apabila dalam jangka pendek terpaksa melakukan devaluasi. Dalam jangka lebih panjang, hal ini akan berdampak pada berkurangnya potensi keuntungan dari menguatnya nilai tukar bilamana kondisi perekonomian semakin membaik. Oleh karena itu, untuk mendukung agar sistem nilai tukar fleksibel dapat berjalan dengan baik, berbagai kebijakan perlu lebih diprioritaskan yaitu penyehatan sistem perbankan dan penyempurnaan infrastruktur yang mendukung mekanisme perdagangan internasional. Selain itu, penyelesaian utang swasta dan pemerintah serta stabilisasi faktor-faktor non ekonomi seperti sosial politik dan keamanan juga harus dipercepat sehingga akan mampu meminimalkan kemungkinan terjadinya fluktuasi nilai tukar yang berlebihan

    Hubungan Perilaku Simpanan Masyarakat Di Perbankan Dan Pertumbuhan Ekonomi

    Full text link
    This study shows that an increase in economic funding that comes from saving fund in the banking sector doesn‘t have a full impact on the slower economic growth in the subsequent period as Keynesian believes. Tests result show that a decrease in public saving in banking sector reflects an increase in the confidence of the economic agents on the future economic prospects which then drives the economic growth. This result is supported by the negative and significant relationship of economic growth and public saving in the form of individual rupiah denominated deposit (time deposits?). Using Permanent Income Hypothesis argument the result indicates that we can use individual deposit as one of the leading indicators of future economic growth based on signficant finding until 2 trimester in the future. On the other hand positive and significant relationship of economic growth and public saving which is proposed by the Keynesian only applied to rupiah denominated individual and firm demand deposit and individual saving account
    corecore